Karin dan Deni sedang duduk di taman kampus, Rindu yang melihatnya langsung menghampiri mereka.
"Hai," sapa Rindu dan ikut duduk disana.
"Rendi, mana Rin?" tanya Karin.
"Aku belum liat dia hari ini. Oia, tugas dari dosen kemaren kalian udah kerjakan?"
"Udah, nih baru beres dikerjain." jawab Deni sambil tersenyum.
Adit dan genknya jalan di depan mereka, Rindu melempar senyumannya, tapi Adit hanya melihatnya dengan sinis dan pergi melewati mereka, padahal tadinya Rindu ingin menyapanya.
Kenapa dia berbeda dari kemaren, apa aku berbuat kesalahan? bisiknya dalam hati.
"Rin, Rindu ayo ke kelas." ucap Karin yang membuyarkan lamunannya.
Dikelas Rindu terus menatap ke arah Adit. Apa benar Adit yang semalam, sama dengan Adit yang sekarang? kalau iya kenapa mereka sangat berbeda seolah-olah Adit tidak mengenaliku sekarang? gumannya.
"Kayanya Rendi ga masuk deh." ucap Deni. Baru saja dia bicara seperti itu, Rendi datang dengan nafas yang tidak beraturan.
"Panjang umur lo bro, kiraen lo ga akan masuk," ucap Deni.
"Ketiduran gue." sahutnya dengan nadmfas yang ngos-ngosan dia langsung duduk di sebelah Rindu. Adit menatap sinis ke arah mereka dan Rindu menyadarinya membuat dia semakin penasaran dengan sikap Adit saat itu. Dua jam mata kuliah akhirnya selesai dan dosen meninggalkan ruangan.
"Adiiiiiiit." teriak gadis cantik berambut pirang pendek di depan pintu, saat Adit hendak keluar kelas.
"Lama banget sih, gue nungguin dari tadi," ucapnya.
"Clara, gue ga ditegur nih?" goda Arya.
"Ngarep banget sih, gue kesini cuma kangen sama Adit."
Saat Rindu hendak melewati mereka yang ada di depan pintu, Adit memasukan kertas kecil ke tangan Rindu tanpa ada yang menyadari. Dia sedikit kaget dan langsung melihat ke arah Adit, tapi dia tidak sama sekali meliriknya.
"Dia Clara anak fakultas ekonomi 'kan? ngapain jauh-jauh kesini?" tanya Deni.
"Gue denger-denger sih, dia tunangannya Adit, tapi gue juga ga tau pasti." jelas Karin membuat hati Rindu terasa sakit. Rindu tidak mengerti dengan perasaan yang dia rasakan sekarang.
"Kalian tuh ya, cocok dikatain pasangan suka menggosip," sindir Rendi.
"Enak aja, gue kalo ngomong selalu sesuai fakta," timpal Karin.
"Terserah lo, deh!"
"Eh ... aku kayanya mau ke perpustakaan dulu ada buku yang harus aku cari," ucap Rindu.
"Lo, ga akan makan dulu, Rin?" tanya Karin.
"Aku masih kenyang, kalian makan aja duluan,"
"Oke ... kita pamit ya." ketiga temannya pergi Rindu membuka kertas yang tadi diberikan oleh Adit.
Nanti sore gue jemput di depan dusun, lo libur 'kan? gue tunggu.
Ini orang seperti mempunyai kepribadian berbeda deh, gumamnya dalam hati. Rindu pun menuju perpustakaan. Dia mencari buku yang ingin di bacanya
Bruk....
"Sorry gue ga sengaja," pria putih tinggi membantu Rindu mengambil buku yang jatuh dari tangannya.
"Kamu Rindu 'kan?" tanyanya. Rindu mengkerutkan dahinya, mencoba mengingat siapa orang yang bisa mengenalinya.
"Maaf, kamu siapa ya?" Rindu menyerah tidak dapat mengingat sosok yang ada di depannya.
"Masa kamu lupa? aku Gilang." Rindu mencoba mengingat-ingat lelaki yang ada di depannya, karena di Jakarta dia tidak mengenal siapapun.
"Gilang yang dulu tinggal deket rumah? Ya ampun, aku sampe pangling kamu sekarang tambah cakep aja." mereka berdua berjalan ke meja tempat membaca buku. Keduanya melepas kangen, karena mereka dulu adalah sahabat semasa kecil.
"Bukannya kamu udah kuliah di Bandung ya?"
"Aku baru pindah Lang, kamu tau persis gimana keluargaku, jadi semenjak ayah meninggal aku memutuskan untuk jauh dari mereka,"
"Ayah meninggal? maaf ya Rin, aku ga tau dan aku turut berduka cita,"
"Iya gpp kok, lagi pula 'kan kita memang lost contact,"
"Dulu kamu ingin sekali kuliah sastra. Apa kamu jadi?"
"Iya jadi, dan aku ngelanjutin dari tempat yang dulu, kamu sendiri ambil jurusan apa?"
"Aku ambil jurusan akuntansi. Wah ... ga nyangka bisa satu universitas sama kamu, jadi sekarang kamu tinggal dimana?"
"Rumah susun deket sini, kapan-kapan maen ya ke sana,"
"Siap pasti, gimana kabar Farel dan keluarganya?"
"Mereka baik-baik aja, malahan terlalu baik mungkin," Gilang tau apa yang di maksud Rindu dan keduanya tertawa.
"Rindu, aku ada kelas nih minta nomer hp kamu donk nanti kita lanjut ngobrol." Rindu dan Gilang pun saling menukar nomer ponsel mereka.
Gilang bisa di bilang sahabat Rindu dan Farel sejak kecil, sampai SMP mereka selalu sekolah bersama. Gilang selalu main ke tempat Rindu untuk sekedar ngobrol bersama Rindu dan Farel. Semenjak SMA Gilang pindah ke jakarta dan dari saat itu Rindu dan Farel kehilangan kontak dirinya. Rindu bersyukur dia dapat bertemu kembali dengan sahabat kecilnya itu.
Rindu melihat jam yang ada di tangannya, waktu sudah menunjukan jam empat sore, dan itu artinya Adit sudah menunggunya di depan dusun. Dia pun bergegas pulang ke rumah. Sesampainya di sana, benar saja mobilnya sudah terparkir di parkiran. Rindu yang masih memakai pakaian yang sama seharian ini, berlari kecil menuju mobil Adit. Adit turun saat melihat Rindu yang berlari ke arahnya.
"Kenapa lo baru pulang? bukannya kelas sudah dari tadi bubar,"
"Aku tadi ke perpustakaan, sebenarnya ada perlu apa?"
"Masuk!" kata Adit dengan wajah yang tegas.
"Tapi, aku belum mengganti pakaian,"
"Gue bilang masuk!" Rindu pun menuruti Adit masuk ke dalam mobil .
"Maaf, sebenarnya apa maumu? aku tidak mengerti dengan sikap mu selama ini?" Rindu memberanikan diri untuk bertanya. Adit hanya diam dan melajukan mobilnya.
"Adit, kamu mau bawa aku kemana? maaf kita tidak sedekat ini untuk kamu membawaku pergi keluar." dengan seketika Adit membanting setirnya dan memakirkan mobilnya di sisi jalan.
"Maafkan aku, aku tidak tahu bagaimana mengutarakan perasaanku. Selama ini aku tertarik padamu, tapi aku tidak bisa bagaimana untuk memulai dekat denganmu." Rindu kaget dengan apa yang adit bicarakan. Dia sangat berbeda dengan Adit yang ada di kampus, saat ini yang Rindu liat adalah Adit yang lemah lembut dan nada bicaranya pun sangat sopan.
"Maaf, aku tidak mengerti maksud kamu apa?" Adit memegang tangan Rindu yang membuatnya merasa kaget.
"Rin, aku tidak pernah merasakan perasaan ini sebelumnya. Setiap hari aku mencoba meyakinkan perasaanku dengan selalu mengikuti keseharianmu, dan aku yakin kalo aku sudah jatuh cinta padamu." Rindu menarik tangannya dan keluar dari mobil.
Aku tidak mau menjadi perusak hubungan orang, pikir Rindu.
"Rindu, kamu mau kemana?" Adit segera menyusulnya dan menarik tangan Rindu.
"Maaf Adit, aku baru saja mengenalmu dan lagi kamu harus sadari posisimu sekarang. Kamu sudah mempunyai tunangan, jangan sampai tunangan kamu tersakiti. Anggap saja ini tidak pernah terjadi, dan lebih baik kamu seperti di kampus yang seolah-olah tidak pernah mengenalku." jelas Rindu. Dia langsung mencegat taxi yang lewat di depannya tanpa mendengar penjelasan dari Adit.
Adit tidak mengerti dengan apa yang di katakan Rindu.
Tunangan?SHIT, katanya sambil menendang ban mobil dengan emosi. Dia pun masuk mobil dan melajukan mobilnya.
TETAP TERUS IKUTIN KISAH RINDU YA JANGAN LUPA LIKENYA...
😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Juli Mahtin
sebenarnya rindu anak orang kaya ya thor
2020-09-29
1
My Harry
semangat thor
2020-08-05
0
⭐Nda 1-2⭐
zhemakinnnn zheruuuuuuu thorr 😍❤️❤️❤️❤️
2020-06-13
0