Pernikahan Kita

Pernikahan Kita

Kabar

“Shin ...hati-hati nak ... kau bisa terjatuh ...!” Seorang wanita membuntuti anak berusia lima tahun yang sedang berlarian di halaman rumput yang luas. Ia selalu memastikan putra kecilnya aman. Cuaca kali itu tampak cerah. Sinar matahari bersahabat, daun-daun bergoyang perlahan, dan rumput-rumput yang menutupi permukaan tanah masih menyisakan basah embun pagi.

“Ibu ...! ayo cepat ...!” Tangan anak itu melambai ke arah ibunya. Ia tertawa senang, menampakkan gigi-gigi mungilnya dan kembali berlarian ke sana kemari. Namun, tiba-tiba saja langkah langkah kecil itu terhenti. Pandangannya menjadi buram. Dengan ketakutan, ia memanggil ibunya.

“Ibu ...!” Tangan kecil mlik anak itu berusaha menggapai ibunya.

“Ibu ...!” Sekali lagi ia berteriak. Pandangannya semakin kabur.

“Ibu ...!” Sepersekian detik kemuian semua yang ia lihat menjadi gelap gulita.

“Shin ...! Kau tak apa?! Shin ...!” Seorang wanita paruh baya menggoyangkan bahu Shin yang tengah mengigau. Tubunya sudah basah oleh keringat. Pria bernama Shin itu pun bangun dengan raut wajah yang masih menyisakan takut.

“Kau tak apa?” Wanita yang tengah duduk di samping rajangnya tampak khawatir.

Shin menoleh ke arah wanita itu. Kaget. Segera ia bangkit dari tempat tidur tanpa menggubrisnya lagi. Ia lalu mengambil jaket kulit dari lemari dan memakainya.

“Apa kau bermimpi buruk? aku akan mengambilkan air ...” Wanita itu beranjak dari duduknya untuk mengambil minum. Belum sampai ia melangkah, perkataan Shin membuatnya mengurungkan niat.

“Tidak perlu! Jangan pernah masuk ke kamarku lagi tanpa izin! Aku tidak menyukainya.” Shin memperingatkan wanita itu. “Katakan pada ayah, jangan hubungi aku hari ini!” Ia melanjutkan. Tanpa pamit, ia pergi meninggalkan wanita itu.

“Baiklah,” Wanita itu masih berdiri di sana, ia memandang Shin pergi.

Shin pergi meninggalkan rumah dengan mobil sportnya. Ia melaju dengan cepat hingga akhirnya berhenti di sebuah tebing berpagar besi tepi laut dengan vila yang tak jauh dari sana. Ia pun keluar dari mobilnya lalu duduk di salah satu bangku yang berjajar di sepanjang tepian tebing. Siang itu langit berawan dan angin sepoi-sepoi, membuatnya merasa lebih nyaman berlama-lama di sana.

Tempat itu seringkali ia singgahi saat ingin menenangkan diri. Di masa lalu, Shin kerap menghabiskan waktu bersama ibunya di sana. Mereka akan duduk sepanjang sore hingga mata hari terbenam. Kenangan yang hangat dan indah. Namun, kini itu tidak akan terjadi lagi. Tak ada lagi kehangatan sore di tempat itu. Ibunya telah tiada.

Bila diingat kembali, hari itu persis satu hari sebelum hari ulangtahun Shin. Ia mendengar kabar bahwa Ibunya mengalami kecelakaan dan dinyatakan meninggal saat perjalanan menuju rumah sakit. Shin yang saat itu masih berseragam SMA berlari tergesa di sepanjang koridor rumah sakit dan langkahnya pun berhenti ketika melihat sosok yang ia cintai tengah berbaring pucat di hadapannya. Badannya gemetar dan pikirannya kacau. Ia telah kehilangan ibunya.

Kini, ia kembali mengulang memori yang ia lalui bersama ibunya. Ia tak ingin diganggu. Sudah tujuh tahun setelah ibunya pergi tapi ia masih saja merasa terluka atas kepergiannya. Tidak hanya itu, keputusan ayahnya yang menikah lagi padahal belum genap setahun kepergian ibunya membuat Shin semakin terluka. Ia sangat marah dan kecewa atas keputusan ayahnya. Sampai saat ini pun ia masih belum bisa menerima keberadaan ibu tirinya itu. Ia bahkan tak pernah mau memanggilnya ibu.

Sementara itu, di tempat lain, seorang wanita berusia dua puluhan dan berparas cantik dengan rambut sebahu dan pakaian rapi tengah sibuk membaca beberapa berkas yang ada di hadapannya. Satu dua pegawai keluar masuk ruang kerjanya untuk meminta persetujuan ini itu. Saat seorang pegawai tengah mengajukan proposal, seorang pria muda mengetuk pintu dan masuk sambil tersenyum ke arah wanita itu.

“Bukankah Nona harus pergi sekarang? Pertemuannya akan segera dimulai” Pria itu mengingatkan wania muda di hadapannya.

“Benarkah?” Wanita bernama Luna itu menengok jam tangannya dan mempersilakan pegawai di sampingnya meninggalkan ruang kerjanya. Kini hanya tersisa wanita itu dan pria di hadapannya.

“Kenapa kau selalu berhasil menemukanku dan tidak pernah sedikit pun terlambat? Kau tahu? Menurutku itu ...sedikit tidak nyaman.” Luna tersenyum menyindir.

“Tentu saja karena ini adalah tugasku. Aku harus memastikan keadaanmu setiap waktu. Aku melakukannya secara profesional. Kau tahu itu?” Pria bernama Brian itu masih tersenyum dan berdiri di hadapan Luna.

Wanita itu pun segera membereskan barang-barangnya dan beranjak dari tempat duduk. Keduanya mulai berjalan bersama meninggalkan ruang kantor.

“Itulah yang tidak kusukai darimu. Apa kau tidak punya kesibukan lain?” Luna menggodanya.

“Meskipun aku sibuk, tidak ada yang lebih penting daripada semua hal yang terkait denganmu.” Pria itu menanggapi dengan ringan. Luna pun tersenyum menahan tawa.

“Perkataanmu terdengar begitu manis ...” Luna seakan menyindir Brian.

“Ya, Terima kasih.” Pria itu kembali menanggapi. Melihat tanggapan Brian, Luna ingin tertawa. Mereka pun akhirnya sampai di luar gedung dan menaiki mobil sedan berwarna hitam yang telah siap di depan pintu utama.

Sesampainya di tujuan, Brian menggiring Luna masuk ke sebuah restoran mewah dengan gaya rancangan khas Eropa. Begitu masuk, keduanya disambut oleh beberapa pelayan dan diantar masuk ke suatu ruangan. Di ruangan itu terdapat satu meja panjang dengan beberapa kursi dan makanan yang telah siap di atasnya. Tak hanya itu, tampak dua wanita tengah duduk di sana dan memasang senyum begitu melihat kedatangan Luna.

Luna memberi salam kepada kedua wanita paruh baya itu. Brian yang baru saja mengantarnya meminta pamit dan keluar dari ruangan. Salah satu dari mereka mempersilakan Luna duduk. Ia tampak begitu senang melihat kehadiran wanita muda itu.

“Kau tampak sangat cantik dan anggun. Apa Anda tahu? Putri Anda benar-benar mengingatkanku saat masih muda.” Wanita yang tadi mempersilakan Luna duduk bergantian menatap Luna dan wanita yang ada di hadapannya.

“Itu sebuah pujian bagi kami..” Wanita yang diajak bicara tersenyum senang.

“Beliau adalah Nyonya Sera, Istri dari pemilik perusahaan Key grup. Beliau juga mengelola beberapa restoran terkenal di dalam maupun luar negeri termasuk restoran ini. ” Wanita bernama Anna yang duduk di sebelah Luna memberi tahu tentang siapa wanita yang ada di hadapan mereka.

Perlu diketahui bahwa Key Grup adalah perusahaan yang bergerak di beberapa bidang. Mereka memiliki stasiun televisi, hotel, dan mall yang tersebar di kota-kota besar. Restoran yang dikelola oleh Sera juga menjadi bagian dari Key Grup setelah adanya pernikahan kedua pemilik perusahaan itu. Jadilah Key Grup menjadi salah satu perusahaan terkaya di negara ini.

Di sisi lain, Luna dan ibunya mengelola perusahaan fashion terbesar di Negara itu dengn nama A&L. Brand yang dihasilkan dari perusahaan ini sangat terkenal hingga taraf internasional. Mulai dari pakaian, sepatu, tas, perhiasan, dan pernak-perniknya. Brand-brand milik A&L telah menjadi langganan banyak selebriti ternama dan A&L telah bekerjasama dengan Keygrup sejak awal berdirinya sehingga hubungan antar perusahaan tersebut terjalin dengan erat. Di mana Perusahaan Keygrup tampil di depan publik, maka di sana bisa didapati brand milik A&L.

“Ini sebuah kehormatan bagi saya. Senang bertemu langsung dengan Anda.” Luna tersenyum ke arah wanita di depannya dan memberi hormat.

“Kudengar dari ibumu bahwa kau dan Shin telah saling mengenal sejak kecil. Apa kalian akrab?” Wanita paruh baya bernama Sera itu mulai bertanya.

“Mm ... sebenarnya kami sempat bertemu beberapa kali saat masih kanak-kanak.” Luna menjawab seadanya.

“Kepergianmu selama lima belas tahun di Paris mungkin membuat kalian tidak begitu dekat ya…. Apa kalian masih saling berkomunikasi selama itu? Sebagai pasangan nantinya, komunikasi menjadi sangat penting. Aku sedikit khawatir karena Shin tidak mudah dekat dengan orang lain.”

“Eh?” Luna sedikit bingung dengan arah pembicaraan wanita di hadapannya.

“Tentu! Adanya ikatan perusahaan membuat hubungan keduanya menjadi lebih mudah.” Anna dengan cepat menjawab. Ia memegang tangan Luna agar tidak ikut berkomentar.

“Syukurlah jika begitu. Saya senang mendengarnya.”Sera terlihat senang sambil menatap Luna. “Ku harap kita akan sering bertemu mulai dari sekarang. Aku akan sangat senang.” Ia melanjutkan.

“Maaf, tapi sebenarnya apa maksud percakapan ini sebenarnya?” Luna memberanikan diri bertanya. Wanita yang ada di sampingnya tampak sedikit terkejut.

“Bukankah ibu sudah memberitahumu bahwa kau dan Shin akan menikah? Seharusnya kau paham dengan pertemuan ini….” Anna menatap ke arah putrinya dengan senyum memaksa.

“Apa?”Luna terkejut mendengar pernyataan ibunya.

Selanjutnya, Luna hanya bisa diam dan menanggapi percakapan dua wanita paruh baya itu seadanya. Hingga pertemuan itu berakhir dan ibu anak itu sampai di rumah, Luna meluapkan semua keresahannya.

“Bukankah ibu sudah keterlaluan?! Bagaimana bisa ibu memutuskan hal ini?! Pernikahan kata Ibu?!” Luna benar-benar marah dengan sikap ibunya kali ini. Begitu mengetahui maksud pertemuan tadi siang, Luna sebisa mungkin menahan ekspresi terkejutnya. Ia tidak ingin membuat suasana menjadi ribut.

“Ibu melakukan hal ini karena ibu tahu bahwa ini yang terbaik. Kau juga tidak akan rugi menikah dengan putra pemilik Key Grup. Ibu sudah pernah katakan sebelumnya bahwa setelah kepulanganmu dari Prancis, itulah awal kau memulai hidup barumu.” Anna menjelaskan dengan kesal.

“Jadi ini yang ibu maksud hidup baru?” Luna juga tampak kesal.

“Ibu tidak ingin berdebat denganmu lagi.” Anna berjalan menjauh menuju ke kamarnya.

“Kapan Ibu akan berhenti mengatur hidupku!?! Bagaimana pun aku tidak sudi menikah seperti ini!!” Luna berteriak dan melangkah meninggalkan rumah. Belum sampai ia di ujung pintu, Ibunya kembali dan ikut berteriak.

“Coba saja kau tolak pernikahan ini! Pada akhirnya semua usaha yang kau bangun selama ini akan hancur!”

“Ibu?! Teganya ibu berkata seperti itu?” Luna menatap Ibunya dengan tatapan tidak percaya.

“Apa kau masih belum sadar?! Kau bukan hanya hidup untuk dirimu sendiri. Kau terikat dengan perusahaan. Kau juga sangat mengetahui bahwa pemasukkan perusahaan terbesar datang dari Key Grup. Mereka telah memilihmu! Bahkan Nyonya Sera sangat menyukaimu! Apa kau akan tetap keras kepala?” Wanita itu benar-benar meninggalkan Luna setelahnya. Gadis itu kini hanya bisa berdiri di sana menahan sedih dan amarahnya.

Di lain tempat, Shin sudah mengetahui bahwa ia telah dijodohkan. Ayahnya bahkan terus-menerus membahas hal itu belakangan ini. Shin tidak pernah mempermasalahkannya. Sejak ia aktif di perusahaan, keadaan menjadi kacau. Ya, Shin dikenal sering membuat masalah. Ia sering pergi ke kelab malam dan membuat keributan. Ia juga beberapa kali tertangkap polisi karena melanggar aturan lalu lintas. Jika melihat rekam jejaknya selama ini, Shin sudah bisa dipastikan tidak layak menjadi penerus perusahaan. Bahkan tidak ada seorang pun pegawai yang memberi respon positif terhadapnya kecuali hanya dari segi fisik. Selain itu ia dikenal sebagai ‘Bos yang tidak bisa diharapkan’.

Keesokan harinya, Shin menemui Rei, ayahnya setelah mendapat pesan digital dari sekretarisnya. Keduanya duduk berhadapan di ruang kerja Rei.

“Ayah benar-benar menjodohkanku?” Shin tertawa geli. Ia tidak menyangka ayahnya bahkan telah menentukan tanggal pertunangannya.

“Apa maksudmu bertanya seperti itu?” Ayahnya merasa tersinggung. Ia menatap sebal Shin yang bersikap tidak sopan di hadapannya.

“Hmm ...tidak ada, lagi pula aku memang tidak memiliki keinginan apapun. Aku tidak ingin meratapi kehidupanku yang menyedihkan atau mengubahnya menjadi lebih baik. Bagiku tak ada gunanya. Aku akan tetap bersikap seperti ini. Jadi jangan salahkan aku jika setelah menikah keadaan menjadi lebih buruk.” Shin tersenyum dingin.

“Berhentilah bermain-main dan hiduplah dengan benar!” Ayahnya mulai emosi. “Berapa kali ayah harus menutupi kekacauan yang kau buat?! Tidak ada seorang pun di perusahaan yang memandang baik dirimu!! Kau sadar?!”

“Tentu saja. Alasannya hanya satu, aku sedang membuat Ayah kesal! Mm ...tapi jika boleh tahu kenapa ayah memilih gadis ini? Aku tidak pernah bertemu dengannya lebih dari sepuluh tahun.” Shin menunjukkan foto Luna yang dikirim ke hpnya beberapa waktu lalu. Ayahnya yang semula nampak akan marah, menghembuskan napas panjang begitu Shin menunjukkan foto Luna. Ia sedang menahan emosinya.

“Dia gadis yang hebat. Tidak hanya cantik, ia juga cerdas. Ia menyelesaikan studinya di Prancis dua kali lebih cepat dibanding dengan teman seusianya. Ia bahkan menjadi yang terbaik. Ayah yakin dia mampu menutupi semua kelakuanmu!” Rei memberi alasan.

“Begitukah? Jadi aku ini memang benar-benar buruk di hadapan ayah ya? Aku mengerti sekarang.” Shin beranjak dari tempat duduk. Tersirat di wajahnya bahwa ia kecewa. Baginya tidak ada yang lebih menyakitkan daripada mendengar seseorang menggantikan posisimu dengan mudah. Bahkan sebab ia membenci Ibu tirinya adalah karena ia merasa wanita itu seakan bisa menggantikan posisi ibunya.

“Aku pergi.” Shin berjalan keluar meninggalkan ruangan ayahnya.

Terpopuler

Comments

ⱮαLєƒι¢єηт

ⱮαLєƒι¢єηт

Aku sudah mendarat si sini .

semangat..😊

2020-09-12

1

🍁Bae Bae Bae🍁

🍁Bae Bae Bae🍁

kuy kuy mampir

2020-09-10

2

Falife

Falife

nyimak

2020-08-30

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!