Cintaku Yang Datang Terlambat
"Loh Lo siapa?" Tanya Aliza yang kaget ada orang di apartemennya dan tidur dengan posisi duduk bersandar.
Kaget suara besar membuatnya membuka mata dan mengusap wajahnya sambil membaca doa.
"Alhamdulilah, saya? Suami kamu?"
Loh!!
Aliza menatap kaget hingga beberapa detik ucapan Sela terngiang di kepalanya.
Aliz menatap lelaki itu dan tiba-tiba ingat laki-laki yang membeli obat di apotik tadi sore.
Haah...
"Gak mungkin gue halu, iyaa air... gue mau kekamar mandi mau cuci muka."
"Gak perlu tapi, kalo gak percaya silakan." Kata Bagas dengan santai.
"Whattt..."
"Nikah? Kapan? Kapan gue nikah kasih tahu gue sekarang jelasin!" Menarik kursi didepan meja makan dan duduk didepan Bagas yang tersenyum membuka ponsel lalu menutupnya melihat jawaban dari ibunya.
"Tiga jam yang lalu sebelum saya ke apotik kamu dan saya udah jadi suami kamu, Kamu ternyata seheboh itu ya."
Gak lucu!
Beberapa jam sebelumnya.
Apotik hari ini sangat ramai sampai pendapatan meningkat di hari-hari sebelumnya.
Apoteker cantik dan teman-temannya satu juniornya sibuk mengurus pembeli dan satunya bertugas mengurus obat pesanan sesuai resep dokter.
Aliza adalah perempuan yang melayani sekaligus berdiri di bagian depan menjadi kasir.
Memiliki senyum manis tubuh tinggi sekitar seratus enam puluh satu. Tak lupa keramahan Aliza sangat bisa di bilang boleh juga. Aliza menutup kepalanya dengan hijap sedang menutup dada, pakaiannya yang panjang dan sama sekali tak membentuk badan, Aliza tak terlalu suka gamis ia cukup dengan pakaian yang kebesaran dan warna gelap.
Tak lupa Aliza selalu menutup auratnya dengan baik sesuai ajaran guru ngajinya.
Aliza lulusan Sma dan ia bekerja di apotik milik kenalan keluarganya sudah hampir setahun, dan teman satu tempat kerja ada dua orang adalah Nurul juga Sela.
Nurul ini seumuran dengan Aliza ia memiliki keahlian meracik obat dan sudah bekerja selama lima tahun, Nurul tidak mau memegang kasir setelah Aliza datang, sebelumnya ada namun, tetap Nurul yang di percaya, berakhir pemilik apotik percaya dengan Aliza, ya sudah, pekerjaan Nurul semakin ringan walau tetap memikirkan racikan obat sesuai resep dokter.
Nurul tidak terlalu ramah tapi, sebenarnya baik hati, ia cantik dan mengenakan penutup kepala hijup lalu pakaian yang cukup panjang kadang mengenakan gamis kadang hoddie dan rok.
Dan Sela adalah yang paling muda diantara mereka Sela ini baru beberapa bulan dan sudah mahir karena ia sudah belajar dibidangnya tentang obat-obatan dokter. Sela juga mengenakan penutup kepala namun, ia tak seperti Aliza dan Nurul yang tak sembarangan melepas.
Usia Sela dan dua seniornya beda Lima tahun.
Pintu terbuka dan ternyata Sela masuk membawa makan siang yang ia beli dari titip menitip seniornya.
Senggang apotik ini membuat ketiganya bisa makan dengan enak.
"Beuh asil Mb aku lia cowok ganteng banget tapi, dah nikah."
"Huhh." Mendengar Sela bercari namun, tiba-tiba berakhir pupus harapan membuatnya bersorak.
"Kalo dah nikah lu ngiler laki orang lu namanya!" Sentak Nurul sambil menyuapi bakso bakar dengan tusuknya ke Sela.
"Aelah." Sela terkekeh sambil mulutnya mengunyah makanan.
"Bayangin deh hidup kita itu kek di cerita novel gitu, Nikah aja tau-tau sama cowok dingin romantis perhatin tapi, kitanya malu dan ngejauh bukan karena gak mau cuman gak terima kenyataan aja gitu!"
"Huuh bocah lu maunya apaan sih dah tua Mbk Nurul ama mb Aliza nikah padaan sono Astagfirullah ya Allah teman-teman hamba harus menikah besok."
Nurul cengengesan aja di doakan sela seperti itu.
"Heh cil lo aja sono, temen gue nikah umur dua puluhan tau." Jawab Aliza tiba-tiba yang sedari tadi diam mendengarkan Nurul dan Sela bicara akhirnya mengeluarkan suara.
"What... hah."
"Okay!"
Beda ekspresi dan tanggapan keduanya. Nurul dengan setujunya dan Sela dengan penolakan dan ekspresi berlebihannya.
"Gue, Mb... gue masih mau seneng-seneng elahh jan nikah dulu laahhh." Memohon merengek meminta Aliza mencabut ucapan nya.
"Nih anak haha.. Aduh lucunya cil.. hahah."
Nurul terkekeh geli sampai mengunyah seblaknya saja tertawa dengan tingkah panik Sela.
Bagaimana gak panik ucapan Aliza itu keramat bisa jadi membuat Sela nikah beneran gak sekarang tapi, waktu deket.
"Halah cuman ngomong doang." Nurul mencoba menenangkan.
Yaa! Wajah Sela bingung dan sedih.
"Permisi."
Mendengar suara, Azila bergegas keluar dari ruang istirahat setelah rapi mengenakan hijapnya.
Sejak kecolongan ada pembeli melihat Nurul membuka hijap. Aliza memikirkan untuk bersantainya di ruangan staf tempat menyimpanan cairan infus walau tertutup dan ac ada, tempatnya di belakang tapi, kasir dan pintu kaca depan masih terlihat.
"Iya... ada yang bisa di bantu?"
Seorang laki-laki yang tampan raut wajahnya sangat dingin dari raut ekspresinya saat bicara didepan Aliza ini, kaos hitam pendek kebesaran dan celana dasar kantong samping berdiri didepan meja kasir Aliza, setelah meraih obat di rak pajangan yang memang umum dan tidak perlu resep dokter.
"Saya ambil ini dan.. obat ini." Menyerahkan kertas resep dokter.
Aliza menerima sambil membacanya lalu tersenyum layaknya pada pelanggan.
Menghubungi Nurul untuk menyiapkan obatnya.
Tak lama Nurul datang membawakannya.
"Totalnya." Sebut terhenti bersamaan keluarnya struk harga barang Aliza tersenyum memberikan struknya dengan wajah ramahnya.
Pembeli itu mengeluarkan uangannya namun, kurang dan di ganti dengan kartu kreditnya.
"Bisa bayar nontunai aja mb?"
"Oh iya bisa, Silakan."
Aliza memberikan alat gesek kartunya dan menekan beberapa angka lalu struk keluar dengan suara khasnya mengisi keheningan diantara keduanya.
"Terimakasih mas ini kartunya."
"Oh iya.. Sama-sama."
Lalu pergi tanpa mengatakan apapun lagi setelahnya. Tiba-tiba Sela datang dan melihat laki-laki itu melewati depan apotik lalu Nurul ikut nimbrung di belakangnya.
"Itu dia... tapi, apa beda yaa... Tadi tuh pake baju rapi, trus dia nelpon sama orang pake panggilan dokter, tiba-tiba dateng cewek tomboy nyapa manggil dia dokter."
"Heh.. ngomong apaan sih, Gak jelas nih..." Kata Aliza.
"Seblak mana seblak!" Panik Aliza karena seblak itu enaknya di makan hangat kalo dingin gimana gitu rasanya walaupun enak sih.
"Aliza." Bisik laki-laki itu sambil berjalan keluar apotik dan senyum tipisnya.
Melewati depan apotik sambil mengetik pesan.
"Bu aku udah ketemu dia, Aku setuju." Balasnya.
Di rumah besar yang entah butuh berapa banyak asisten dan pengurus rumah untuk bersih-bersih dan mengurus hal yang tuan rumah minta. Sangat besar sampai menyaingi Mansion di luar negeri milik orang kaya disana.
"Ini Indonesia tapi, ini terasa di Eropa."
Kata Vivi yang malu-malu bicara dan hanya terdengar pelan berbisik dengan Naila ibu dari Aliza.
"Jeng Vivi gak usah sungkan sama kita, Anak kalian anak kita juga." Kata dari wanita paruh baya yang sudah punya dua putri dan satu putra. Naila Ayundira Ningrum nama dari ummanya Aliza Cahya Ayu Ningrum.
"Maaf saya mendadak ya Gun, Soalnya saya dah gak bisa ninggalin Aliza kelamaan di apartemennya, dia udah wajib nikah bukan? Tapi, kami belum juga di kasih kabar dari anak itu." Rasa tak nyaman dari Cahyono terdengar dari ucapannya, yang merupakan Abah dari Aliza sekaligus sahabat dari ayahnya Bagas, Guntur bumi Adi.
"Emang udah jalannya dia sama Bagas lagi, Yon." Kata Guntur dangan pelan dan menahan agar tidak lelah walau bicara.
Keempat orang di ruang tamu mengangguk dan saling lempar tawa.
"Hari ini ijabnya di rumah kalian ini kan?" Tanya Vivi yang sejak tadi malu bicara sedikit terdengar.
"Iyaa..." Kata Cahyono yang membuat Guntur dengan Vivi tersenyum malu.
"Maaf kalo anak kami..."
"Gak masalah Lah, Mau duda atau enggak pun yang penting ilmu agama nya dan tanggung jawabnya ke perempuan bahkan dirinya aja udah hampir lumayan ok, kenapa harus nolak," ucap Cahyo membuat Vivi dan Suami semakin malu.
Bagaimana tidak malu, Putra mereka sudah memiliki status duda walau sedikit membuat mereka segan tapi, Vivi mau putranya bahagia dan memiliki pasangan yang bisa mengurusnya.
...****************...
Waktu tiba saat Bagas datang semua sudah siap dan Bagas duduk di depan ayah juga penghulu dan tamu yang di undang Naila dan suaminya.
Saat ijab berkumandang kabul pun terdengar.
Lengkap sudah dan selesai sudah.
Tugas sang Abah akan di gantikan sang suami dan sang Umma hanya bisa menitikan air mata bahagia untuk saat ini.
Tindakan besar yang memang harus mereka ambil agar tidak menyesal karena firasat Cahyono untuk sang putri sulungnya yang sudah berumur dua puluh lima tahun bahkan hampir dua puluh enam di bulan besok.
Membuat mereka ketar ketir.
Semoga ini keputusan yang tepat.
Acara singkat berakhir bahagia dan rumah kembali terisi hanya dengan keluarga inti saja yang saling bicara dan bergurau, ayah ibu dan abah umma.
Naila kegirangan memiliki menantu seperti Bagas dan Vivi di sambut Naila dengan bahagia.
"Kalian nginep dulu gak mungkin pulang ke Jerman sekarang, dan Bagas.."
Sosok laki-laki yang tak asing itu merasa sungkan pakaiannya berubah drastis saat acara penting ini.
"Hem.." Umma langsung diam saat suara deheman Abah membuatnya mingkem. Melirik tipis sang suami, Umma malu.
"Umma..." suara lirih sang suami bersamaan lirikan matanya.
Tiba ceramah dan wejangan dari mertua yang sah beberapa jam lalu.
Bagas dan kedua orang tuanya mendengar kan serius saat Abahnya Aliza bicara.
"Bagas kamu gak papakan kalo abah suruh langsung keapartemennya Aliza? Maafkan Abah tapi..."
"Gak papa Bah." Jawaban yang pas dan tak terdengar ragu sekalipun.
"Kalo gitu Ayah Ibu, Om tan... Ab-bah um-ma." Sedikit kaku dan malu. Keduanya memaklumi kegugupan menantu yang sah beberapa jam lalu.
Mereka hanya bisa mengangguk mengerti. Tak lupa salam dan pamit dari Bagas yang bergegas menjalankan tugasnya yang sudah abah berikan.
...****************...
Sampai di Apartemen sesuai alamat dari Umma Naila. Bagas sampai dan langsung masuk, didepan pintu kamar langsung menekan sandi pintunya.
Duduk di ruang tamu sampai tak terasa kantuk datang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Daniah Andini
waow gercep yang miterius
2024-07-04
0
Uswatun Hasanah
lanjut
2024-05-27
0