Bab 4

"Masih harus berkata ya, dulu ya baru pergi"ucap Marvel yang tidak biasanya bertindak lembut dan sangat mesra apalagi itu di tempat terbuka, jika di kamar pun Marvel seperti orang yang ragu untuk bicara maupun mendekati Utari.

Meskipun tidak jarang Marvel memeluk Utari saat dia hendak memejamkan mata sebagai kewajibannya untuk bertindak adil, meskipun keadilan itu tidak terjadi seperti pada kedua istrinya itu.

Namun kemesraan Marvel dan Utari saat ini tidak berlangsung lama karena Lona datang dengan amarah yang ia ungkapkan pada Utari karena dia menyalahkan Utari untuk kepergian Marvel dari dalam kamarnya.

"Oh... yang muda sekarang mulai bertingkah dan serakah hanya karena jatidirinya sudah diketahui oleh orang banyak jadi merasa diatas angin ia begitu"ucap Lona yang kemudian memegangi perutnya dan langsung membungkuk karena rasa sakit yang menderanya hingga cairan bening bercampur sedikit lendir itu keluar melewati paha mulus itu.

Semua orang yang baru tiba disana langsung berteriak menghampiri Lona termasuk Lolita.

"Lona kamu sepertinya akan melahirkan saat ini juga"ucap ibu mertuanya yang tidak lain adalah nyonya Davidson.

"Tidak mungkin ahhhhhh! sakit"ucap wanita itu berteriak-teriak.

Saat itu Marvel belum menghampiri Lona karena dia tidak tau mengerti dengan yang ibunya ucapkan, karena menurutnya itu adalah cairan kenikmatan dari Lona seperti waktu semalam, meskipun anehnya sedikit banyak dari biasanya.

"Kakak benar-benar akan melahirkan"ucap Utari yang kini ikut mendekat tapi tangan itu langsung ditepis oleh Lona.

"Itu tidak mungkin, karena semalam Marvel masih menengok putra kami"ucap Utari yang kembali meringis.

Sementara Utari langsung terdiam, dia tidak berkata apa-apa lagi karena saat ini dia merasa seperti orang bodoh.

Utari pun pergi meninggalkan mereka yang tengah heboh mengurus Lona yang langsung dilarikan ke rumah sakit.

Marvel belum berangkat karena ibunya melarang dia untuk ikut sebelum pria itu sarapan pagi, karena Marvel memiliki mag jika dia sakit maka urusan perusahaan akan terbengkalai.

Dirumah hanya ada Lolita dan keempat lansia yang masing-masing sarapan di kamar mereka, termasuk Lolita yang masih belum bangun karena merasa lemas.

Marvel yang hendak dilayani oleh pelayan untuk mengambil kan makanan untuknya pun langsung menghentikan pelayan itu, dia malah meminta orang itu untuk mencari istrinya Utari yang biasanya menyajikan sarapan atau makan malam untuknya saat dia bekerja.

Pelayan tersebut pun langsung bergegas menuju kamar yang ada di lantai dua itu untuk mencari nyonya mudanya itu.

Utari pun tak lama tiba di hadapan Marvell yang sedari tadi menunggu kedatangannya.

"Kenapa? lama sekali, dan kenapa? pergi tanpa sarapan pagi terlebih dahulu"ucap Marvel datar.

"Aku pikir semua orang pergi mengantar Tante Lona ke rumah sakit"ucap Utari dengan dinginnya.

"Tapi bukankah aku tidak pergi"ucap Marvel yang menghentikan pergerakan tangan Utari yang hendak mengisi piring untuk sarapan paginya.

"Maafkan aku tidak tau itu"ucap Utari singkat.

Marvel pun langsung berdiri menghadap Utari yang kini terlihat memalingkan wajahnya, dia tidak ingin terlalu banyak terlibat percakapan dengan suaminya itu.

"Tatap aku dan katakan ada apa? kenapa kamu seperti ini lagi apa? aku buat salah padamu"ucap Marvel.

"Tidak ada, aku hanya tidak ingin orang lain salah faham hanya karena aku dekat dengan mu"ucap Utari.

"Utari apa? salahnya jika kita dekat... bukankah kita adalah suami istri"ucap Marvel sambil menatap lekat wajah cantik itu.

"Ya tapi aku bukan satu-satunya istri mu disini"ucap Utari.

Marvel pun terdiam dia kembali duduk di kursi, sementara Utari menyajikan menu sarapan pagi untuk Marvel tanpa bicara sepatah katapun.

Dia juga mengisi piringnya itu dan langsung menyendok makanan tersebut dan menyuapkan makanan tersebut dengan tenang sarapan pagi itu berlangsung dengan suasana hening.

Utari langsung meninggalkan meja makan saat itu juga setelah selesai sarapan pagi tanpa peduli pada suaminya yang kini menatap kearahnya sambil beranjak pergi untuk menyusul Utari.

Sesampainya di dalam kamar Utari pun menghela nafasnya dan duduk di hadapan lukisan yang seharusnya sudah ia kirimkan hari ini.

Utari merogoh kantong celana yang ia kenakan,di keluarkan nya ponsel miliknya dan menghubungi seseorang.

"Kak Zaky bisa bantu aku mengirimkan paket lukisan yang waktu itu aku ceritakan, aku sedang tidak bisa pergi saat ini... padahal dia sudah menunggu lukisan tersebut, dia bilang kemarin bahwa istrinya sudah positif dan lukisan ini harus diantar sekarang juga"ucap Utari tanpa ia sadari bahwa saat ini suaminya tengah berdiri di belakangnya.

"Itu loh kak, lukisan foto dirinya sendiri, dia ingin istrinya mengandung bayi laki-laki untuk calon pewaris, itulah kenapa dia menikah lagi secara diam-diam karena anak dari dua istri sebelumnya adalah perempuan, Tari juga heran kenapa mesti anak laki-laki... bukankah perempuan jaman sekarang juga bisa berbisnis"ucap Utari lagi.

"Iya, itulah kenapa istrinya tetap merahasiakan jenis kelamin anaknya itu, dan selalu menyembunyikan hasil USG yang sudah ditukar dengan milik orang lain yang berjenis kelamin laki-laki seperti yang suaminya inginkan, itulah kenapa saat ini dia membayar mahal lukisan ini hanya karena mendengar nasehat orang yang bahkan hanya sekilas dia kenal harus pajang foto bapak dari calon jabang bayi, untungnya dia punya wajah tampan jika tidak mungkin bayi di dalam perut itu akan tertawa terbahak-bahak melihat itu"ucap Utari.

"Gini saja bang Zaky urus semua yang papah bawa kemarin seperti biasanya, aku mungkin tak akan ikut pameran lagi tahun ini karena tidak sempat, papah juga sudah bilang jika galeri ku kosong dan sepi, sebaiknya taruh beberapa lukisan disana agar papah tidak merasa putrinya hilang di rumah orang"ucap Utari lagi.

Wanita itu terus mengobrol dengan seseorang di sebrang telfon, sambil membuka kertas pembungkus lukisan yang lumayan besar itu, dengan sangat hati-hati hingga saat seluruh bingkai itu terbuka, tampaklah sebuah wajah tampan dengan lukisan maha sempurna hasil tangan halus Utari tersebut.

"Siapa? dia"ucap Marvel yang membuat Utari terkejut hingga ponselnya terjatuh.

"Sa sayang kamu disini"ucap Utari sedikit gelagapan.

"Jawab siapa dia, bagaimana bisa lukisan itu disimpan disini, apa? kamu menyukai dia"pertanyaan yang membuat Utari semakin terpojok itu hampir saja hancur saat Marvel hendak melempar benda itu tanpa mendengar penjelasan Utari terlebih dahulu.

"Sayang... jangan, itu terlalu berharap untuk ku makanya aku simpan disini, sebentar lagi asisten ku akan mengambilnya"ucap Utari yang terlihat sangat ketakutan, bukan apa-apa soalnya itu sudah jatuh tempo saat ini harus benar-benar dikirim ke rumah itu.

"Berapa kamu dibayar untuk melukisnya!"ucap Marvel yang akhirnya marah karena tidak bisa melampiaskan kecemburuannya terhadap lukisan itu.

"Satu milyar"ucap Utari.

"Apa kau tidak punya harga diri, sehingga mau disuruh melukis pria yang bahkan tidak menggunakan pakaian, dan"

"Aku harus bekerja dengan profesional dan apapun keadaannya klien ku, tapi kamu jangan salah faham dulu lihat secara detail apa dia benar-benar telanjang atau tidak"ucap Utari yang memperlihatkan seluruh lukisan tersebut yang ternyata masih menggunakan kain penutup.

...******...

"Tinggalkan benda itu sekarang juga bantu aku bersiap"ucap Marvel.

"Baik" ujar Utari yang akhirnya menutup lukisan tersebut dengan kain penutup tadi.

Marvel mengikuti istrinya yang kini pergi menuju ke arah kamar pribadinya.

Pria itu terus menatap lekat punggung istrinya yang kini terlihat tengah banyak beban itu, hingga mereka tiba di dalam kamarnya.

"Buat lukisan kita berdua, berapa pun bayarannya aku akan membayar mu"ucap Marvel.

"Bukankah aku sudah melakukan itu kemarin"ucap Utari.

"Apa? kamu tidak mengerti dengan kata kita"ucap pria itu.

"Hmm... Kita yang aku tau adalah berempat"ucap Utari sambil berbalik menatap Marvel sambil meraih kaus kaki yang akan digunakan oleh suaminya itu.

Utari meraih kemeja berwarna biru muda, dan under srt juga bokser dan dan celana chinos yang ia kenakan saat ini karena dia tidak akan pergi ke kantor, tapi ke rumah sakit.

"Tidak ingin ucapkan sesuatu"ucap Marvel yang menatap lekat wajah yang ia bingkai saat ini.

"Kata apa?"ucap Utari yang balas menatap lekat mata suaminya.

"Untuk saat ini"ujar Marvel lagi.

"Oh iya sampai lupa, selamat untuk kelahiran putranya, semoga menjadi anak yang soleh dan sukses seperti Daddynya"ucap wanita cantik itu.

"Terimakasih, lalu kapan kamu siap untuk itu honey"ucap Marvel.

"Ah itu... maafkan aku, bang Zaky sudah tiba "ucap Utari yang lagi-lagi mengalihkan pembicaraan.

"Utari..."ujar pria yang kini menatap tajam pada wanita yang menghentikan langkahnya.

"Maafkan aku sayang, aku terburu-buru"ucap wanita itu.

Utari terus melanjutkan langkahnya hingga dia tiba di depan pintu, wanita itu berbalik menatap kearah belakang dimana suaminya masih menatapnya.

Utari tidak berkata apa-apa selain mengangguk pelan entah dia pamit atau mengiyakan perkataan Marvel.

Sementara itu di rumah sakit kegaduhan sedang terjadi disaat semua orang tau bahwa anak yang dilahirkan oleh Lona itu adalah bayi perempuan, sementara selama ini yang mereka tau adalah Lona tengah mengandung calon pewaris, lalu kenapa hasil USG itu pun tidak akurat dengan yang terjadi saat ini.

Hingga ibu kandung Lona terlihat gelagapan dan sangat ketakutan saat nyonya Davidson menanyakan semua hasil pemeriksaan dan juga tempat mereka melakukan pemeriksaan, seharusnya mereka tidak perlu sampai bertanya seperti itu! Karena dengan tingkah mereka yang ketakutan saat ini sudah bisa diketahui bahwa selama ini mereka berbohong.

Dan mengenai wajah bayi perempuan itu pun tidak sedikitpun mirip dengan putranya, kecuali wajah Lona saja.

Hingga wanita itu langsung meminta pihak rumah sakit untuk melakukan tes DNA terhadap bayi itu.

Sementara saat itu juga nyonya Davidson meminta Marvel untuk datang bersama dengan Lolita, dan hal itu membuat Marvel bertanya-tanya.

Namun pria itu pun membawa istrinya itu saat itu juga karena permintaan sang ibu adalah titah baginya.

Utari yang saat itu tengah berada di depan pintu gerbang rumah yang menjulang tinggi itu pun, menatap kearah teras utama dimana Marvel suaminya tengah terburu-buru dengan Lolita yang setengah diseret entah apa yang terjadi padahal wanita hamil itu belum menggunakan makeup seperti biasanya yang cetar membahana itu.

"Itu suami mu Tari"ucap pria tampan itu.

"Ya, dengan istri pertamanya"ucap Utari.

"Hmm... kalau begitu aku pergi dulu, nanti setelah sampai di tempat aku langsung hubungi kamu lagi"ucap Pria berusia 26 tahun yang merupakan kakak tirinya yang baik hati itu.

"Terimakasih, nanti aku transfer biayanya pengirimannya"ucap Utari sambil melambaikan tangannya kearah mobil yang kini berlalu pergi.

Sementara itu sebuah mobil super mewah itu berhenti di samping Utari.

"Naik"ucap Marvel.

"Aku belum siap-siap biar aku nyusul saja"ucap Utari.

"Masuk"ucap Marvel lagi dengan wajah datarnya.

"Masuklah Utari jangan buat orang susah karena menunggu mu"ucap Lolita dengan sinisnya.

Wanita itu tengah merias wajah seperti biasanya, sementara Utari tidak menggunakan makeup pun wajahnya sudah Cantik alami, dia pun masuk beruntung dia masih memegang ponselnya itu.

"Utari tolong rapihkan rambut ku"ucap Lolita yang memberikan perlengkapan rambutnya seperti biasanya saat ia akan pergi ke pesta.

Sebenarnya itu bukan hal yang pertama bagi Utari, karena hampir setiap hari setelah bangun tidur dia akan membantu kedua istri pertama Marvel bersiap, hanya saja kali ini sedikit terdengar berbeda karena ada kata tolong.

Sementara itu di depan Marvel terlihat melirik tajam kearah Lolita karena sudah memperlakukan istrinya itu seperti pelayan nya.

Utari sendiri terlihat seperti sudah terbiasa dengan itu.

"Apa kau tidak bisa melakukan semuanya itu sendiri Lolita"ucap Marvel yang semakin kesal.

"Tidak bisa honey...ini si baby akan terus bergerak gelisah jika aku sedang merapihkan rambut ku"ujar Lolita beralasan.

"Mulai besok panggil hairstylist ke rumah, aku tidak ingin lagi melihat mu menyuruh Utari"ucap Marvel.

"Ya honey, tapi hairstylist artis terkenal ya yang biasa tampil di siaran tik tok itu"ucap Lolita.

"Terserah kamu saja atur semuanya"ucap Marvel yang tidak ingin mendengar rengekan wanita itu.

Sementara Utari tetap menyelesaikan kegiatannya saat ini, hingga Lolita terlihat begitu cantik dengan tatanan rambut itu.

"Wah kamu memang selalu pintar untuk yang satu ini"ucap Lolita yang membuat Marvel sadar bahwa itu bukan kali pertamanya Lolita meminta Utari melakukan hal itu.

"Utari pindah kedepan"ucap Marvel tegas.

Wanita itu hanya mengikuti permintaan Marvel tanpa berkata apa-apa.

Sepanjang perjalanan Utari hanya menatap kearah jendela mobil, rasanya sudah sangat lama dia tidak keluar rumah sejak hari terakhir dia dibawa keluar oleh ibu mertuanya untuk menghindari pesta ulang tahun dari salah satu geng sosialitanya itu.

Tanpa ia tau jika suaminya sesekali memperhatikan dirinya.

"Sudah sampai, Lolita temui mommy lebih dulu...aku ada urusan penting dengan Utari"ucap Marvel.

"Kita datang untuk menjenguk Lona bukan, lalu kenapa kalian pergi"ucap Lolita.

"Jangan banyak tanya aku tidak suka"ucap Marvel.

"Ya honey"ucap wanita itu.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!