"Mohon perhatiannya pada seluruh tamu undangan yang sangat saya hormati, karena seperti yang ada tau bahwa Utari yang selama ini kalian kenal karena karyanya, baik diluar atau di dalam negeri jadi saya tidak perlu lagi memperkenalkan dirinya sedetil itu, tapi yang harus anda ketahui dia adalah istri saya seperti kedua wanita yang ada di sana"ucap Marvel tanpa ragu.
Saat itu Utari sudah mencoba untuk menghentikan Marvel lewat gerakan tangan yang menekan tangan Marvel, tapi pria itu tetap tidak mempedulikan Utari, dia ingin Utari tidak lagi menyembunyikan diri hanya karena dia dijadikan istri ketiganya. itu adalah prasangka yang selalu hadir di hati Marvel selama ini karena istrinya itu selalu berusaha menjauh dari dirinya terutama saat ada acara besar seperti saat ini.
Utari malah selalu mendorong dirinya untuk dekat dengan mereka berdua dan tidak lagi peduli padanya, padahal semua itu adalah sebuah kesalahan besar. Marvel ingin Utari lah yang selalu mendampingi dirinya dibanding istri pertamanya yang dua itu, bukan karena Utari adalah istri muda, tapi rasa cinta yang ia miliki pada Utari sejak mereka bertemu kala itu.
"Dia ingin mengucapkan sesuatu pada saya dihadapan kalian semua"ucap Marvel.
Dan hal itu benar-benar sebuah jebakan sekaligus hukuman bagi Utari, tapi beruntunglah Utari bukan gadis lemah dan bodoh, dia pun langsung meraih mikropon yang diberikan oleh suaminya itu.
"Disini saya hanya ingin mengucapkan selamat ulang tahun untuk suami saya... semoga dia panjang umur serta sehat selalu, dan yang paling penting seluruh doa terbaik untuknya dan keluarga besar kami"ucap Utari yang kini berjalan menuju sebuah piano.
Utari yang kini duduk di hadapan piano tersebut, memejamkan matanya sejenak, kemudian dia mulai memainkan piano tersebut, dan nada-nada cinta pun mengalun merdu seiring dengan suara yang sama merdunya dari bibir indah itu membuat siapapun terpana termasuk sutradara musik yang saat ini hadir di sana.
Marvel dan kedua istrinya terpaku di tempatnya saat ini ratusan orang penting dan keluarga besar Marvel benar-benar merasa terlena dibuatnya, tepuk tangan meriah terdengar menggema di sana.
Semua orang larut dalam cinta hingga saat permainan itu berakhir Utari pun langsung bangkit dan membungkukkan badannya lalu pergi dari pesta tersebut begitu saja tanpa peduli pada suaminya yang kini tengah digelayuti oleh kedua bumil itu, di bagian kiri dan kanan lengannya.
Marvel menatap lekat kepergian istrinya itu, dia tidak habis pikir kenapa? istrinya lebih suka mengasingkan diri dibandingkan bergabung dengan seluruh keluarganya.
Sementara itu sesampainya di dalam kamar tiba-tiba.
Plak....
Tamparan keras itu mendarat di pipi wanita cantik itu hingga hampir terhuyung karena sebelumnya Utari bahkan tidak melihat kearah depan.
"Mom..."ucap Zoya lirih sambil menatap kearah wanita yang selama dua tahun ini menjadi mertuanya.
"Beraninya kamu membuat aku malu di hadapan semua orang, dengan mempertontonkan bakat receh mu itu, dan kau merasa diatas angin karena putraku mengakui mu sebagai istrinya dihadapan orang banyak... tidak kah kau pikir bahkan derajat mu lebih rendah dari pelayan di rumah ku yang bergelar sarjana S2"ucap nyonya Davidson dengan angkuhnya.
Utari tidak sedikitpun membela diri, dia hanya terdiam sambil menunduk dengan tetes air mata yang mengalir deras.
"Kau pikir dengan aku menjemput mu kesana kau adalah satu-satunya gadis yang paling berharga untuk putraku! tidak Utari, kau harus sadar bahwa kau itu tidak lebih dari alat pembayar hutang yang ibu tirimu pinjam, jadi jangan pernah menunjukkan kehebatan mu disini... karena jika aku mau aku bahkan bisa mempekerjakan ratusan seniman musik yang terbaik jika aku mau"ucap nyonya Utari yang kini terlihat sangat benci pada Utari.
Sementara Utari langsung duduk tersungkur di lantai, dia tidak tau jika ternyata dirinya begitu rendah di mata sang mertua hingga ia begitu membencinya, apa salahnya dia jika dia memenuhi keinginan suaminya itu.
"Mam... maafkan Tari yang sudah berbohong pada papah, Tari hanya tidak ingin kesehatan papah terganggu jika dia memikirkan nasib Tari yang bahkan lebih menyedihkan ini, tadi juga tidak ingin keselamatan papah terancam"ucap Utari lirih.
Gadis itu perlahan bangkit sambil mengusap wajahnya yang basah dengan air mata, dia langsung melepaskan semua yang ia kenakan saat ini dan melemparnya keatas sofa, dia berjanji pada dirinya sendiri suatu hari nanti dia akan membalas semua sakit hati yang saat ini ia rasakan terhadap siapapun yang telah membuat harga dirinya terinjak-injak seperti saat ini.
Utari langsung membersihkan makeup nya dan menatap gambar tangan di pipi tirus nya itu, dia tidak mengobati itu, ataupun menutupi itu.
Setelah selesai berganti pakaian Utari langsung mengunci pintu dan berbaring di atas ranjangnya lalu memejamkan matanya seperti biasanya.
Pesta yang berakhir di malam hari itu membuat semua orang puas dengan jamuan yang disiapkan dan juga mereka bisa menyaksikan Utari idola mereka yang sudah lama menghilang itu.
Sementara Marvel terus mengetuk pintu kamar Utari meskipun seharusnya saat ini adalah jatah dia tidur dengan Lona istrinya pertamanya itu.
"Utari sayang buka pintunya"ucap Marvel yang tidak kunjung mendapatkan jawaban.
"Marvel nak kamu sedang apa?"ucap sang daddy yang kini tengah menghampiri putranya itu.
"Aku sedang ada penting dengan Utari daddy"ucap Marvel.
"Jika dia tidak kunjung membuka pintu sebaiknya kamu periksa seluruh Cctv di rumah ini maka semua yang menjadi pertanyaan mu akan terjawab"ucap tuan Davidson yang akhirnya pergi meninggalkan putranya itu.
Dia tidak bisa membela menantunya itu, dan dia juga tidak menganjurkan Marvel untuk membenci ibunya, tapi dia berharap setidaknya Marvel bisa sedikit mengurangi penderitaan istrinya yang selama ini selalu diperlukan semena-mena oleh seluruh anggota keluarga terutama ketiga wanita itu.
Marvel yang merasa heran pun langsung bergegas menuju ruang baca, dia berjalan terburu-buru dan langsung duduk di kursi kebesarannya dan langsung menyalakan laptopnya dia tidak melihat langsung dari ruang kontrol, tapi dia bisa melihat semua rekaman Cctv di seluruh bagian rumah termasuk setiap kamar para istrinya.
Adegan demi adegan kejadian yang membuat hatinya terbakar amarah itu terlihat jelas dimana setiap harinya istrinya Utari selalu diperlukan semena-mena oleh mereka, dan yang paling mengejutkan lagi Cctv di kamar Utari menunjukkan bahwa ibunya berani menampar Utari dengan makian yang terdengar jelas, bahwa ia tidak lebih sebagai alat pembayar hutang di rumah itu.
Marvel mengepalkan tangannya erat, dia pun langsung turun kebawah untuk mencari keberadaan istrinya yang dua yang kini tengah berendam di dalam bathtub-e di masing-masing kamar mandinya.
Disaat Marvel tengah mengetuk pintu kamar Lolita, ibunya datang menghampiri dia karena terdengar kegaduhan disana.
"Ada apa?ini nak"ucap nyonya Davidson dengan lemah lembut.
"Aku ingin memberikan pelajaran terhadap kedua istri ku dan orang-orang yang sudah menindas Utari selama ini"ucap Marvel dengan dinginnya.
"Apa? dia mengadu padamu "ucap nyonya Davidson.
"Istriku bukan wanita seperti itu, dia justru membela kalian semua dihadapan orang tuanya, dia bilang hidupnya bahagia disini... tapi ternyata itu semua adalah kebalikannya"ucap Marvel.
Sang mommy langsung memalingkan wajahnya, entah apa yang ada di dalam pikirannya saat ini yang jelas wanita itu langsung pergi meninggalkan putranya itu.
"Lolita... Lona buka pintunya jika tidak kalian akan tau akibatnya"ucap Marvel.
Saat itu juga terdengar jeritan yang memekakkan telinga semua orang yang sedang terlelap setelah pesta berakhir, ternyata nyonya Davidson bermimpi buruk mungkin karena rasa bersalahnya itu yang tadi telah menampar wajah Utari yang saat ini ikut terbangun, hingga dia melihat kebencian di mata putra kesayangannya itu.
"Ada apa? ucap tuan Davidson yang kini ikut terbangun dari tidurnya saat sang istri bermimpi buruk.
Sementara Marvel yang sedang tidur dengan Lona kini bangkit dan meninggalkan istrinya yang tidak terganggu sama sekali dengan suara jeritan keras itu.
Utari pun berjalan menuju lantai bawah dimana keributan itu terjadi karena orang-orang berkumpul untuk menanyakan apa yang terjadi pada nyonya Davidson tersebut.
Saat dia selesai menuruni anak tangga, tiba-tiba tangan seseorang menariknya kedalam dekapannya.
Pemilik tangan itu tidak lain adalah suaminya yang baru saja memastikan keadaan ibunya yang hanya mimpi buruk tersebut.
"Kamu juga mendengar itu sayang"ucap Marvel yang kini mencuri kesempatan untuk bisa memeluk istrinya yang selalu menjaga jarak tersebut.
"Tentu saja, memangnya apa yang terjadi pada nyonya Davidson"ucap Utari keceplosan.
"Nyonya"ucap Marvel yang kini membalikkan badan Utari yang sedari tadi ia peluk dari belakang.
"Ah maksud aku mommy"ucap Utari yang kini tersenyum pada pria yang tengah menunggu klarifikasi darinya, tapi tiba-tiba mata Marvel membulat sempurna saat melihat pipi sebelah kiri Utari yang masih terdapat bekas tamparan di pipinya itu.
"Jawab aku dengan jujur, siapa yang telah melakukan itu padamu"ucap pria itu.
"Ah ini tadi aku menepuk nyamuk di belakang tadi ada nyamuk yang hinggap dan aku langsung reflek hingga rasanya sangat sakit"ucap Utari sambil tersenyum.
"Jangan berbohong padaku sayang...aku tau kamu bohong"ucap pria yang kini mengelus pipi Utari dengan jempolnya itu.
"Terserah mau percaya atau tidak"ucap Utari yang akhirnya melepaskan tangan Marvel dan pergi, tapi pria itu langsung meraih tangan Utari dan membawa dia pergi menuju kamar pribadinya.
"Sayang Lona akan mencari mu"ucap Utari.
"Tidak apa-apa... bukankah aku sudah menunaikan kewajiban ku"ucap Marvel membuat Utari memalingkan wajahnya, dia bukan tidak mengerti dengan apa yang dilakukan oleh orang dewasa saat berada di dalam kamar, meskipun dia sendiri tidak pernah melakukan hal itu karena dia tidak mendapatkan hal itu dari suaminya yang menurutnya tidak mencintai dirinya karena Marvel tidak kunjung memberikan haknya selain tidur seperti biasanya memeluk nya pun bisa dihitung dengan jari, karena tari lebih banyak memeluk bantal guling.
Marvel tiba-tiba menggendong tubuh ramping yang terasa seperti bantal guling yang kaku itu, dia tidak tau apa istrinya adalah wanita yang normal atau tidak karena sampai saat ini gadis itu tidak pernah sedikitpun berinisiatif mendekatinya kecuali saat mengurus semua keperluannya itu.
"Honey...kamu kenapa? hmm"ucap pria itu saat melihat istrinya terlihat sangat gelisah saat ini mencari keberadaan bantal guling yang biasa ia gunakan.
"Peluk aku, mulai sekarang tidak ada lagi bantal guling di sini"ucap Marvel dengan entengnya.
"Sayang...aku tidak bisa tidur tanpa bantal guling "ucap Utari.
"Kita tidak akan tidur honey... lihat jam, tapi kamu bisa tidur sambil memeluk ku"ucap Marvel.
"Sayang boleh aku menginap di rumah papah besok, bukankah besok kamu libur"ucap Utari sambil menatap kearah lain.
"Honey..kamu bicara dengan ku atau dengan angin"ucap Marvel.
"Hmm... boleh tidak"ucap Utari.
"Apanya yang boleh"ucap Marvel pada Utari.
"Ah sudahlah lupakan"ucap Utari yang merasa jika suaminya tidak akan pernah mengijinkan hal itu.
"Aku tidak suka dengan sikap mu yang satu ini"ucap Marvel dengan tegas.
"Maaf"ucap gadis itu yang kini berbalik memunggungi Marvel.
"Apa?kamu tidak pernah tau memunggungi suami tanpa izin itu dosa"ucap Marvel yang kini membalikkan badan Utari agar menghadap kearahnya.
"Hmm..."lirih Utari yang dengan sengaja memejamkan matanya.
Marvel benar-benar merasa gemas dengan sikap istrinya itu, Utari tidak pernah mau mengulang kata-katanya itu. dan sebagai seorang suami ia harus cepat tanggap karena jika tidak Utari pasti akan mendiamkan dirinya sampai kapan pun.
Memiliki istri yang irit bicara ketika tidak suasana hatinya sedang terganggu, hal itu membuat Marvel ingin sekali berteriak dan menasehati istrinya itu agar dia bisa mengerti dengan dirinya.
Hingga waktu menunjukkan pukul tujuh pagi semua orang belum satupun yang terlihat di meja makan kecuali Utari yang sedang menyiapkan sarapan pagi untuk mereka semua sesuai jadwal.
Utari masih mengerjakan semua itu karena dia sadar bahwa ia berada di sana hanya untuk membayarkan hutang-hutang ibu tirinya itu, dan dia tidak berani mengadu pada Marvel karena nyawa ayahnya terancam jika dia sampai berbicara tentang semua perlakuan buruk yang ia terima otomatis hutang itu akan semakin berlipat ganda dan dia dipulangkan ke rumah keluarganya, pada saat itu ayahnya akan segera dihabisi oleh wanita licik itu untuk merampas semua harta yang saat ini sudah digerogoti secara diam-diam.
"Honey... kamu kenapa? Ninggalin aku sih, dan kemana para pelayan... apa? Kerja mereka hingga nyonya muda rumah ini yang mengerjakan semua ini"ucap Marvel yang saat ini sudah berada di belakangnya memeluk dan mengecup leher jenjangnya yang putih mulus itu.
"Sayang...malu di lihat orang, tidak apa-apa aku ikhlas melakukan semuanya ini, bukankah ini bagian dari bakti ku sebagai seorang istri dan juga menantu..."ucap Utari.
"Kenapa? Belum mandi hmm bukankah ingin menginap di rumah papah"ucap Marvel yang kembali mengecup pipi istrinya yang tengah sibuk menyajikan sarapan pagi tersebut.
"Aku tidak bersiap karena tidak ada izin"ucap Utari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments