Part 4

Sekarang yang menjadi masalah terbaru Dira adalah dimana letak lemari gelas yang di gunakan dan dimana letak air minumnya.

Ia benar-benar kebingungan dapurnya yang luas dan tertata rapi membuat Dira celingak-celinguk mengenali tempat.

Setelah beberapa saat kemudian akhirnya ia menemukan apa yang ia cari dan langsung berlari ke kamar Reyhan yang berada di lantai dua.

Bahkan sebelum masuk Dira menarik nafas karena habis berlari.

"Maaf bos agak lama," Dira langsung masuk dan meletakkan air itu di atas meja.

"Sepuluh menit aku nungguin kamu, kalau begini terus aku bisa dehidrasi tau gak," kata Reyhan menceramahi Dira dan Dira hanya tersenyum jengkel.

"Maaf bos tapi saya tadi tersesat," kata Dira tertunduk.

"Alasan yang klasik, apa kamu gak pernah masuk di rumah seperti ini," kata Reyhan datar namun menusuk menurut Dira.

"Maaf bos tapi rumah saya gak sebesar rumah ini, lagipula saya pertamakalinya masuk di rumah seperti ini. Kalau begitu bos saya kembali ke tempat saya," kata Dira menjelaskan dan menjauh dari hadapan Reyhan dan ada raut sedih dalam kalimatnya.

Ia sadar ia tidak sekaya Reyhan tetapi ia sangat sedih jika ada yang menghinanya selama ia bekerja ia akan melakukan yang terbaik.

"Apa semua orang kaya sikapnya seperti ini, kalau aku orang kaya kan gak mungkin aku kerja kayak gini. Tapi aku gak mau berharap jadi orang kaya kalau pada akhirnya punya sikap sombong." Dira bergumam sambil menutup pintu kamar Reyhan dan ternyata Reyhan mendengar ocehan Dira.

"Apa kau bilang?" Reyhan meminta Dira mengulang perkataannya.

"Lagipula bos pasti denger gak usah diulangin bos juga sudah paham, maaf bos saya tidak bermaksud menyinggung bos," kata Dira menjelaskan pada Reyhan.

"Ck," umpat Reyhan kemudian meminum air putihnya sampai habis sedangkan Dira duduk bersender di dinding kamar memerhatikan Reyhan.

Seandainya sikapnya agak sedikit ramah biarpun dia gak ngeliat pasti dirinya seperti sempurna. Batin Dira pada Reyhan.

Kemudian Reyhan tidak sengaja terpeleset meletakkan gelas itu di atas meja karena matanya yang tiba-tiba berdenyut sakit sehingga membuat gelas itu jatuh pecah.

Kebetulan sofa tempat duduknya itu tidak terkena karpet kamar sehingga gelas yang jatuh akhirnya pecah.

"Arghh!" rintih Reyhan.

Dira yang khawatir melihat Reyhan yang tiba-tiba menjerit dan kalau-kalau Reyhan menginjak serpihan beling itu langsung berdiri menghampiri tempat itu.

"Bos kamu gak papa, jauhkan kakimu dari situ." Dira mendorong kaki Reyhan menjauh dari serpihan beling yang begitu dekat dengan kakinya sedangkan Reyhan saat ini memegang matanya dengan kedua tangannya.

Kemudian Dira buru-buru membersihkan beling-beling itu tetapi ia sedikit ceroboh dan terburu-buru karena takut Reyhan terluka akhirnya salah satu beling itu menusuk ibu jari tangannya cukup dalam dan darah segar mengucur deras.

"Uh!" Dira menahan sakit sesaat di tangannya kemudian mengambil tisu yang kebetulan sisa satu di kamar itu bukan untuk mengelap darahnya tetapi untuk menaruh serpihan beling itu di tisu. Beling itu lebih memerlukan tempat ketimbang tangannya yang terluka karena luka Dira yang cukup dalam tidak cukup untuk menghentikannya dengan satu tisu.

Karena darahnya yang cukup deras keluar Reyhan yang indra penciumannya tajam bisa mencium bau darah Dira, saat ini ia tahu gadis itu terluka tetapi ia bingung kenapa gadis itu hanya diam dan hanya suara rintihan kecil yang ia gumamkan.

Darah Dira akhirnya sempat menetes ke lantai tanpa ia sadari dan pada akhirnya Dira melapkan darahnya kepakaiannya yang kebetulan berwarna putih sehingga bercak darah jelas terlihat.

Setelah lantai itu benar-benar bersih dari serpihan beling Dira langsung buru-buru keluar kamar dan membuang serpihan beling itu dan meminta bantuan kepada pelayan mengambil kotak p3k untuk mengobati lukanya.

Setelah merasa baikan Reyhan diam-diam membuntuti Dira dan ketika ingin membuntuti Dira ia merasakan ia menginjak sesuatu yang cair namun sedikit kental.

Kemudian Reyhan menyentuh cairan itu yang ternyata adalah darah.

Apa lukanya parah. Batin Reyhan khawatir pada Dira gadis itu terluka karena dirinya dan yang membuat Reyhan takjub gadis itu tidak mengeluh kesakitan. Dan tentu saja demi dirinya tidak terluka gadis itu rela berkorban untuknya sudah lama tidak ada orang yang seperti itu di dalam hidup Reyhan bahkan mungkin tidak ada karena Reyhan sudah tidak ingat.

"Duh kenapa darahnya gak berenti keluar sih," suara Dira terdengar oleh Reyhan karena saat ini Dira sedang panik tangannya tidak berhenti mengeluarkan cairan berwarna merah itu.

Setelah membuang serpihan beling itu seorang pelayan menghampirinya.

"Neng kok bisa tangannya terluka begitu?" tanya pelayan itu khawatir.

"Gak papa bi tadi terkena serpihan beling," kata Dira tersenyum ke arah pelayan itu.

"Apa yang gak papa darahnya sudah merembes ke baju eneng loh," Dira tetap tersenyum sedangkan Reyhan yang menguping terkejut.

"Tenang bi, sebentar lagi juga berhenti kok." ucap Dira tidak ingin membuat orang lain khawatir pada keadaannya padahal ia tahu jika darahnya itu masih tidak mau berhenti keluar.

Apa segitu parahnya, apa perlu kupanggilkan dokter. Batin Reyhan entah mengapa ia bisa khawatir dengan gadis itu.

"A-anu bi kalau begitu bibi bisa ambilkan saya kotak p3k," kata Dira pada akhirnya dan pelayan itu langsung buru-buru mengambilkan kotak p3k.

"Hei kau! Kalau darah di tanganmu gak mau berhenti, angkat tanganmu lebih tinggi dari jantung," kata Reyhan tiba-tiba muncul awalnya Dira terkejut mengapa pria itu tahu dia terluka padahal ia tidak berkata apa-apa.

Namun Dira pun menyadari sesuatu Reyhan memiliki indra yang tajam dan akhirnya Dira menurutinya.

"Ini lap lukamu." Reyhan menyodorkan sapu tangannya walaupun tidak pas di hadapan Dira karena Reyhan tidak melihat dan Dira mengambilnya sambil tersenyum.

"Terimakasih," kata Dira mengelap lukanya.

"Bagaimana apa darahnya sudah mulai berhenti keluar?" tanya Reyhan.

"Ya." Dira mengangguk.

"Bagus kalau gitu,"

Dan kotak p3k yang di minta Dira akhirnya datang.

"Neng apa perlu bibi bantu ngobatinnya." tawar pelayan itu.

"Gak usah bi lagi pula ini udah mendingan kok saya bisa sendiri, makasih bi kotak p3knya," kata Dira.

"Oke kalau gitu cepat kamu kasih obat merah," Reyhan memerintah Dira dan pelayan itu nampak kaget ia tidak pernah melihat tuannya itu tampak khawatir pada orang yang baru di kenalnya.

Dira pun menuruti semua yang di perintahkan Reyhan dan akhirnya tangannya selesai di perban, pelayan tadi sudah meninggalkan tempat itu karena perintah dari Reyhan.

"Kemarikan tanganmu," kata Reyhan sambil mengulurkan tangannya.

"Ta-tapi... "

"Cepat," entah mengapa mendengar bentakkan halus Reyhan Dira mau menurutinya dan memberikan tangannya yang terluka untuk memastikan Dira menuruti cara pengobatan yang Reyhan suruh.

Dan Dira melakukan apa yang Reyhan suruh.

Entah mengapa setelah memegang tangan dingin Dira, Reyhan merasa bahwa ia tidak ingin melepaskan tangan gadis itu.

Dira saat ini malu berat dadanya sedang berdebar-debar karena panik akibat perlakuan Reyhan.

Setelah menyadari mereka sudah cukup lama melakukan adegan itu, pegangan tangan mereka pun akhirnya terlepas saat ini wajah Dira memanas mukanya memerah sedangkan Reyhan ia langsung meninggalkan tempat itu menuju kamarnya lagi.

Namun samar-samar saat ini ada senyum tipis yang terpancar di wajah datarnya ketika sedang menaiki tangga.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Choi Aerii (ig:@choiaerii99)

Choi Aerii (ig:@choiaerii99)

tangannya diapain sih Thor sama si Reyhan? 😆

2020-04-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!