Kayaknya aku gak bakalan betah kerja di sini biar pun sehari. Dira membatin.
Kemudian dengan setengah hati ia memberanikan dirinya memasuki kamar itu sambil menarik nafas dalam sekarang tangannya mendingin, ia sedang gugup keringat dingin mengucur di pelipisnya.
"Tutup pintunya!" mendengar perintah pria itu untuk menutup pintu membuat Dira tambah panik ingin rasanya ia lari pulang sekarang tetapi untuk menepati janjinya pada Rosa ia akan menjaga anaknya selama Rosa bekerja, ia tidak akan pergi sebelum ia berpamitan pada Rosa. Dira benar-benar menyesal karena sebelumnya tidak bertanya siapa orang yang akan ia jaga, jenis kelaminnya, umurnya. Ia pikir ia akan menjaga seorang anak kecil karena melihat penampilan Rosa yang masih muda, ia tidak tahu jika ternyata ia salah paham.
"A-apa ada yang bisa saya kerjakan?" tanya Dira sopan namun tidak menghilangkan rasa gugupnya.
"Tidak, maksudku belum ada perintah yang akan kamu lakukan dariku," Reyhan menyeringai tampaknya ia akan menjahili Dira. Padahal saat ini Dira tanpa di jahili pun sudah merasa tidak betah berada di tempat itu.
Ya Tuhan aku ingin pulang. Dira membatin, ia benar-benar gugup.
"Oke. Aku akan buat petaturan di kamar ini, pertama kamu gak boleh nginjak karpet kamarku dan duduk di sofa," kata Reyhan membuat peraturan dan Dira yang menyadari telah menginjak karpet kamar itu pun langsung menyingkir ia menuruti keinginan pria itu dan tidak membantahnya ia tidak ingin mencari masalah cukup sudah pekerjaannya ini menjadi masalah baginya.
"Kedua kamu gak boleh nyentuh barang-barangku sembarangan." peraturan kedua yang pasti Dira turuti karena dia tidak berminat sama sekali untuk menyentuh barang di rumah itu sekalipun benda itu kesukaannya, Dira hanya diam mendengarkan perintah bosnya itu.
"Ketiga kamu harus panggil aku bos," kata Reyhan dan membuat Dira mendengus pasrah. Ia terima saja hal itu memang kenyataannya pria itu adalah bosnya.
"Dan yang terakhir jangan banyak omong dan tanya kecuali kalau aku sudah kasih kamu perintah," kata Reyhan dan membuat Dira memutar bola matanya malas karena merasa memang dia tidak ada minat untuk bertanya dan mengajak pria itu berbicara.
Walaupun di hatinya bertanya siapa nama pria itu dan kenapa matanya di perban. Tapi karena perintah bosnya itu, ia membuang jauh pertanyaannya itu biarlah nanti ia tahu sendiri pikirnya.
Akhirnya Dira menuruti semua peraturan Reyhan ia tidak mau terlibat masalah kalau melanggar peraturan yang di buat Reyhan. Walaupun Dira tahu jika pria itu benar-benar kelewatan, karena satu-satunya tempat yang tidak terkena karpet di kamar itu hanyalah lurusan sudut-sudut kamar itu.
Tapi Dira sangat menghormati peraturan yang di buat Reyhan ia bahkan sekarang rela duduk di pojok kamar dekat pintu tanpa adanya alas karpet di tempat itu dan membiarkan dirinya duduk di keramik. Hal itu juga sebenarnya bagus untuknya karena ia tidak perlu terlalu dekat dengan pria itu.
Kemudian ia menyandarkan diri menunggu perintah yang dikeluarkan Reyhan bahkan kalau Reyhan tidak memerintahnya ia akan bertekad sanggup diam seharian tanpa berbicara dengan bosnya itu karena memang seperti itu pribadi Dira ia tidak suka banyak bicara. Ia lebih memilih untuk fokus bekerja ketimbang menggosip sesuatu hal yang tidak perlu.
Berbeda dengan pekerja-pekerjanya terdahulu peraturan Reyhan nomor satu tidak mereka perdulikan dan malah mengejek Reyhan dalam keterbatasannya dan hal itulah yang membuat Reyhan merasa jengkel.
Dira saat ini benar-benar menikmati dinginnya tembok dan lantai tetapi ia tidak perduli karena ia sekarang begitu fokus membaca novel favoritnya. Ia sangat menyukai novel itu sampai-sampai tidak memperdulikan apapun. Tapi tidak mengalihkan fokusnya jika bosnya memerlukan sesuatu ia tetap mendengarnya.
Tidak lama kemudian Dira cekikikan sendiri bahkan sekarang Dira tidak perduli dirinya telah berbaring di lantai keramik yang dingin itu. Ia benar-benar menikmati membaca novel itu sekarang.
"Kenapa kamu tertawa?" tanya Reyhan pada Dira.
Hah, dia denger. Padahalkan aku jauh dan gak bakalan kedengeran kalau ketawa suaraku kan benar-benar nyaris gak kedengaran orang normal mana dengar, wah indra pendengaran memang keren, walaupun ia buta. Batin Dira kagum.
"Hei jawab!" seru Reyhan jengkel karen tidak ada jawaban.
"Ma-maaf bos, saya lagi baca buku," kata Dira jujur ia merasa bersalah karena sudah menggangu ketenangan bosnya.
"Kamu berbohong." Reyhan tidak percaya ia masih mengira Dira sama saja dengan pengasuh-pengasuhnya sebelumnya.
"Bos-bos, mana ada saya bohong, nih kalau gak percaya." Dira mendatangi bosnya yang duduk di ranjangnya dan tentu saja Dira kesitu berjalan di bagian tanpa karpet. Ia tetap menghormati peraturan Reyhan.
"Nih bukunya," Dira menyentuh-nyentuhkan novel yang ia baca ke tangan Reyhan agar pria itu percaya padanya.
"Kalau begitu novel ini saya sita karena kamu sudah membuat keributan." tegas Reyhan.
"Ta-tapi bos," Dira tidak terima dengan keputusan Reyhan, buku itu satu-satunya teman bagi Dira di kamar itu.
"Gak ada tapi-tapian," kata Reyhan membuat Dira langsung diam. Ia tidak membantah dan tetap menurut saja, karena ia hanya anak buah dan harus menuruti atasan.
Dira langsung kembali ke tempat asalnya dan langsung mendudukan diri sambil mengerucutkan bibirnya dihatinya sekarang ia sedang mengomel.
Enak ya jadi bos bisa bersikap seenak jidatnya. batin Dira kesal.
Sedangkan Reyhan sudah tidak mendengar cekikikan Dira lagi dan ia tahu kalau gadis itu tadi berkata jujur tetapi ia bingung kenapa tangannya dingin seperti orang yang ketahuan berbohong begitu pula dengan detak jantungnya.
"Hei! Apa kamu merasa gugup?" tanya Reyhan dan membuat Dira yang sedang menatap tembok terkejut.
"Hah!?" Dira menatap kaget dengan pertanyaan bosnya barusan ia tahu Dira gugup. Ia lagi-lagi ketahuan gugup bagi Dira saat ini ia sungguh tidak profesionalis sekali ia dalam bekerja.
"Bukan urusan bos." Dira menjawab ketus, sebenarnya jawaban itu isi hatinya yang kesal karena novelnya di sita.
"Kamu sudah berani ngelawan bosmu." Reyhan menegur Dira.
"Eng-enggak bos. Iya, saya gugup saya gak biasa dengan suasana kayak gini." Dira menjawab jujur, ia malah ketakutan jadinya saat ini merasa bersalah karena bersalah jelas saja.
"Sebenarnya saya saat ini hanya menunggu bos untuk mengusir saya pergi dari sini," kata Dira seadannya ia sudah tidak kuat dengan keadaan.
Hanya saja karena ia sudah berjanji dengan Rosa ia tetap bertahan seandainya ada titah pengusiran dari Reyhan ia akan langsung berlari pergi pulang tetapi Reyhan hanya tersenyum simpul menanggapi perkataan Dira.
Melihat senyuman Reyhan Dira lebih memilih menatap tembok lagi sambil berpikir apa yang akan di lakukan bosnya itu selanjutnya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
widi yanti
Lucu kak. Seru juga 😆
2020-04-03
2