Dira yang sekarang sedang bersandar di tembok dekat pintu menatap bosan karena sudah tiga setengah jam ia tidak berbuat apa-apa, tidak ada perintah dari Reyhan bahkan setengah jam lagi telah masuk jam makan siang. Dira benar-benar merasa gelisah akibat perintah bosnya itu, tapi ia tidak bisa membantahnya dan hanya tetap menurutinya saja.
Tidak ada pembicaraan yang terlontar di antara mereka berdua setelah Reyhan mengeluarkan peraturan pagi tadi dan setelah novel kesukaan Dira di sita saat ini ia bagaikan salah satu pajangan di kamar itu. Begitu juga Reyhan ia hanya diam mematung di atas ranjangnya tidak bergerak sama sekali persis seperti patung.
Dira akhirnya menguap bosan dan memgantuk ingin sekali dirinya tidur saat itu juga tapi apalah daya ia sekarangbsedang bekerja dan ia berpikir apa yang terjadi jika seandainya dia tertidur dan bosnya itu memanggilnya karena membutuhkan sesuatu ia tidak ingin makan gaji buta karena tidak melakukan apapun, tapi begitulah Dira bila bekerja tidak ada yang ia kerjakan pasti ia akan mengantuk.
Bosannya. Batin Dira menggerutu sambil menguap lebar kemudian Dira mengamati sekelilingnya dalam diam. Bagi Dira kamar itu sungguh rapi sepertinya memang tertata khusus untuk memudahkan bosnya dalam mengambil barang-barangnya dan itu membuat Dira menjadi takjub dibuatnya.
Dan mungkin saja jikalau sampai Reyhan melihat dirinya yang sedang menguap barusan pasti akan tertawa karena menguapnya yang begitu lebar dan terkesan tidak sopan tapi Dira tidak perduli sangking bosan dan mengantuknya ia.
Kemudian ia menatap wajah Reyhan lekat, tampan itulah penilaian Dira pada Reyhan.
Setelah itu Dira membuang pemikirannya itu sambil mengusap wajahnya kasar. Sudah jelas bosnya itu memang tampan tapi tidak perlu ia terpesona dengan ketampanan bosnya itu. Kemudian ia berpikir.
Bagaimana kalau dia itu melihatnya, bagaimana kalau dia tahu kalau Dira memandanginya, bagaimana kalau sebenarnya perban yang ia gunakan tembus pandang dan ia melihat, bagaimana kalau seandainya matanya baik-baik saja, Dira akan benar-benar malu jika hal itu benar adanya. Pikiran Dira takut kalau seandainya Reyhan melihat dirinya sedang memerhatikannya. Kemudian ia menggeleng-gelengkan kepalanya akan pemikirannya itu.
Astaga apa sih yang aku pikirkan, mungkin ini akibat dari rasa bosan karena kelamaan diam. Dira mengangguk-anggukkan kepalanya meyakinkan dirinya sendiri.
Begitulah Dira ia tidak pernah memandang orang yang memiliki kekurangan itu lemah tetapi ia menganggap kekurangan seseorang itu adalah kelebihan dirinya, bagi Dira setiap orang itu punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing begitu juga para disabilitas. Banyak dari mereka yang mengukir prestasi dan itu perlu di apresiasi.
Dira ia memang sering merasa takjub pada orang yang memiliki kekurangan bahkan Dira bisa menganggap orang itu bisa lebih daripada dirinya walaupun ada yang kurang dalam diri orang tersebut. Dira tidak pernah memandang itu sebagai kekurangan. Walaupun ini pertamakalinya dalam seumur hidup Dira bertemu denga seorang penyandang disabilitas.
.
.
.
Reyhan yang sudah bosan dengan keadaan akhirnya mulai membuka suara. Ia sudah tidak tahan berdiam diri lebih lama lagi.
Biasanya ada saja yang di kerjakan Reyhan di kamar itu tetapi demi menguji pengasuh barunya itu ia bahkan juga ikut diam selama tiga setengah jam dan ia mengaku pada dirinya sendiri tidak sanggup lagi melakukan hal itu.
Sebenarnya selama tiga setengah jam barusan Reyhan menguji Dira apakah ada yang akan di kerjakan oleh gadis itu ketika sedang di suruh diam dan ternyata nihil bahkan Dira seperti tidak ada di kamar itu.
Gadis itu benar-benar menuruti perintah konyol dirinya. Walaupun itu konyol, jika Dira membangkang pria itu tetap akan marah.
Sebenarnya tanpa Reyhan sadari sebenarnya saat itu Dira sudah grasak-grusuk di tempat duduknya karena bosan tidak seperti Reyhan ia hanya duduk diam bagaikan patung tanpa bergerak di atas kasurnya.
Reyhan yang Dira kira sedang tidur melepaskan earphone yang ia gunakan.
Dira saat ini sedang menenggelamkan kepalanya kelututnya sangking bosannya.
"Hei kau bisa ambilkan aku segelas air putih," kata Reyhan akhirnya memerintah Dira.
Dira mendongak kaget dan langsung berdiri senang akhirnya ada yang ia kerjakan. Kakinya sedikit kram akibat kelamaan duduk tapi tidak menghilangkan semangatnya dalam bekerja. Akhirnya ia sedikit berguna.
"Siap bos! Tapi bos kalau saya agak lama mengambil air putihnya jangan marah yah bos, soalnya pasti saat itu saya tersesat di rumah bos ini," kata Dira semangat tetapi saat memberikan penjelasan ia tertunduk malu.
Reyhan hanya tersenyum meremehkan Dira kemudian ia bangun dan berpindah duduk ke sofa kamarnya.
"Masa kamu kalah sama saya yang tidak melihat." Reyhan meremehkan Dira.
"Maaf bos tapi kan ini rumahnya bos bukan rumah saya jadi wajar kalau saya bakalan gak tau, kan saya baru sekali kesini. Lagian nih bos yah saya kurang yakin kalau bos itu tidak melihat siapa tahu dibalik perban itu mata bos itu melihat jelas." jelas Dira karena merasa heran dengan bosnya itu yang bahkan seperti orang melihat karena lancarnya ia pergi ke sofa kamarnya tanpa meraba.
Belum sempat ia akan di semprot bosnya itu dengan kata-kata pedas Dira langsung berlari keluar untuk mengambilkan pesanan bosnya itu.
"Hei kalau orang mau bicara itu di dengerin dulu!" Reyhan berteriak dari dalam kamar namun Dira tidak mengubrisnya dan memilih pergi mencari dapur. Ia tidak ingin mencari masalah lagi dengan bosnya itu.
Dan benar Dira saat ini tersesat ia bagaikan orang linglung.
"Ih kemana sih para pelayan,aku gak tau dimana dapurnya," gumam Dira mengomel sendiri sambil celingak-celinguk.
"Ada apa neng yah?" tanya pelayan rumah itu tiba-tiba berada di belakang Dira dan membuat Dira lagi-lagi terkejut.
Kenapa sih orang di rumah ini kayak hantu suka tiba-tiba muncul. Batin Dira merasa heran karena terus-terusan terkejut.
"Anu bi, dapurnya dimana yah?" tanya Dira bingung.
"Memang ada apa neng?" tanya pelayan itu.
"Anu bi, bos maksudku... " Dira kebingungan sendiri karena dia masih tidak tahu nama bosnya itu.
"Dia minta minum," kata Dira pada akhirnya daripada membuatnya pusing memikirkan nama bosnya itu.
"Oh neng pengasuhnya tuan Reyhan yang baru. Mari saya antar ke dapur neng," kata pelayan itu dan membuat Dira akhirnya tahu nama bosnya itu sambil mengantar Dira ke dapur.
"Terimakasih bi," kata Dira pada pelayan itu. Pelayan itu hanya mengangguk kemudian ia meninggalkan dirinya sendirian di dapur.
Melihat dapur yang sangat besar dan banyak lemari yang tertutup rapi sekarang yang menjadi masalah terbaru Dira adalah dimana letak lemari gelas yang di gunakan dan dimana letak air minumnya di taruh.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
widi yanti
Boleh kasih saran ya, Thor. Ada kalimat yang berbunyi, 'Dira ia memang merasa takjub.....'
Seharusnya tidak usah pakai ia lagi karena sudah ada Dira.
2020-04-03
1