Haura, Istri Pilihan Dari Desa (2)
Ruang tamu masih ramai. Memang hanya tinggal keluarga dari kedua mempelai saja.
" Kapan kalian akan pulang lagi?," tanya Arif pada sahabatnya, Dirga sekaligus besannya.
" Insya Allah besok."
" Kamu harus siapkan semua pakaian yang akan kamu bawa, La." ucap sang ayah pada anak gadisnya yang kini malah bergelayut manja di lengannya.
" Terus ayah sama siapa? Lala enggak mau ninggalin ayah sendirian," Ucap Haura sendu.
Tidak pernah terpikirkan olehnya akan pergi meninggalkannya ayahnya karena ia sudah resmi menjadi seorang istri.
" Masih ada Uwa disini, La." ucap Lukman kakak mendiang ibunya.
Sementara di sofa yang bersebrangan, Alkana duduk memperhatikan sikap Haura.
Aku menikahi anak kecil. Yang ada malah jadi baby sitter ketimbang jadi suami. Yang harusnya dilayani malah melayani. Batin Alkana melihat betapa manjanya sikap Haura pada ayahnya.
Azdan Maghrib berkumandang. Semua pria langsung menuju masjid untuk menunaikan shalat. Begitupun dengan Alkana.
Sementara Haura, kembali ke kamar untuk menunaikan shalat di kamarnya.
...******...
" Al, titip Lala, ya. " pesan Arif pada menantunya.
"Insya Allah, Yah,"
" Dia anaknya memang manja. Tapi, insya Allah bisa untuk di arahkan. Didik dia dengan lemah lembut. Jangan pernah gunakan fisik untuk mendisiplinkannya.
Jika, dia salah, tolong ingatkan. Ayah percaya, kamu laki-laki bertanggung jawab,"
Alkana hanya mengangguk. Rasanya ia berat menerima semua permintaan mertuanya. Namun, memang itulah tugasnya sebagai seorang suami.
" Jika kamu tidak sanggup untuk terus hidup dengannya, kembalikan dia dengan baik pada kami. Jangan lukai hati dan perasaannya,"
Lagi-lagi,Alkana hanya mengangguk. Ia sendiri tidak yakin bisakah untuk menjadi suami yang bertanggung jawab untuk Haura. Sementara di matanya,Haura tidak sesuai dengan tipe istri idamannya yang dewasa dan mandiri.
" Kamu tenang saja, Rif. Aku akan memastikan Haura ada di tangan yang tepat." Arif mengangguk. Ia sangat percaya pada sahabatnya.
Perbincangan itu berlanjut dengan berbagai petuah dari Arif dan Dirga untuk Alkana. Haura sendiri sudah adadi kamarnya dengan pakaian tidurnya.
Ceklek
Pintu terbuka dan tampaklah Haura yang sedang duduk di tepi ranjang. Ia sengaja menunggu suaminya.
Alkana terpesona. Ternyata di balik kerudungnya, Haura menyembunyikan kecantikan yang luar biasa.
Ia hanya mengingat Haura versi usia sembilan tahun. Versi dewasa ternyata semakin cantik walaupun manjanya tetap sama.
Rambut hitam panjang bergelombang. Leher jenjang seputih susu. Oh, pikiran Alkana mulai traveling kemana-mana. Bahkan sampai berpikir meninggalkan tanda kepemilikan di sana.
Belum lagi bibir mungil itu, semakin di perhatikan semakin ingin ia raup sepuas hati.
" Aa mau langsung istirahat?," tanya Haura lembut membuat Alkana tersadar dari pikiran m3sumnya.
" Aa?," Alkana mengernyitkan keningnya.
" Bagaimana? Biar lebih romantis. Panggilan spesial dari Lala," ucapnya bangga.
" Kenapa enggak kayak biasa aja. Panggil mas,"
" Lala kan sekarang istrinya aa, jadi mau panggilan yang berbeda. Bolehkan?," pintanya dengan wajah si buat seimut mungkin.
Alkana hanya menelan salivanya. Ayolah wajah itu sudah imut tanpa harus di buat tambah imut lagi. Batin Alkana
" Terserah," jawab Alkana akhirnya.
" Aku mau ganti pakaian dulu." jawab Alkana sambil memindai kamar Haura yang berukuran kecil namun rapi itu. Mencoba mengalihkan perhatiannya pada objek yang sangat sayang jika hanya di pandang saja.
Alkana melihat hanya ada kasur single disana. Sementara lantainya tidak ada alasan sama sekali.
" Kita tidur di kasur kecil ini Aa tidak apa-apa kan, ?," Haura seolah sadar jika suaminya sedang memperhatikan kasurnya.
" Itu sangat sempit,"
" Tidak masalah, kita kan bisa saling berdempetan," jawab Haura yang membuat Alkana terperangah.
" Kamu tidak takut terjadi sesuatu jika kita berada di posisi tanpa jarak?,"
" Kita suami istri. Kenapa takut?. Aa mau langsung malam pertama pun aku bersedia,"
Alkana di buat melongo dengan jawaban Haura. Gadis ini tidak terlihat takut atau gugup sama sekali.
" Kamu yakin?,"
Alkana heran dengan Haura yang nampak biasa saja. Padahal, biasanya pengantin baru akan malu-malu. Namun, lihatlah. Istrinya malah mengajak malam pertama dengan santainya.
Istriku memang agak lain. Batin Alkana
Haura mungkin gadis yang selalu di manjakan sang ayah. Karena ia anak tunggal belum lagi di tinggal ibunya sejak kecil. Sehingga teraman di sayang dan di jaga
Namun, Arif selalu mengajarkan banyak hal termasuk agama pada sang putri. Karena itu Haura sudah paham bahwa ketika statusnya menjadi seorang istri, apa saja perubahan yang akan terjadi dalam hidupnya. Termasuk tentang tidur di atas ranjang yang sama.
Bahkan, ayahnya mendatangkan seorang ustadzah yang sengaja memberikan ilmu tentang berumah tangga.
Agar Haura siap dan paham apa saja tugasnya serta seperti apa kehidupan berumah tangga yang sesuai dengan Islam.
" Kamu tidak takut?. Malam pertama itu kan sakit untuk perempuan yang melakukan pertama kali. Tapi, kalau kamu bersedia malam ini, aku sih ok saja," Tanya Alkana mencoba menggertak sang istri.
Istri kecilnya ini pastinya hanya mencoba tenang. Mungkin jika ia gertak bisa mundur perlahan.
Alkana menganggap Haura istri kecilnya bukan karena perbedaan usia mereka. Tapi, postur Haura yang memang mungil.
" Tapi, katanya sakit di awal saja. Setelahnya malah nikmat dan ketagihan," jawaban Polos Haura malah membuat Alkana tak percaya.
" Kata siapa?," Alkana heran. Ia kira istrinya itu teramat polos.
" Teh Leona bilang begitu. Katanya sakit di awal saja. Setelahnya malah ketagihan," jawabnya lagi.
" Astaghfirullah," istri kecilnya ini ternyata sudah terkontaminasi pikiran k0tor.
" Jadi, gimana, aa ? Lala penasaran. Sakit tapi nagih itu seperti apa?," ucapnya antusias
Ya Allah, kalau begini pertahananku bisa jatuh juga. Bahkan di bawah sana sudah terasa sesak.
Tanpa sadar,Alkana menutupi bagian bawahnya dengan tangannya. Bisa-bisa ia malu jika Haura tahu ia sudah tergoda duluan hanya dengan melihat tubuh Haura tanpa gamis dan kerudungnya. Juga bibirnya yang terus mengoceh dari tadi itu.
Baru tadi aku bilang tidak akan tergoda, tapi tubuh dan hatiku malah berkhianat.
" Aa kenapa? Mau pipis?,"
" Hah?,"
" Itu kayak nahan pipis," tunjuk Haura
" Oh iya. Aku ke kamar mandi dulu,"
B0doh!! Aku bisa malu kalau Lala tahu aku menahan h@srat untuk memakannya saat ini juga buka nahan pipis. Batin Alkana mengumpati dirinya sendiri.
Haura hanya mengedikkan bahu saat Alkana melengos pergi ke kamar mandi yang untungnya ada di kamar Haura. Setiap kamar memang ada kamar mandinya.
Di kamar mandi, akhirnya Alkana tidak hanya mandi. Ia juga terpaksa membuang bibit anak-anaknya.
Kalau saja ia tidak gengsi, mungkin ia akan langsung meminta haknya. Lagi pula istrinya menawarkan bukan?
Namun, ia tidak mau di tertawakan adik dan kakaknya jika ia sudah keramas pagi besok.
Entah berapa lama Alkana berada di kamar mandi. Bukan hanya membersihkan diri tapi juga menidurkan yang terlanjur bangun.
Hingga gedoran di pintu membuat ia menyelesaikan dengan cepat aktivitasnya.
Ceklek
" Aa,, ayah. Ayah.. Hiks.. Hiks ..," Haura langsung menghambur memeluk Alkana yang hanya memakai handuk karena ia lupa memakai pakaian ganti.
Astaghfirullah, Lala. Percuma dari tadi aku tidurkan kalau bangun lagi. Batin Alkana
Namun, menyadari istrinya menangis dalam pelukannya, ia langsung melerai pelukan Haura dan memindai wajah istri kecilnya.
" Ayah kenapa?,"
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
ayah Haura sakit kah🤔
2025-01-09
0
Aqil Aqil
lnjt upx jngn trsendat2 ya thor
2024-05-23
0