Haura, Istri Pilihan Dari Desa (5)
" Lala lupa bawa handuknya," lirih Haura dengan wajah memerah.
Padahal semua sudah dipersiapkan agar keluar kamar sudah dengan pakaian lengkap. Eh, malah handuknya yang ketinggalan.
" Padahal ambil sendiri kesini juga enggak apa-apa. Katanya sudah siap," goda Alkana.
" Ish, A. Malu ih. Cepetan."
Alkana terkekeh melihat wajah merona Haura.
"Ya, sudah. Tunggu sebentar, ya,"
Percakapan Haura dan Alkana terdengar oleh Melodi. Membuat Melodi bertanya-tanya. Apalagi yang dibahas adalah perkara handuk.
" Al, itu siapa?," suara Melodi terdengar di sebrang sana membuat Alkana tersadar ia melupakan sesuatu.
" Oh maaf lupa kalau masih tersambung. Besok aku kenalkan ya. Assalamu'alaikum,"
Sambungan langsung di tutup sepihak. Alkana mengambil handuk dan memberikannya pada Haura.
" A, ih. Lepas.,"
Alkana tak menggubris permintaan Haura. Pegangan pada handuk malah semakin erat
"Aku mau nagih yang waktu di desa dong." Alkana menarik turunkan alisnya. " Dosa loh nolak ajakan suami,"
" A... Tapi, Lala kan masih palang merah"
Alkana menepuk jidatnya. Ia lupa
" Iya. Maaf. Lupa," Alkana mengusap kepala Haura dengan tangan lain yang tidak memegangi handuk.
Haura pun langsung masuk kembali ke kamar mandi setelah Alkana melepaskan pegangannya.
" Aku akan buat kamu terus tersenyum, La,"
Seminggu bersama dan tidur di ranjang yang sama, membuat Alkana mulai terbiasa. Sikap Haura yang membuat hidupnya lebih berwarna.
Awalnya ia pikir akan menyebalkan karena Haura itu manja. Tapi, ternyata saat Haura hanya manja kepadanya rasanya justru ia merasa sangat spesial.
" Haish, harus bersabar dulu," gumam Alkana.
Setelah selesai memakai pakaian lengkap, Haura keluar dari kamar mandi.
" Istirahatlah," Alkana mengusap kepala Hara sebelum masuk ke kamar mandi.
Jantung Haura berdegup kencang. Perlakuan manis Alkana membuat hatinya menghangat.
Sementara di sebuah kamar,Melodi masih tidak bisa berhenti memikirkan siapa gerangan yang akan Alkana kenalkan.
Ia merasa tak tenang. Apalagi sikap hangat Alkana tak pernah ia dapatkan. Alkana memang bersikap ramah padanya tapi jika ia membandingkan dengan cara Alkana bicara pada orang itu tadi, ia merasa sikapnya lebih hangat.
" Jangan-jangan benar, itu memang istrinya. Tapi, tidak mungkin kan? Tidak ada info apapun soal ini." Melodi bergumam sendiri.
" Kamu tidak boleh dimiliki orang lain,Al. Cuma aku yang boleh memiliki mu,"
Tangan Melodi mengepal. Setelah semua perjuangannya, ia tak boleh kehilangan kesempatan menjadi pendamping hidup Alkana.
...******...
" Mau pergi ke kampus,sayang?," sapa Senja saat melihat anak dan menantunya sudah siap.
" Iya, Mi. Mau mengurus kepindahan kuliah Lala sekaligus mengenalkan lingkungan kampus," jelas Alkana sambil menarik kursi yang akan di duduki Haura.
" Semoga betah di kampus barunya, ya,"
" Aamiin. Lala juga berharap begitu." jawab Haura yang sebenarnya merasa sedikit khawatir.
Kehidupan di kota besar pastinya berbeda dengan tempat tinggalnya.
" Oh iya, tumben mau pakai baju yang sedikit berwarna," Senja terkekeh melihat Alkana yang biasanya hanya monoton soal pakaian.
Kalau tidak hitam, ya putih. Kalau sedikit berwarna paling krem.
Padahal Senja sudah membelikan banyak kemeja juga kaos yang warnanya beraneka ragam. Yang pasti tidak terlalu cerah juga.
" Ini kelakuan menantu mami. Katanya harus matching sama gamis yang dia pakai," Alkana sebenarnya menolak karena itu bukan kesukaannya. Namun, Haura dengan segala bujuk rayunya bisa membuat Alkana luluh .
" Habis, Lala bosan, Mi. Hidup Aa itu kayaknya kurang berwarna. Hitam putih terus," Haura tertawa yang mana membuat Alkana gemas di buatnya.
" Ya, suamimu itu memang terlalu monoton. "
" Walaupun monoton, aku tetap idola kampus," ucapnya bangga,"
" Hah? Benarkah?," tanya Haura dengan tatapan menyelidik.
" Ya, begitulah. Mami sendiri bingung kenapa banyak orang menyukainya," Senja bukannya senang karena anaknya idola kampus malah sedikit bingung.
" Ish, Mami bukannya bangga malah begitu,"
" Ya, karena memang kamu itu cuek sama perempuan. Paling juga sama si Melodi itu. Walaupun sebenarnya Mami gak terlalu menyukai gadis itu. Tapi, mau gimana lagi.
Untungnya kamu udah nikah sama Lala. Jadi, Mami tenang sekarang,"
" Mi, masih aja gak suka sama Amel?," Alkana sedikit bingung dengan sang Mami. Padahal, Melodi sudah cukup berjasa karena sudah menyelamatkannya.
" Jadi, saingan Lala banyak dong, Mi?,".
Dari sekian panjang obrolan Senja dan Alkana. Hanya satu yang Haura tangkap, suaminya ternyata banyak yang menyukai. Bahkan tadi sudah di sebutkan salah satunya.
" Ya, enggak lah. Mau sebanyak apapun yang menyukai anak mami,tetap kamu pemenangnya,"
Haura belum puas. "Aa enggak punya kekasih, kan sebelum menikah dengan Lala?," tanya Haura jadi khawatir.
" Telat kalau nanya sekarang. Kita udah nikah," jawab Alkana tidak membuat Haura puas akan jawabannya.
" Ish, jawab aja. Punya atau enggak?," Kesal Haura mengerucutkan bibirnya
" Cup. Jangan maju-maju bibirnya kalau tidak mau aku cium lagi," ucap Alkana acuh padahal Haura sudah menutup bibirnya. pipinya merona karena sang mertua malah senyum-senyum.
" Aahhh. Ciuman pertama Lala," teriak Lala membuat Alkana dan Senja melongo.
" Serius? Selama satu kamar kalian belum melakukan apapun?," Senja tak percaya.
" Pelukan pas tidur aja paling." jawab Lala polos sementara Alkana hanya berdehem canggung.
Apa Senja percaya? Jawabannya tidak
" Ciuman belum pernah?,"
" Cium pipi atau kening saja. Belum pernah di bibir," jawaban Haura membuat Alkana melongo karena Haura bisa setenang itu menjelaskan pada Sang Mami.
" Hahaha. Mami tidak percaya," Melihat sikap Alkana yang berani melakukannya di depan orang, tidak menutup kemungkinan lebih berani lagi saat tidak ada siapapun.
Alkana hanya membuang muka. Tak ingin menanggapi ucapan ibunya.
Karena sebenarnya, ia selalu mencuri ciuman saat Haura tidur. Ia tak bisa menahan diri saat melihat bibir mungil itu.
" Mi, sudah. Kapan kita sarapannya?,". Alkana mengalihkan pembicaraan.
" Tunggu papi dan Alvin dulu," jawab Senja.
" Emm, Mi. Seriusan Aa tidak punya kekasih?," tanya Haura penasaran.
" Jangankan kekasih, dekat dengan perempuan aja enggak. Dia terlalu cuek kecuali pada satu orang. Namanya Melodi. Tapi, suamimu itu cuma menganggapnya sahabat. Padahal mami tidak yakin perempuan itu hanya menganggap Al sekedar sahabat,"
" Mi, kita cuma sahabatan. Serius. Tanya saja Adam, Ben dan Vano,"
Adam, Ben dan Devano adalah sahabat Alkana
" Kamu percaya kan?," tanya Alkana pada Haura yang hanya diam.
" Lala enggak tahu. Kan belum lihat bagaimana Aa bersikap pada yang namanya melodi," jawab Haura membuat Alkana jadi kesal karena maminya seperti berhasil membuat Haura meragukannya.
" Apa yang bisa buat kamu percaya kalau aku enggak ada apa-apa sama Amel?,"
Haura mengetuk-ngetuk kepalanya dengan telunjuknya. Berpikir.
" Bagaimana kalau kalian pakai kaos couple aja?,"
" Apa?,"teriak Alkana tidak setuju
" Bagus itu." seru Haura. " Tapi, Haura Kan pakai gamis, Mi,"
" Jaket Couple juga kan ada?,"
" Lebay. Al enggak mau, Mi," tolak Alkana tegas pada ide aneh sang Mami.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Aqil Aqil
lnjt jngn lm2 upx ya thor.
2024-05-25
0
Teh Euis Tea
alhamdulilah udah up lg
2024-05-25
0