"Aku tidak mau putus denganmu!"
Seperti biasanya Jasmine terlihat kembali bertengkar dengan pria yang ia sebut sebagai mantan kekasih karena sudah tidak memiliki perasaan lagi.
"Amar, aku tidak mau terus bersamamu karena sama saja tidak ada masa depan yang bisa kita lalui!"
Mereka bertemu setelah selesai bekerja dan sore ini keduanya bertengkar di apartemen yang Jasmine sewa.
"Lalu kenapa kau ingin merencanakan pernikahan denganku jika tidak melihat masa depan diantara kita?!"
Pria itu marah bukan karena merasa sangat mencintai Jasmine, namun ada suatu hal yang membuat dirinya ingin terus mempertahankan gadis ini di sisinya.
"Aku dulu berpikir jika kau bisa mengutamakan aku di atas kebutuhan keluargamu. Tapi ternyata dugaanku salah dan kau selamanya akan tetap menjadi tulang punggung dan itu menyulitkan bagiku!"
Jasmine hanya ingin menjelaskan kepada lelaki ini bahwa kehidupan pernikahan mungkin memang bukan hanya tentang mereka berdua, tetapi mengutamakan kebutuhan saudara bisa saja membuat rumah tangga mereka hancur nantinya.
"Kau harus minta maaf pada Kakakku karena mengusirnya dengan tidak hormat seperti itu!"
Amar justru mengalihkan topik dan kembali membela Riris yang sudah membuat Jasmine benar-benar darah tinggi.
"Dengar, Amar! Aku tidak akan meminta maaf karena sejak awal aku tidak membuat kesalahan dan hanya bersikap tegas agar Kakakmu itu tidak semena-mena!"
Tidak terima jika kakaknya diperlakukan seperti itu, lantas Amar mengambil nafas dalam lalu menghembuskannya kasar.
"Jasmine! Sebenarnya apa yang terjadi? Kau sudah menemukan pria lain sehingga berani meninggalkan aku begitu saja?!"
Benar. Sudah ada pria lain yang jauh lebih mapan dan juga tampan dibandingkan dengan Amar yang hanya bisa membela kakaknya dan terus membuatnya menderita.
"Tak perlu membicarakan orang lain dan fokus pada masalah kita yang sebenarnya sudah selesai!" balas Jasmine.
Namun, Amar yang berusaha meredam emosinya benar-benar tidak bisa menahannya lagi dan langsung mendorong Jasmine hingga jatuh.
Dahi indah itu tidak sengaja terbentur pada ujung meja dan membuat Jasmine benar-benar harus membela diri dan tidak mau hidup dengan pria kasar seperti Amar.
"Inilah salah satu alasan kenapa aku tidak mau menikah denganmu! Kau kasar jika sedang emosi!"
Amar tidak bermaksud seperti itu dan dirinya berusaha untuk mengulurkan tangannya namun ditampik oleh Jasmine dan malah membuat pria tersebut kembali tersulut emosi.
Melihat Jasmine yang berdiri sendiri sembari mengelus dahinya yang mungkin akan benjol beberapa saat lagi, Amar langsung menantang kembali gadis itu.
"Apa kau kembali berhubungan dengan mantan pacarmu?" tebaknya.
Bukan hanya berhubungan kembali, Jasmine bahkan telah menyetujui permintaan Lion untuk kembali padanya.
"Aku tidak bisa menyangkal bahwa selama ini aku masih mencintainya dan selalu seperti itu!"
Amar sungguh emosi dan pria itu menatap tidak percaya Jasmine yang berani menyelingkuhi dirinya.
"Kau bermain di belakangku?!"
Gadis itu mengangguk, "Ya. Aku tidur lagi dengannya dan menyadari bahwa selama ini satu-satunya pria yang kucintai hanya dia!"
Mungkin dengan hal ini Amar bisa menjaga jarak dan merasa jijik dengan dirinya.
Hal terbesar yang membuat Amar tidak percaya diri adalah kekayaan yang dimiliki oleh Lion.
Jasmine sendiri dengan sengaja mengatakan hal tersebut meskipun kemarin hanya sempat berciuman saja dan belum melakukan hal-hal seperti saat mereka masih pacaran dulu.
"Kau benar-benar menjijikan, Jasmine!"
Itulah kalimat yang ingin Jasmine dengar agar Amar menjauh darinya dan tidak lagi mengganggunya.
"Aku sangat menjijikan dan lebih baik kita berpisah. Aku juga akan memberikan uang milikmu di tabungan kita!"
Amar benar-benar dendam saat ini, Jasmine berani bersikap seperti itu di belakangnya dan menjadi wanita murahan yang tidak tahu malu kembali bersama sang mantan.
"Apa karena dia kaya?!"
"Ya."
Jasmine membalasnya dengan datar karena dirinya harus menjawab apa yang diinginkan Amar saat ini agar pria itu tidak lagi mengganggunya di kemudian hari.
"Tapi, apakah kau sudah merasa cocok dengan keluarganya yang bahkan membuang mu karena kau hanya gadis miskin?"
Apa yang dikatakan oleh Amar adalah fakta. Jasmine sendiri tidak mau marah dan hanya tersenyum tipis kali ini.
"Jika hanya tentang direndahkan, aku bisa tahan mendengarnya."
"Benar-benar gadis tidak tahu malu! Aku bersumpah kau tidak akan pernah bahagia dengan kehidupanmu yang sekarang karena telah meninggalkan aku!"
Apakah Jasmine tidak salah dengar?
Amar baru saja menyumpahi dirinya agar tidak bahagia padahal kesengsaraan itu berasal dari pria ini yang terus membuatnya menderita karena sikap Riris yang selalu ingin diratukan.
"Aku lebih baik hidup sengsara dengan banyak uang daripada hidup bahagia bersamamu namun harus berbagi dengan Kakakmu!" balas Jasmin tidak mau kalah.
Merasa cukup kalah beradu argumen. Kena mental juga jika membandingkan dirinya dengan mantan kekasih Jasmine yang 100 kali lipat lebih darinya, akhirnya Amar memilih untuk berlalu setelah melukai gadis ini.
Melihat kepergian Amar dan merasa dirinya sudah selesai dengan lelaki itu, Jasmine bernafas lega dan kini mulai memijat lagi dahinya yang benar-benar bengkak karena tertohok pinggiran meja.
"Akhirnya aku bisa melepaskannya," ungkapnya dengan mencari obat merah yang sudah ia simpan di laci.
***
"Apa? Cucuku perempuan?"
Dahlia terkejut mendengar laporan dari salah seorang dokter yang mengetahui jenis kelamin dari bayi yang dikandung oleh Camelia.
"Benar, Bu. Jenis kelamin bayi tersebut perempuan dan Dokter Camelia memilih untuk merahasiakannya dari anda," ujar salah satu dokter yang sudah dipercaya oleh Dahlia sebelumnya.
Wanita itu marah sekali karena cucu yang sudah ia harapkan kehadirannya malah terlahir sebagai seorang perempuan.
"Apa putra aku tahu tentang hal ini?"
"Saya tidak cukup paham, Bu. Namun sepertinya Dokter Kana sudah tahu tentang jenis kelamin anaknya."
Dahlia benar-benar marah karena menantu dan juga anaknya merahasiakan jenis kelamin dari bayi tersebut.
Namun, setelah beberapa detik kemudian dirinya mulai berpikir agar putra bungsunya segera menikah lalu memiliki anak.
"Tidak masalah jika anda memiliki cucu perempuan, Bu. Masih ada Dokter Lion yang bisa menikah dan menyuruh istrinya melahirkan bayi laki-laki!"
Dahlia menatap orang kepercayaannya itu, "Maksudmu Lion harus menikah dalam waktu dekat?"
"Benar, Bu."
Mendapat jawaban seperti itu, Dahlia lantas berpikir untuk memaksa kembali putranya agar memenuhi permintaannya menikah tahun ini.
Menurut Dahlia, tidak ada yang bisa diharapkan dari seorang bayi perempuan yang hanya bisa menciptakan masalah selama hidup.
Selain itu, Dahlia juga memiliki trauma lain yang menyebabkan dirinya tidak menyukai anak perempuan dan lebih memilih anak laki-laki. Terbukti dari kedua putranya yang terlahir sebagai seorang laki-laki dan dirinya puas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments