Keduanya memutuskan untuk child free setelah menikah, Amar memiliki traumatik karena mendapatkan penganiayaan dari orang tuanya. Pria yang menjadi kekasihnya tersebut tidak mau memiliki anak karena menganggap bahwa bayi hanyalah beban.
Jasmine bangkit dan berjalan mendekat kearah ranjang, ia tersenyum melihat Nolan yang tertidur damai saat ini.
"Kira-kira Kak Ivy sakit apa, ya?"
Ivy mengenal baik Jasmine, wanita itu merupakan seorang perawat. Mereka pernah bertemu di salah satu projek dan akrab, namun setelah ia tak bersama Lion, tidak ada kabar dari wanita itu.
"Kenapa Kak Ivy menyembunyikan mu, Nolan?" lirihnya.
Mungkin posisi Ivy sama sepertinya, wanita yang merupakan ibu dari Nolan itu juga bukan dari keluarga kaya.
Jasmine yakin bahwa Dahlia menemui Ivy dan membayar wanita itu untuk pergi dari sisi Kana, sama sepertinya yang harus pergi dari sisi Lion. Ini menyakitkan sekali jika diingat kembali.
"Tenang, Kak. Aku dan Lion akan memastikan Nolan baik-baik saja."
Sementara Lion merebahkan tubuhnya di luar kamar, sofa panjang itu bisa menampung tinggi tubuhnya, namun tidak dengan rasa nyaman. Terlalu sempit untuk punggungnya yang lebar.
"Aku tidak bisa tidur jika seperti ini," keluhnya.
~
Keesokan harinya...
05.30
Jasmine membuka matanya perlahan dan menghirup aroma yang sudah lama tidak menyapa hidungnya. Ia menggerakkan tubuhnya perlahan dan membenarkan selimut, rasanya ia tidak bisa tidur dengan nyaman karena semalam Nolan pup dan juga menangis.
Pukul 02.30 dirinya baru bisa tidur setelah memberinya sebotol susu baru dan akhirnya Nolan bisa diam dan tidur kembali.
Dilihatnya bayi mungil itu tertidur di sampingnya, wajahnya damai dan lucu, bibirnya sedikit terbuka dan membuat Jasmine menyentuh bibir mungil itu pelan dengan jari telunjuknya.
"Kau manis sekali, Nolan."
Jasmine belum bergerak lagi, saat ini dirinya masih nyaman walaupun pukul 07.00 akan ada acara di rumah sakit tempat ia bekerja.
Sebuah lengan kekar bergerak memeluk perutnya, bersamaan dengan deru nafas yang menerpa lehernya langsung membuat Jasmine melotot.
Semalam ia yakin jika Lion tidur di luar, bahkan pria itu tidak bangun sama sekali saat dirinya membuatkan untuk Nolan susu di dapur.
Jasmine langsung menyingkirkan lengan itu dan terduduk, rambutnya sedikit acak-acakan, ia melihat kearah pria yang masih memejamkan mata di sampingnya.
Benar tebakannya, Lion pindah ke kamar entah jam berapa. Hal ini membuatnya tidak habis pikir, tak ada tenaga juga untuk marah-marah karena hal itu bisa membangunkan bayi di sampingnya.
Lion sangat bebal, Jasmine mengelus dadanya beberapa kali agar bisa terus bersabar menghadapi pria yang sudah dewasa namun emosinya masih tidak stabil sama sekali.
"Bangun!"
Pria itu merasakan sebuah tangan menggoyangkan lengannya, ia sudah bangun sedari tadi saat Jasmine belum terbangun.
Lion juga sudah terjaga semenjak 15 menit yang lalu, menyusul gadis ini ke kamar lalu memeluknya. Tidurnya nyenyak, bahkan semalam dirinya tidak mendengar apapun. Mungkin Jasmine menjaga Nolan sendirian.
"Bangun, Tuan Rosen!"
Namun, Lion tidak mau bergerak sedikitpun. Pria ini sengaja ingin menggoda dan membuat Jasmine marah, rasanya ia merindukan momen di mana mantan kekasihnya bersikap manis padanya.
"Tuan Rosen!"
"Jangan berisik! Kau mengganggu Nolan!" balasnya.
Kemudian Jasmine membuang nafas kasar, "Sejak kapan kau tidur di sini?"
Lion tak mau menjawab karena ini bukan masalah besar, mereka pernah melakukan lebih dan tidak ada masalah.
Tak mendapatkan jawaban, akhirnya Jasmine bangkit dari tempat tidur dan menggulung rambutnya.
"Kau mau aku menghubungi agen baby sitter? Aku memiliki kenalan dan kau bisa menyewa salah satu jasa di antara mereka," Jasmine memberikan saran karena keduanya tidak mungkin merawat Nolan berdua.
Kemudian Lion terduduk dan memandang bayi mungil itu dan berpikir jika ide Jasmine tidak buruk, "Kalau bisa pagi ini juga karena jam 2 nanti aku punya jadwal operasi dan tidak bisa menjaganya."
Jasmine mengangguk dan langsung menghubungi agen kenalannya untuk mengirimkan salah seorang pengasuh karena mereka membutuhkannya sekarang.
"Aku harus bersiap untuk jadwal pagi ku. Kau bisa menunggu sampai pengasuh itu datang karena aku akan sibuk sampai malam."
Lion cemberut mendengarnya, padahal itu hanya bujuk muslihatnya yang ingin dekat kembali dengan Jasmine.
"Kau mau pulang ke apartemenmu? Apa tidak telat nantinya?"
Lion tahu jika apartemen Jasmine berlawanan arah dengan apartemen miliknya dan jarak yang ditempuh cukup jauh, apalagi kekasihnya itu hanya kemari menggunakan motor.
Jasmine menghela nafas, "Makanya aku mau langsung pulang."
Lion bangun dari duduknya dan berkata, "Masih ada pakaianmu di almari. Pakai itu saja daripada terlambat!"
Gadis itu menyadari bahwa sebenarnya semua barangnya di tempat ini masih dirawat dengan baik oleh Lion, termasuk pakaiannya yang disimpan seperti dulu.
"Baiklah," balasnya seraya mengiyakan hal itu.
Lion kemudian melihat Jasmine memasuki kamar mandi, mantan kekasihnya masih sama dan tetap menjadi orang paling cerewet, meski ia sendiri juga rindu dengan kenangan mereka.
Tak lama ia melihat kearah Nolan yang masih tertidur tenang, "Aku akan menggunakanmu untuk merebut hati Jasmine kembali, Nolan. Kau mau auntie cantik seperti dia, kan?"
Ia licik hanya karena menginginkan Jasmine, namun kini ada Nolan dan dirinya akan menggunakan bayi ini agar Jasmine selalu datang ke apartemennya.
"Hehe..."
~
Rumah sakit
"Pagi, Dokter Jasmine!"
"Pagi, Suster Ana!"
Jasmine memasuki ruangan miliknya dan melihat suster yang sering membantunya mengurus pasien yang ingin berkonsultasi.
"Acara dibatalkan. Katanya akan diganti seminar," Ana berucap dan membuat Jasmine terkejut.
"Hah? Kenapa?"
Susah payah wanita itu berangkat dan hanya berhias seadanya, akhirnya acara ditiadakan, padahal ia sampai harus ke rumah Lion demi sebuah buku.
"Entahlah. Masih tidak jelas," balas Ana.
Kemudian Jasmine mengangguk mengerti dan membuka ponselnya karena jam praktik masih 1 jam lagi.
'Jam berapa baby sitter datang? Nolan pup.'
Jasmine menghela nafas dan mengetikkan beberapa kata.
'Tunggu saja. Aku sudah mengajarimu cara mengganti popok, kan?'
Ia letakkan ponselnya dan mengundang pertanyaan dari Ana, "Dari Amar?"
Jasmine tersenyum tanpa menjawab, padahal itu pesan dari mantan kekasihnya.
"Kapan kalian menikah?" Ana bertanya lagi.
"Kapan-kapan," balasnya sembari menggaruk rambutnya tak gatal.
Ana memberikan senyumnya, "Jangan menjawabnya kapan-kapan! Bisa saja hal itu tidak akan pernah terjadi!"
Entahlah, Jasmine juga bimbang. Melihat Nolan yang lucu malah membuat wanita itu menyayangkan jika dirinya dan Amar melakukan child free, seakan menolak anugerah Tuhan.
"Tabungan kami belum cukup. Mungkin 2 atau 3 tahun lagi," Jasmine memberikan alasan.
"Asal akhirnya jangan menikah dengan orang lain!"
"Haha..." Jasmine tertawa kaku menanggapi hal ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments