Bersama tak bisa bersatu

"Kau tidak perlu membelikan sepatu," Jasmine menatap sepatu yang baru saja dibelikan oleh mantan kekasihnya itu.

Lion masih marah, pria itu lantas menjawabnya dengan nada tak ramah, "Siapa yang membelikannya untukmu? Kau berhutang padaku!"

Jasmine mendelik, "Hah?"

Sementara pria itu kembali menyalakan mesin mobilnya dan meninggalkan toko sepatu ini setelah memberikan sepasang yang cukup nyaman untuk Jasmine.

"Berapa? Aku akan membayarnya!" Jasmine meraih ponselnya yang belum ia buka sama sekali sejak semalam.

Lion tidak serius, sepatu itu juga ia beli karena keinginannya dan bukan keinginan Jasmine. Tetapi dirinya ingin memberikan pelajaran kepada mantannya itu karena baru saja menolak ajakannya menikah.

"Bayar dengan sisa hidupmu," balasnya santai.

Jasmine menghela nafas mendengar hal itu.

Sudah ia duga jika Lion akan kembali membahasnya, sementara dirinya melihat banyak sekali notifikasi dari Amar karena ia tidak meminta izin pada pria itu sebelumnya.

Melihat ekspresi Jasmine yang tampak masam, Lion yakin jika gadis ini sedang membaca pesan dari kekasihnya.

Namun, itu bukan urusannya dan Lion menambah kecepatan mobilnya menuju rumah sakit lama tempat Ivy bekerja. Mungkin keduanya bisa mendapatkan alamat rumah Ivy melalui rekan kerja wanita itu.

***

"Dia sudah lama mengundurkan diri, apalagi saat hamil waktu itu kondisinya sangat memprihatinkan."

Jasmine dan Lion yang mendengarnya lantas terdiam dan merasa jika Kana sangat tega karena tidak peka setelah melakukannya.

"Di mana dia sekarang? Bisakah kami mendapatkan alamatnya?"

"Kami memiliki alamat apartemen yang dia sewa, tapi tidak tahu sudah pindah atau belum."

Lion tampak lega, "Boleh kami memintanya?"

"Tentu."

Jasmine ikut lega karena akhirnya mereka bisa menemukan keberadaan Ivy nantinya, setidaknya untuk membicarakan bagaimana Nolan nantinya.

"Terima kasih!" Lion mengucapkan hal itu setelah dirasa mendapatkan bantuan yang sangat ia harapkan.

"Sama-sama."

Mereka pergi dari tempat resepsionis yang kebetulan mengenal Ivy dengan baik, melanjutkan lagi ke alamat yang diberikan.

"Kita akan ke sana sekarang!" ajak Lion.

Jasmine hanya mengangguk saja dan kembali masuk ke mobil, membiarkan Lion mengemudi seperti biasa dan ia hanya menyimak pria itu.

"Apa orang tuamu tidak akan menerima Nolan nantinya?" Jasmine membuka obrolan karena bagaimanapun juga Nolan adalah anak kandung Kana, kakak Lion.

"Bisa saja, tapi tidak dengan Kak Ivy."

Jawaban dari Lion lantas membuat Jasmine mengambil nafas dalam. Sesulit itu menjalin hubungan dengan pria kaya, ia menjadi menyesal pernah dekat dengan pria ini.

Melihat reaksi yang diberikan Jasmine, Lion meliriknya sebentar lalu bertanya, "Kenapa tiba-tiba menanyakannya?"

Gadis itu menggeleng, "Tak apa. Hanya ingin tahu."

Lion mengerti bahwa mungkin Jasmine ingin menyampaikan sesuatu. Terlihat dari wajah mantannya itu yang tampak memikirkan hal lain.

"Apa yang Ibuku katakan padamu waktu itu?" Lion sebenarnya penasaran karena Jasmine langsung meninggalkannya begitu saja.

Jelas gadis tersebut tidak akan jujur jika dirinya diberi uang oleh ibu dari mantannya itu. Lagi pula, Jasmine tidak menerimanya dan memilih langsung menjaga jarak.

"Tidak ada. Intinya aku harus menyerah dengan hubungan kita," balasnya acuh.

Lion tersenyum miring, "Aku terus berpikir apa yang membuatmu mundur, ternyata jawabannya memang Ibuku. Kau terlalu takut pada beliau?"

Gelengan gadis itu berikan, "Lion, aku memikirkan karirku sendiri dan menyadari bahwa Ibumu memiliki peran penting dalam dunia kesehatan. Beliau pasti akan membuatku kesulitan jika aku tetap memaksakan diri bersanding denganmu, aku sangat takut dipecat."

Lion paham bahwa orang bawah seperti Jasmine tidak akan berani untuk banyak tingkah dan cenderung mentaati peraturan.

"Tapi kau langsung punya pacar lagi," sindir Lion.

"Harusnya memang seperti itu. Kau sendiri kenapa tidak mencari pacar dan cepat menikah?" Jasmine membalikkan pertanyaan itu dan membuat Lion menghela nafas.

"Aku menunggu kejelasan mu."

"Sudah jelas sekarang, lebih baik kau segera mencari penggantiku!"

Seperti diperintah, Lion tidak ada keinginan mencari kekasih lain karena hanya Jasmine yang mampu membuatnya gila.

Beberapa saat mereka terdiam dan akhirnya Lion menanyakan hal yang sangat ingin ia ketahui kebenarannya, "Kau sudah tidur dengan pacar barumu itu?"

Pertanyaan yang cukup privasi. Untuk apa mantannya ingin tahu?

"Itu urusan kami," balas Jasmine mulai tak nyaman.

Lion lalu tersenyum tipis, "Semudah itu untukmu?"

Tidak. Ia dan Amar tidak pernah melakukannya, pacarnya juga tidak pernah meminta hal tersebut darinya dan mereka hanya fokus menabung meskipun Riris membuat keduanya repot.

"Lupakan semuanya, Lion. Hubungan kita tidak akan pernah berhasil!" Jasmine mengakhirinya karena muak jika terus membicarakan hal yang sama setiap hari.

***

Di sebuah apartemen kecil dengan suasana yang tenang dan juga bersih, seorang wanita memeluk lututnya dan ia akan berangkat beberapa menit lagi untuk cuci darah.

Ting! Tong!

Bel apartemen itu berbunyi dan mungkin ada tamu untuknya.

Langkah kakinya menyusuri lantai dingin itu dan membukanya. Mata cekung-nya terkejut saat menyadari bahwa ada tamu yang membuatnya mundur seketika.

"Kak Ivy!" Jasmine terkejut melihat keadaan Ivy yang kini tampak berbeda dari saat mereka bertemu dulu.

Tubuhnya kurus sekali, wajahnya pucat dan cekungan pada mata membuat Lion tidak tega.

"Boleh kami masuk?"

Mau tak mau, Ivy lah yang menyuruh Lion untuk membantunya merawat Nolan sementara.

"Silahkan..." lirihnya.

Apartemen ini tidak besar, hanya tersekat beberapa ruangan dengan semua barang yang tertata rapi.

"Kau tampak tidak sehat sama sekali. Sakit seperti apa yang kau derita, Kak?" Lion mencoba memposisikan diri dan menebak penyakit apa yang diderita oleh Ivy.

"Ginjalku rusak. Aku harus rutin cuci darah jika ingin tetap hidup," balasnya pelan.

Jasmine memandangnya kasihan, ditambah dengan Lion yang kini sangat prihatin.

"Bagaimana kabar Nolan? Sedang apa dia sekarang? Terima kasih sudah merawatnya untukku, Lion. Terima kasih juga untukmu, Jasmine."

"Nolan baik-baik saja. Dia cepat beradaptasi," balas Jasmine dengan senyuman.

"Kenapa kau tak mengatakannya langsung pada Kakakku, Kak?" Lion tampak terpukul karena keluarganya memiliki sikap yang buruk.

Ivy tersenyum tipis, "Jika aku mengatakannya, mungkin aku tidak akan bisa melahirkan Nolan."

Benar. Ivy pasti akan dipaksa untuk menggugurkan kandungan itu dan diberi uang untuk menjauh.

Kemudian wanita itu melihat jam dinding dan berkata, "Kalian bisa menemuiku di lain waktu. Sekarang aku sedang memiliki janji dengan dokter, waktunya cuci darah..."

"Biar kami yang mengantarmu!" Lion menawarkan diri dan mencoba untuk berbuat lebih baik.

"Biar ku bantu!" Jasmine mendekat Ivy dan berjalan beriringan.

"Apa kalian tidak sibuk?" Ivy takut merepotkan keduanya.

"Tidak. Kami banyak waktu luang saat ini," balas Lion kalem.

Ivy tersenyum mendengarnya. Lion dan Jasmine memang baik, berharap keduanya menemui takdir indah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!