Jadwal 3 operasi yang tidak pernah ia duga akan seperti ini dalam setengah hari, walaupun biasanya dirinya memiliki jadwal yang lebih padat.
Sampai di apartemennya pukul 01.00 dinihari, Lion menatap sekeliling yang tampak remang-remang. Tidak ada suara tangis bayi yang ia dengar sejauh ini, mungkin pengasuh yang ia bayar sudah menenangkan Nolan di kamar sebelah.
Baru saja kakinya menginjak beberapa langkah, tampak pemandangan yang membuatnya terkejut mengetahui bahwa ada sesosok orang dan sangat ia kenal tengah tertidur di atas sofa.
"Jasmine?" desisnya.
Gadis yang pernah ia pacari itu tertidur dengan badan yang meringkuk dan sepertinya sangat tidak nyaman.
"Dia pulang kemari?"
Sudut bibir pria itu membentuk senyuman karena memang ini yang ia harapkan.
Pulang dengan badan yang cukup lelah rasanya terobati hanya dengan melihat wajah damai yang terlelap itu. Betapa Lion merindukan saat-saat mereka masih bersama.
Ia letakkan tasnya di meja dan bergerak pelan tak ingin membangunkan, menatapi wajah ayu itu sepuas mungkin.
"Jasmine..." lirihnya.
Beberapa saat memandangi wajah cantik Jasmine, akhirnya Lion berinisiatif untuk memindahkannya ke kamar. Kasihan jika tidur ditempat yang sempit seperti ini.
Gadis itu sedikit bergerak saat berada dalam pelukan mantan kekasihnya, Lion tampak berhati-hati dan menyadari bahwa Jasmine jauh lebih kurus dari saat dirinya terakhir kali mengangkat gadis ini.
"Kau kehilangan berapa kilo, hm?"
Jasmine masih sama, gadis itu tidak terjaga sedikitpun dan membuat Lion lebih leluasa membawanya ke kamar.
Menidurkannya perlahan pada kasur empuk dan melihat penampilan gadis itu kini, pakaiannya hanya kaos oblong biasa dan juga celana pendek yang masih ia sisihkan di almari.
Lion menyelimutinya pelan, menyingkirkan anak rambut gadis yang masih ia cintai ini seraya tersenyum lembut.
"Aku mandi dulu," ucapnya tanpa perlu jawaban.
Rasa lelahnya hilang seketika saat melihat kehadiran Jasmine di apartemennya, "Inilah hal yang selalu kuinginkan."
15 menit kemudian...
Pria itu selesai dengan aktivitas mandinya dan memakai piyama lengkap, ikut naik ke kasur yang sama dan menyimbakkan selimut lalu memakainya perlahan.
Jasmine bahkan belum bergerak dari posisi awal saat Lion meninggalkannya ke kamar mandi, hal tersebut membuat pria itu tersenyum kecil lalu membelai kembali rambut panjang Jasmine.
"Selamat malam," Lion memberikan kecupan pada dahi seolah-olah mereka telah kembali bersama padahal itu hanya angan yang sangat ingin ia wujudkan.
~ ~ ~
Keesokan harinya...
* Apartemen Jasmine *
"Pacarmu itu semalam pulang tapi pergi lagi tidak tahu ke mana!" Riris lantas melaporkan hal ini pada adiknya di telepon karena tidak melihat Jasmine kembali lagi setelah sempat menanyakan berapa lama dirinya akan tinggal di tempat ini.
"Memangnya Jasmine kemana, Kak?"
"Mana aku tahu! Kukira dia menginap di apartemenmu!"
"Tidak. Jasmine tidak kemari."
"Lalu dia di mana?"
"Aku akan menelponnya untuk menanyakan."
Riris menghela nafas, "Kau harus pastikan dia ada di mana. Bisa-bisanya sudah malam tidak pulang ke rumah, apalagi ini weekend. Harusnya dia membantuku menyiapkan sarapan!"
"Aku tahu. Nanti akan ku kabari!"
"Baiklah!"
Benar-benar tidak tahu malu, padahal wanita itu hanya menginap di tempat ini namun berlagak seperti tuan rumah dan membuat aturannya sendiri.
Di seberang sana tampak Amar yang mencoba untuk menghubungi kekasihnya karena tidak pulang, tidak biasanya juga Jasmine seperti ini. Pacarnya itu akan menghubunginya terlebih dahulu jika pergi ke suatu tempat, tetapi akhir-akhir ini ketika mereka berselisih dirinya tak pernah mendapati lagi Jasmine meminta izin padanya.
Sebenarnya Amar tidak menganggap pertengkaran mereka adalah sesuatu yang serius, akan tetapi Jasmine tampaknya benar-benar marah padanya hingga tidak memberitahunya terlebih dahulu jika akan menginap di luar.
~
Nada telepon terus berdering, tepat di sofa dan hal itu membuat pengasuh Nolan melihatnya tanpa mau memberitahukan kepada Jasmine yang saat ini masih tertidur di kamar Lion.
Keduanya belum bangun, ini masih terlalu pagi dan juga weekend. Menganggap telepon itu dari rumah sakit sehingga pengasuh tersebut lebih memilih untuk mengacuhkannya dan membiarkan majikan barunya menghabiskan waktu bersama.
Sementara di kamar bernuansa biru langit itu, korden putih belum terbuka sama sekali karena si pemilik belum berniat untuk membukanya.
Jasmine merenggangkan otot tubuhnya dan menguap pelan, udara dingin menyentuh kulitnya dan kemudian dirinya membuka mata saat merasa aroma yang ia hirup berbeda.
Kamar yang tidak asing, selimut yang hangat dan gadis itu melihat ke samping dengan mata membulat sempurna.
"Li-lion?!" pekiknya.
Pria yang dipanggil bergerak dan lebih mendekat, memeluk pinggang itu sehingga membuat Jasmine tidak mengira jika dirinya akan tidur seranjang kembali dengan pria ini.
"Kau... Kenapa aku bisa di sini?!" Jasmine bangun dan tampak kebingungan karena semalam dirinya tidur di sofa.
Lion lantas mengucek matanya dan melihat jam, masih pukul 06.15 dan matahari terlihat cerah dari cahaya korden yang belum menembus itu.
"Kau tidur seperti orang mati. Bagaimana jika kau ketiduran ditempat lain lalu ada orang yang berbuat jahat?"
Jasmine mendelik, "Akan ku sleding kepalanya jika itu terjadi!"
"Mana tahu. Kau kan tidur," balas Lion dengan memejamkan matanya kembali.
Jasmine menggaruk tengkuknya, "Kita semalam tidur bersama?"
Pria itu menyembunyikan senyumannya dan rasanya ingin tertawa, "Lebih dari itu."
"Hah? Apa yang kita lakukan?!" Jasmine hampir memekik.
"Seperti dulu," Lion benar-benar ingin tertawa ketika melihat ekspresi tertekan mantan kekasihnya.
Gadis itu melihat pakaiannya masih lengkap dan sepertinya Lion hanya berbohong. Lagi pula, mantan kekasihnya itu tidak akan melakukan sesuatu tanpa seizinnya.
"Kau menggodaku?!" sengitnya.
Lion kemudian bangun dan menyenderkan tubuhnya pada dasbor, mengusap wajahnya dan terkekeh.
"Memangnya kau pikir aku akan melakukan apa?"
Jasmine memegang erat kaosnya untuk mengantisipasi jika terjadi hal yang tidak ia inginkan, sementara Lion berdehem dan memencet sebuah tombol. Tak lama kemudian korden terbuka secara otomatis.
"Apa yang kau tutupi? Aku pernah melihat semuanya."
Jasmine kesal sekali mendengar perkataan tanpa dosa itu. Diambilnya guling lalu menghantamkan ke wajah tampan Lion.
"Mesum!"
Lion tangkap guling itu dan masih terkekeh. Tidak ada rasa canggung, justru ia menikmati hal ini dan berharap Jasmine berubah pikiran sehingga mau kembali bersamanya.
Gadis itu turun dari tempat tidur, bergerak merapikan rambutnya. Lantas Lion mulai mengatakan rencananya, mengingat jika ini adalah akhir pekan.
"Ikut aku mencari di mana keberadaan Kak Ivy!"
Jasmine menghentikan aktivitasnya dan menatap Lion terkejut, "Kau sudah menemukan di mana Kak Ivy tinggal?"
Lion menggeleng, "Aku tahu tempat dia bekerja."
Jasmine mengangguk. Jika bukan mereka, siapa lagi yang harus mencari?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments