"Bayinya perempuan, Cam."
Sebenarnya kalimat itu tidak mengandung arti apapun, namun si Ibu dari bayi tampak langsung terkejut ketika mendengarnya karena wanita tersebut berharap jika bayinya laki-laki.
"Kau sudah memastikannya dengan benar?"
Semalam mertuanya baru saja mengatakan bahwa dirinya harus melahirkan bayi laki-laki karena bayi perempuan hanyalah beban.
"Sudah. Bayimu dan Dokter Kana berjenis kelamin perempuan."
Dokter wanita yang merupakan teman baik dari Camelia itu lantas berkata dengan nada penuh sesal. Dirinya sudah tahu karena temannya itu berharap jika janin tersebut lahir sebagai seorang laki-laki karena tuntutan dari sang mertua yang tidak masuk akal.
"Aku akan merahasiakan ini jika mertuamu bertanya padaku," ucapnya sembari menenangkan hati Camelia.
Ini sangat menakutkan, meski dirinya juga berpendapat bahwa seorang wanita bukan alat untuk menjadi mesin produksi bayi.
Temannya itu memandang dengan penuh rasa peduli, "Laki-laki atau perempuan sama saja asalkan lahir dengan sehat dan selamat. Lagi pula bayi kalian tidak mengalami masalah apapun dan semuanya normal."
Memang benar tidak terjadi apapun dan dirinya patut bersyukur, namun rasanya tidak siap jika dirinya harus melahirkan bayi lagi hanya perihal jenis kelamin.
"Tapi mertuaku bilang akan menyuruhku memiliki anak laki-laki dalam waktu dekat jika anak ini perempuan..."
Sudah seharusnya wanita hamil tidak boleh memikirkan hal seperti ini. Selain mengganggu pikiran bisa juga menyebabkan si Ibu stres.
"Kau harus memberitahukan hal ini pada suamimu karena bagaimanapun juga dukungan paling besar ada pada pria yang berada di sampingmu," sarannya.
"Terima kasih atas sarannya. Aku akan memikirkan ini lagi," balas Camelia ingin memberitahukan hal tersebut kepada Kana atau tidak.
Dokter wanita yang khusus menangani masalah kesuburan itu lantas menatap temannya dengan rasa iba.
Masih banyak di dunia ini mertua yang suka sekali mencampuri urusan anak-anak mereka termasuk jenis kelamin cucu dan berharap ini itu.
Tuhan telah menggariskan dan seharusnya mereka bersyukur karena bisa menjadi seorang kakek ataupun nenek di saat banyak pasangan di belahan dunia lain yang mengharapkan kehadiran sosok lucu tersebut.
"Kau tidak boleh terlalu keras berpikir!"
Camelia tersenyum dan mengangguk.
Kelihatannya dirinya memang tidak seperti telah memikirkan sesuatu, namun otaknya benar-benar ribut dan dirinya tidak bisa untuk mengelaknya.
"Aku tahu."
Kemudian langkahnya keluar dari ruang periksa setelah semua selesai, mengelus lagi perutnya yang mulai membesar dan penuh dengan rasa kebimbangan.
"Apa yang harus kulakukan?"
Hari sudah sore dan sebentar lagi malam datang, dirinya juga akan pulang setelah ini karena jadwalnya telah selesai.
Camelia hanya menerima prosedur operasi gabungan di rumah sakit ini. Tetapi hal itu berhenti sementara dan dirinya hanya menerima konsultasi seputar operasi plastik saja karena sedang hamil dan tidak boleh terlalu lelah.
"Ini rumit sekali..."
***
Sore ini sepulang dari bekerja di rumah sakit yang berbeda dengan sang istri, Kana melangkahkan kakinya keluar dari lift di sebuah gedung tempat adiknya tinggal.
Perkataan dari Lion sungguh mengganggu pikirannya dan dirinya langsung datang untuk memastikan apakah adiknya itu tidak bercanda.
Ting! Tong!
Tangannya memencet bel dan berharap Lion langsung membukakan pintu mengingat bahwa adiknya sudah pulang terlebih dahulu dibandingkan dirinya.
Tak lama pintu itu terbuka dan muncullah sesosok wanita yang masih cukup muda berpakaian seperti seorang baby sitter dan tengah menatapnya penuh hormat lalu membukakan pintu dengan lebar.
"Silakan, Pak."
Kana berpikir jika mungkin saja wanita itu adalah orang yang dipekerjakan oleh Lion untuk mengurus bayi yang sedang dibahas kemarin malam.
"Pak Lion sedang mandi, Pak. Beliau akan keluar sebentar lagi," ucap wanita tersebut hendak berlalu ke dapur untuk menyiapkan minuman.
Namun, Kana menahannya dan langsung bertanya, "Kau pembantu Lion?"
Wanita tersebut menggeleng dan menjawab, "Saya pengasuh dari bayi yang tinggal di apartemen ini, Pak."
Dada pria itu berdegup kencang setelah mendengarnya dan ternyata bayi itu benar-benar ada.
"Di mana bayi itu sekarang?"
Belum sempat duduk karena dirinya sendiri juga tidak tenang, akhirnya Kana bersikap lebih tegas dengan ingin melihat sesosok bayi yang mengganggu pikirannya.
"Ada di kamar, Pak."
"Boleh aku melihatnya?"
Pengasuh itu mengangguk dan menunjukkan jalan ke sebuah pintu yang ruangan dan tampaklah sebuah box bayi yang dilengkapi mainan.
"Nolan sedang bermain dan mengoceh, Pak."
Wanita itu tidak tahu jika pria yang datang kali ini adalah ayah kandung dari bayi yang sudah ia asuh. Dirinya sendiri bersikap biasa karena menyadari bahwa Nolan sangatlah lucu dan dirinya bahkan tidak bosan menciumi bocah gembil itu.
"Oohhh... Ohh..."
Telinga Kana bisa mendengar dengan jelas suara bayi imut itu yang tengah menatap ke arahnya dengan mata polos dan tidak berdosa.
Bagaimana mungkin Ivy hamil namun tidak mengabarinya sama sekali?
Membesarkan bayi adalah hal yang sulit. Mantan kekasihnya itu malah tidak berniat untuk menggugurkannya sama sekali, bahkan di saat sakit dan membutuhkan pertolongan bukan dirinya orang yang pertama kali dimintai bantuan.
"Namanya Nolan?" Kana bertanya lagi untuk memastikan karena nama itu merupakan nama yang sangat Ivy sukai dan ternyata dijadikan untuk nama anak mereka.
"Iya, Pak."
Tak lama kemudian, Lion muncul dari pintu dan melihat kakaknya tengah menemui bayi tersebut.
"Nolano, usianya jalan 4 bulan."
Kana kemudian mencoba untuk mengangkat bayi yang tengah menatapnya dengan senyuman itu, seolah bertemu sang ayah dan dirinya mendapatkan sambutan yang baik meskipun tidak pernah melakukan apapun selama ini.
Wanita yang menjadi pengasuh dari Nolan lantas meninggalkan keduanya untuk berbicara karena sepertinya pria yang datang itu merupakan ayah kandung dari Nolan.
"Tapi Ivy tidak mengabariku sama sekali," ujarnya pada Lion dengan nada bingung.
Kemudian adiknya itu menjawab, "Ibu adalah orang yang kejam dan tidak akan membiarkan Ivy mengandung anak kalian. Bersyukur karena dia tidak menggugurkan bayi itu dan memilih untuk melahirkannya meskipun dalam keadaan sakit."
Tangan mungil Nolan menyentuh wajah tampan ayahnya dan membuat pria itu hampir menangis ketika menyadari bahwa secara tak sadar ia menjadi pria yang paling kejam di dunia ini.
"Ivy membutuhkan donor ginjal dan kuharap kau bisa memberikan informasi mengenai hal itu," jelas Lion.
"Tapi Camelia juga sedang hamil. Aku tidak bisa membebani pikirannya," Kana lihat putranya yang masih mengoceh itu dan seakan tidak mau melepaskannya.
"Itu salahmu kenapa langsung menyetujui perjodohan bodoh dan menikah lalu memiliki anak!"
Kana diam dan menyadari bahwa adiknya jauh lebih pintar karena berani menolak. Ia menyesal kenapa tidak bisa bersikap demikian, seharusnya ia selalu berada di samping Ivy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments