Kekasihku Dokter Tampan
"Kenapa kau tidak membawanya sekalian setelah putus?"
Pertanyaan dari si tuan rumah membuat gadis yang sedang mengacak-ngacak isi kardus itu lantas menghela nafas, "Lupa."
"Memangnya apa yang bisa kau ingat?" sindirnya.
Jasmine menghembuskan nafas kesal saat mendengar sindiran itu, seolah otaknya tidak bisa mengingat-ingat sesuatu yang penting. Dia juga baru ingat jika salah satu buku miliknya tertinggal di apartemen ini.
Pria berdiri bersedekap itu menatap tidak ramah gadis yang sudah kurang lebih 1 tahun ini putus darinya, tiba-tiba saja datang dan meminta buku yang tertinggal. Beruntung dirinya tidak jadi menjual seluruh buku yang ada sehingga masih utuh.
"Ah!" Jasmine mengangkat buku itu ke udara dan tersenyum.
"Ketemu?"
Pertanyaan dari si pria membuat gadis itu mengangguk dan berdiri seraya membenahi sisa buku yang ia obrak-abrik tadi.
"Terima kasih, aku pulang dulu!" Jasmine membenahi kardus-kardus itu seperti semula.
"Hanya itu?" Tanya pemilik apartemen yang merupakan mantan kekasihnya tersebut.
"Kau mau apa dariku?" herannya.
"Kau datang malam-malam seperti ini di jam yang sudah sangat larut, otomatis kau juga mengganggu istirahat malamku yang sangat berharga. Setelah mendapatkan apa yang kau mau, kau ingin langsung meninggalkan tempat ini?"
Jasmine benar-benar malas menanggapi pria ini, "Kau mau aku melakukan apa, Tuan Rosen?"
"Aku tidak mau apapun dari gadis miskin sepertimu. Cepat pergi dari apartemenku!" usirnya.
Jasmine menatap Lion dengan pandangan kesal, lantas untuk apa pria ini menahannya? menyebalkan.
"Aku juga tidak mau berlama-lama di sini!" Ketusnya seraya berjalan cepat menuju pintu.
Baru saja dibuka, pintu apartemen itu terasa berat dan membuat Jasmine mengerutkan keningnya heran.
"Uhh... Pintu apartemenmu ini rusak atau bagaimana? Kenapa berat sekali?" keluhnya.
"Kau hanya tamu. Kenapa protes pada tuan rumah?!" Pada akhirnya Lion membukakan untuk apartemennya untuk Jasmine.
Dirinya sendiri juga merasa janggal karena biasanya tidak seberat ini, seperti ada sesuatu yang mengganjal dari sisi luar.
Dirinya ikut keluar dan melihat sebuah keranjang dengan bahan rotan tergeletak di bawah, Lion yakin jika Jasmine juga melihatnya saat ini.
"Apa ini?" Gadis itu ingin berjongkok untuk melihat apa isi dari keranjang rotan tersebut.
Lion menahan lengan Jasmine agar tidak mendekat kearah keranjang di bawah mereka, "Jangan dekat-dekat! Siapa tahu ada yang mengirim bom ke apartemenku."
Jasmine menatap mantan pacarnya ini tak habis pikir. Bisa-bisanya terpikir ada orang yang meninggalkan bom depan pintu apartemen Lion, memangnya orang itu tidak punya pekerjaan lain?
"Bom apa? Ini keranjang bayi!" Jasmine tetap berjongkok dan membuka pelan tutup keranjang rotan itu tanpa persetujuan Lion.
Mata cantiknya terkejut saat dirinya melihat sesosok bayi mungil tengah tertidur di sana, pakaiannya hangat dan semuanya disiapkan dengan sangat rapi.
"Bayi!" Jasmine melihat ke arah Lion karena dirinya cukup terkejut dengan apa yang ada di depannya.
Lion ikut berjongkok dan membuka keranjang bayi itu lebih lebar untuk memastikan. Benar saja, sesosok bayi mungil yang sepertinya berjenis kelamin laki-laki sedang tertidur tenang sehingga membuat dirinya berpandangan dengan Jasmine.
"Apa kau menghamili mantan pacarmu dan ini adalah bayi kalian?" Jasmine menutup mulutnya tidak percaya atas apa yang ia pikirkan saat ini.
"Enak saja! Aku terakhir melakukannya bersamamu, jika aku memiliki anak berarti itu dari rahimmu!" Balas Lion tidak terima karena dituduh seperti itu.
PLAK!
Jasmine memukul bahu mantan pacarnya ini cukup keras karena jawaban Lion benar-benar di luar nalar, memalukan karena masih mengingat apa yang mereka lakukan dulu.
"Auhhh..." Lion mengaduh.
"Lalu anak siapa? Kenapa diletakkan di depan apartemenmu?" Jasmine berpikir keras karena tidak mungkin seseorang membuangnya dengan sengaja di tempat elit seperti ini, apalagi akses masuk dibatasi.
"Mana aku tahu!" kesalnya.
Saat keduanya hanya melihat di keranjang tersebut, bayi itu tiba-tiba bangun dan menangis sehingga membuat keduanya kelabaan.
"OEEEE... OEEEE..."
"Astaga! Dia bangun!" Lion sampai kebingungan karena tiba-tiba bayi itu menangis dengan cukup keras.
Jasmine dengan gerakan sigap langsung mengambil bayi itu dari keranjang dan mencoba untuk menggendongnya, ia sedikit berpengalaman tentang mengurus anak kecil sehingga ini masih mudah dan dirinya bisa menanganinya.
"OEEE... OEEE..."
"Cup... Cup... Haus, Sayang?"
Entah kebetulan atau memang sudah disiapkan oleh orang yang meninggalkan bayi tersebut, bahkan ada botol susu yang masih hangat terletak di samping bantal sehingga Jasmine langsung mengambilnya lalu menenangkan bayi tersebut.
Sementara Lion berusaha keras untuk menerka siapa orang yang meninggalkan bayi ini di depan pintu apartemennya, seolah seperti disengaja dan membuat dirinya kesal.
"Kita ke kantor polisi untuk melaporkan bayi ini!" ajaknya.
Jasmine menggeleng tidak setuju, "Apa kau tahu jika kita ke kantor polisi sekarang? Apartemen mu akan digeledah dan kau akan diperiksa, sedangkan besok aku memiliki acara pagi-pagi sekali dan tidak bisa memberikan penjelasan pada polisi!"
"Lalu harus bagaimana? Ibunya juga harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah dia lahirkan. Memangnya apartemenku tempat penampungan bayi?!" Kesal Lion karena merasa jika polisi adalah hal yang terbaik yang mungkin bisa membantunya.
"Coba kau ingat-ingat lagi siapa orang yang sudah sakit hati dengan sikapmu sehingga ada yang membuang bayi di sini!" Jasmine masih curiga jika mungkin saja bayi ini memang putra dari mantan kekasihnya tersebut.
"Aku seorang dokter! Tugasku adalah menyembuhkan pasien dan tidak membuat luka. Mana mungkin ada orang yang menaruh dendam padaku hingga berani meninggalkan bayinya di sini! Ibu macam apa yang meninggalkan darah dagingnya di tempat orang lain?!" marahnya.
Siapapun akan marah jika menemukan bayi yang entah milik siapa dan ditinggalkan begitu saja, terlebih Lion sangat yakin bahwa dirinya tidak pernah membuat seorang wanita terluka karena ulahnya.
"Tuan Rosen, pelan kan suaramu! Dia mau tidur!" Jasmine menatap Lion kesal karena bisa saja bayi ini menangis jika mendengar suara yang lebih keras.
"Siapa peduli!" kesalnya.
Setelah beberapa menit berlalu, Lion memutuskan untuk memeriksa keranjang bayi itu dan berharap ada sebuah surat yang mungkin saja bisa digunakan sebagai petunjuk.
Jasmine masih melihat apa yang sedang dilakukan oleh mantan pacarnya, sepertinya Lion juga berusaha berpikir dengan kepala dingin.
Bayi mungil itu kembali tertidur di pelukan Jasmine, susunya juga hampir habis dan sepertinya hanya ditinggalkan satu botol saja.
"Kau menemukan sesuatu?" Jasmine bertanya dengan harapan ada petunjuk di dalam sana.
Lion masih mengobrak-abrik keranjang bayi itu, tangannya mengangkat bantal bayi dan menemukan secarik kertas.
"Ada surat!" Diangkatnya kertas itu penuh harap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Yani Cuhayanih
menarik cuuus lanjuuut
2024-06-13
1
Pena_Penantian99
kak dian.... semangat 🔥
2024-05-22
1