Diary Mentari
...Warning!!!...
...Cerita ini hanyalah karya fiktif belaka,tidak ada kesamaan nama tempat atau tokoh di kehidupan nyata,jika ada itu hanyalah kebetulan semata.di harap bijak dalam membaca dan berkomentar...
Flashback
"Ibu,Mentari mau ikut",ucap Mentari dengan suara yang paru dan wajah yang memelas kepada sang ibu yang sedang bersiap-siap untuk pergi berlibur bersama kedua anak laki-lakinya itu
Mentari merupakan anak ke-3 dari 4 bersaudara.kedua orang tua Mentari berpisah saat ia menginjak usia 7 Tahun,Ayah Mentari meninggalkan mereka karena suatu dan lain hal dan pada saat itulah semua hal buruk yang bahkan tidak pernah terlintas di benak Mentari satu persatu mulai terjadi.perubahan sikap dari sang ibu yang dulunya sangat menyayangi dirinya kini berubah bak ibu tiri baginya.cacian,hinaan,dan makian sering di lontarkan sang ibu kepadanya.
Mentari berusaha untuk memahami perubahan sikap ibunya,namun kesakitan dan kekecewaan terus menghampiri dirinya.dia merasa hidup dalam bayang-bayang kesepian akan hilangnya kasih sayang orang tua di usianya yang masih sangat kecil yang bahkan tidak bisa membedakan yang mana yang benar dan mana yang salah,yang mana yang berbohong,yang mana yang berkata jujur.
Karena perubahan sikap sang ibu yang tiba-tiba itu kerap menimbulkan banyak pertanyaan di dalam diri Mentari.apakah dia penyebab berpisah kedua orangtuanya? sehingga sang ibu jadi membenci dirinya,atau karena rambut ikalnya yang jelek kata orang-orang yang membuat kedua orangtuanya malu dan memilih untuk berpisah. Berbagai macam pertanyaan-pertanyaan itu muncul setiap harinya di kepala kecil miliknya dan sampai sekarang ia masih tidak bisa menemukan jawaban pasti dari pertanyaan-pertanyaan itu.
Hilangnya peran dan kasih sayang orang tua membuatnya kurang percaya diri dan kerap menyalahkan dirinya atas semua hal yang terjadi,namun itu tidak membuat dirinya tidak bersinar,ia selalu berusaha menutupi segala luka dan kesepian nya sendirian sembari sedikit menyakiti dirinya sendiri untuk melampiaskan semuanya sejak dini tanpa melibatkan pihak lain,agar mereka tidak iba kepada dirinya yang malang ini.
"Gak,kamu di rumah aja",ketus sang ibu sambil menarik kopernya dan berlalu meninggalkan Mentari begitu saja.
"Tapi Mentari mau ikut Bu, Mentari janji gak akan nakal dan nyusahin ibu di sana, Mentari hanya diam aja bu.Mentari janji",cecer Mentari sambil mengekori sang ibu bak anak itik yang mengekori induknya.
"Mentari janji Bu",timpalnya lagi sembari mengangkat dua jarinya pertanda ia berjanji dengan sungguh-sungguh.
"Kamu ini Jagan ngeyel ya,dasar kepala batu.sekali di bilang enggak ya tetap enggak,apa susahnya sih tinggal di rumah?",Ucap sang ibu dengan raut marah dan langsung masuk ke dalam mobil yang di dalamnya sudah ada Abang sekaligus adek Mentari.
Setelah itu sang ibu pun berlalu meninggalkan tubuh kecil mungil Mentari dan melaju meninggalkan sang anak yang mematung mendengar jawaban yang baru saja ia lontarkan tanpa perasaan bersalah atau pun sedikit belas kasih.
"Ibu",teriak Mentari sembari mengejar mobil yang berlalu meninggalkan tubuh mungilnya sendirian
"Mentari ingin ikut Bu",teriaknya lagi penuh frustasi dan terisak pelan sambil meratapi kepergian Ibunya
kenapa sih ibu selalu gini ke Mentari?apa salah Mentari Bu? Mentari kan udah janji bakal jadi anak yang baik, Mentari gak bakal nyusahin ibu lagi.tapi kenapa ibu selalu gini ke Mentari bu?batin Mentari sambil terus meratapi kepergian ibunya.
Kenapa ibu membenci Mentari Bu?sedangkan dengan Abang Dion dan adek Vero ibu gak seperti itu,batinnya lagi.
"Kali ini apa lagi salah Tari Bu?",Katanya pelan sambil menundukkan kepalanya melihat semut-semut yang lewat di kakinya
Mentari kerap di perlakukan tidak adil oleh ibu kandungnya sendiri,terkadang sang ibu sering membanding-bandingkan ia dengan saudara kandungnya yang lain dan memperlakukan dirinya dengan sangat buruk.namun dirinya tidak ambil pusing dengan sikap sang ibu yang setiap hari begitu,hanya saja iya merasa sedang di sayangi dengan cara yang berbeda oleh sang ibu,namun Ada kalanya ia merasa sebaliknya.
Ibu itu sayang sama Mentari,mungkin ibu gak mau Mentari pergi karena perjalanannya cukup jauh dan amat sangat melelahkan, makanya Mentari di suruh tinggal.batin Mentari untuk menyemangati dirinya agar tidak bersedih lagi dan tetap berfikir positif tentang ibunya.
"Non Jagan nangis.ayo masuk,bibi masakin makanan kesukaan non",Ucap Bi Yati kepada Mentari.sambil mengelus puncak kepala Mentari,dan Mentari pun mengangguk dan dengan berat hati ia masuk kembali ke dalam rumah.
"bi, Mentari mau ketemu ayah.Mentari kangen sama ayah.apa boleh bi?",tanyanya setelah masuk dan duduk di sofa ruang keluarga sambil merenung
"Nanti bibi telpon ayah ya non.sekarang non mandi terus siap-siap.bibi masak dulu makanan kesukaan non,nanti baru ketemu ayah setelahnya",Ucap bibi berbohong demi menyenangkan Mentari kecil dan berlalu ke belakang setelahnya.
Mentari pun segera ke kamar untuk mandi dan bersiap-siap agar nanti setelah selesai makan ia bisa segera bertemu dengan sang ayah seperti yang di janjikan Bi Yati kepadanya tanpa rasa curiga bahwa dirinya di bohongi.
Sekarang Mentari hanya tinggal dengan bibi,mamang supir dan seorang kaka perempuannya yang sekarang lagi tidak di rumah karena lagi sekolah.
Ingatan masa kecil yang pahit dan kesepian terus menghantui Mentari, namun ia berusaha tegar dan mencari kekuatan dari kenangan manis yang tersisa. Dalam keheningan kamar mandi, Mentari bersiap untuk bertemu dengan ayahnya, satu-satunya tempat di mana ia merasa bisa menemukan sedikit kehangatan dan kekuatan.
"Bi,Mentari sudah siap",Ucapnya antusias dengan senyum lebar sambil memamerkan dirinya yang sudah bersih dan wangi habis mandi
"Maaf non,tadi bibi telpon sama Ayah non katanya belum bisa",Katanya sambil mengigit bibir merasa bersalah karena membohongi anak kecil yang tidak tau apa-apa
"Maafin bibi ya non,bibi berbohong lagi",Ungkapnya dalam hati dan dengan gusar membelai kepala mungil itu dengan perasaan campur aduk
"Yah,gak apa-apa deh.Ayah lagi sibuk,Kalau gitu Mentari makan aja deh ,lapar",Ucapnya polos sambil mengusap-usap perut mungil miliknya
"Ayo,bibi suapin ",Kata Bi Yati menawarkan diri
"Oke",Jawabnya antusias sekan kesedihannya tadi hilang dalam sekejap
Walupun kenyataannya ia masih sedikit merasa kecewa karena tidak dapat bertemu dengan sang Ayahnya seperti yang di janjikan tapi ia tetap menyembunyikan itu untuk dirinya sendiri.namun anehnya entah mengapa setiap kali Mentari ingin bertemu Ayahnya pasti selalu tidak bisa,ada saja alasan yang di berikan oleh BI Yati kepadanya seperti hari ini.
"Bibi berbohong lagi",Katanya sedih sambil memeluk erat foto sang ayah di kamar setelah mengetahui bahwa untuk sekian kalinya ia di bohongi
Karena perasaan yang campur aduk ia menumpahkan kekesalan nya itu dengan memukuli kepala dan mengigit lengan tangannya sendiri sekuat tenaga untuk menghilangkan emosi yang tidak bisa ia salurkan
"Ini semua salah ku",Gumamnya sambil memukul-mukul kepalanya dengan keras
Flashback off
Begitulah ingatan Mentari kecil kala itu, mengingat masa kecilnya yang penuh kebohongan dan kesalahpahaman. Namun, seiring berjalannya waktu, hari demi hari, ia beranjak dewasa dan mulai memahami semua situasi.
Dengan pemahaman baru, Mentari mencoba menerima kenyataan dan mengerti mengapa semua orang melakukannya seperti itu. Mungkin, pikirnya, ada sebab yang belum ia ketahui. Mungkin, ada luka dan kepedihan yang tersembunyi di balik kata-kata dan tindakan mereka yang sama seperti dirinya.
Lama kelamaan, Mentari belajar untuk melepaskan kebencian dan kekecewaan, digantikan dengan rasa empati dan pengertian. Ia menyadari bahwa setiap orang memiliki cerita dan motifnya sendiri, dan bahwa kebenaran seringkali tersembunyi di antara garis-garis kebohongan yang sering terjadi.
...----------------...
Jagan lupa follow Ig author@godomiba
Karena informasi lengkap seperti visual dan lainnya ada di sana
Jagan lupa mampir ke karya author yang lainnya🙇🏻♀️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
its mee
kesini habis baca tulisan author nya yang sebelah
2024-12-27
1
flower
ibu yang jahat/Grimace/
2025-02-19
0