Dia Ameera (Sang Putri Arab)
Brakk!
Pintu kamar dibuka dengan kasar. Setelahnya, muncullah seorang pemuda tampan, namun terkesan dingin dan angkuh.
Dia berjalan dengan cepat menuju kursi yang kini sedang diduduki oleh seorang wanita memakai kerudung besar dan berkacamata yang sedang khusyu membaca Alqur'an.
"Heh, siapa yang menyuruhmu duduk di kursi kesayanganku?" tanya laki-laki itu dengan kasar, hingga membuat perempuan yang sejak tadi khusyu' itu berhenti dan berbalik menghàdapnya.
"Dengar ya! kita memang sudah menikah, tapi pernikahan kita itu karena terpaksa, jadi kamu jangan bermimpi menjadi nyonya di rumah ini! kemasi barang-barang kamu, dan pergi ke kamar belakang, kamu tidur sana sama pembantu yang lain!" bentak si pemuda itu sambil berkacak pinggang.
"Kalau saya tidak mau, Anda mau apa?" tanya wanita itu dengan nada dingin, membuat Andika tercekat.
Andika tak mengira wanita yang sejak tadi diam membisu itu angkat bicara dengan suara dingin dan terlihat berwibawa. Tadinya dia berpikir perempuan di depannya akan menuruti kata-katanya, tapi ternyata perempuan itu justru melawan dengan cara yang sama sekali tak ia duga.
"Kamu! dasar perempuan kampung! berani sekali kamu melawanku?" sergah Andika tak mau kalah. Wanita berkacamata yang sudah sah menjadi istrinya itu malah tertawa menyeringai.
"Haha kenapa saya harus takut pada Anda? Anda lupa, saya ini istri Anda. Suka atau tidak, saya adalah istri Anda, bukan pembantu Anda. Jadi, tolong jaga sikap Anda ketika bicara dengan saya!" jawab wanita itu diringi tawa renyahnya.
"Kamu jangan mimpi! kamu ini harusnya ngaca! Aku ini Mahardika Pratama yang kaya raya, berpendidikan tinggi, lulusan luar negeri, yang sekarang menjabat sebagai CEO yang memimpin perusahaan yang sangat besar di negeri ini, sedangkan kamu? Kamu ini cuma seorang gadis kampung, miskin, dan norak. Jadi tak usah bermimpi aku akan menjadikanmu ratu di rumah ini," ucap Mahardika dengan angkuhnya. Sementara wanita yang sudah menjadi istrinya itu malah bersikap acuh.
Wanita bernama Ameera itu kembali duduk di atas sofa. Ia tetap terlihat santai meski suaminya terlihat kasar. "Ok, kalau begitu kamu bisa menceraikanku sekarang juga dan antarkan aku pulang ke kampung," ucapnya datar, tak terlihat sedikitpun rasa takut di sana.
"Cerai? Aku memang akan menceraikanmu, tapi setelah tiga bulan."
"Tiga bulan? Kamu kira aku ini budakmu yang seenaknya bisa kamu suruh-suruh. Maaf, aku gak mau membuang waktu menjadi istri pura-puramu, masih banyak yang pekerjaan berguna yang akan menguntungkanku."
"Oh, jadi kamu mau untung? OK, aku akan kasih kamu," tukas Mahardika seraya berjalan ke arah meja rias dn membuka laci paling atas. Ia mengeluarkan sebuah map, kemudian melempar map itu dengan kasar ke depan Ameera.
Brak!
"Itu surat perjanjian tanda tangani dan tulis berapa saja yang kamu mau di kertas itu!" lanjutnya masih dengan angkuh.
Ameera terlihat menoleh dan meraih map itu. Dia membukanya dengan senyum menyeringai, meski tak terlihat. "Wow, menarik juga. Ok, aku akan menulis angka yang kumau," jawabnya sambil membuka kertas dan menyiapkan bolpen untuk menulis.
Mahardika yang melihat itu kini tersenyum sinis, karena dalam bayangannya, Ameera akan tunduk padanya sesuai isi perjanjian yang ia tulis.
Setelah selesai menulis, Ameera gegas menyerahkan kertas itu pada suaminya. Mahardika pun segera menyambarnya dengan kasar. Ia buru-buru melihat angka berapa yang ditulis oleh Ameera.
"30 Triliyun?" desisnya sambil memandang ke arah istrinya. Ia tak percaya istrinya bisa menulis angka sebesar itu.
"Kamu sudah gila, mana mungkin aku akan mengasih kamu uang sebanyak ini?" tukasnya berapi-api membuat Ameera tertawa dengan suara keras.
"Ha ha aha ... kamu ini, katanya orang kaya, dan kata kamu aku boleh menulis berapa pun yang aku mau, lalu kenapa kamu sekarang malah terkejut. Hahaha atau, kamu gak punya uang sebanyak itu? Huuu! ngaku kaya, tapi dipinta uang segitu saja gak punya hahaha!" ledek Ameera sambil memandang tajam pada laki-laki sombong di depannya.
Mahardika kini terlihat memias, ia sungguh tak menyangka, bahwa wanita yang ia kira lugu dan penakut itu kini berbicara dengan santai dan meledeknya.
"Bagaimana, apa kamu akan memenuhi keinginanku, Tuan Mahardika? Atau, aku ganti saja syaratnya, apa kamu mau?" Ameera melanjutkan perkataannya.
"Memangnya apa yang kamu mau?" tanya Mahardika setelah ia menimbang-nimbang.
Ameera pun tersenyum penuh kemenangan mendengar suami angkuhnya akhirnya melunak.
"Ok, aku cuma mau kamu menuruti tiga permintaanku. Pertama, kamu harus menuruti menghargai keberadaanku di sini. Jangan coba-coba memperlakukan aku seperti pembantu di sini. Yang kedua, kamu harus mengizinkan aku kerja, ketiga tidak ada kontak fisik," ungkap Ameera.
Mahardika menimbang-nimbang tawaran Ameera, dia berpikir keras. Jika dia menceraikan Ameera dia akan dicoret dari kartu keluarga, tapi jika dia terus-terusan dengan wanita ini, dia akan kehilangan gengsinya karena Ameera ini hanya seorang Wanita jalanan yang tak punya uang apalagi pangkat.
"Baik, aku akan penuhi permintaan kamu. Aku akan menurutinya. Lagian siapa yang mau menyentuh wanita buluk macam kamu!" jawab Mahardika dengan begitu percaya diri.
"Ok? kalau begitu sekarang juga bereskan kamar sebelah, biar aku tidur di sana!" titah Ameera pada Mahardika. Meski dia terlihat kesal, dia tetap menuruti permintaan Ameera. Dia memerintahkan kedua pembantunya untuk membersihkan dan merapikan kamar yang akan ditempati Ameera.
"Kalian boleh pergi," titah Ameera pada kedua pembantu itu, tetapi salah satu di antara mereka justru menunggu.
"Maaf, Mbak. Boleh saya bicara?" tanya pembantu itu dengan sopan. Ameera melirik ke arah wanita yang berumur kira-kira 40 tahun itu.
"Silakan, duduklah!" ujar Ameera. Dia meminta ART itu duduk di sampingnya, tetapi perempuan itu tak berani.
"Maaf Nona, saya tak berani. Saya hanya ingin mengingatkan, Nona harus hati-hati karena orang rumah ini, punya rencana tak baik pada Nona. Itu saja yang ingin saya sampaikan. Saya permisi dulu, mohon jangan katakan pada siapa pun saya bicara begitu," ucap wanita setengah baya itu sambil melangkah menuju pintu.
Ameera mengangguk dan membiarkan dia pergi keluar. "Ternyata mereka memang licik. Aku harus hati-hati. Aku tidak boleh ceroboh. Kalau bukan untuk melaksanakan perintah Mama, aku tak mungkin berada di tempat yang tidak ramah ini," gumam Ameera sambil melangkah menuju kamar mandi.
Malam merayap jauh mendekati pagi, suara azan berkumandang. Ameera gegas bangun dan melakukan kewajibannya sebagai muslimah.
Setelahnya, dia pergi ke dapur.
"Hmm, aku akan melaksanakan tugas sebagai istri, menyiapkan sarapan untuk suami tercinta."
Bersambung!
Apa kabar Manteman? Pembaca setia novel "Dia Ameera"
CERITA AMEERA INI SAYA REVISI YA, AMEERA VERSI AWAL BERCADAR, SAYA REVISI DIA TAK BERCADAR DI SINI, JALAN CERITANYA JUGA BERBEDA SEDIKIT DARI SEBELUMNYA.
Semoga isi cerita di novel ini bermanfaat ya, dan jangan lupa tinggalkan jejak berupa like dan komen.
Baca juga novel saya yang lain :
Terjebak Kawin Kontrak dengan Tuan Muda Arab
(Kisahnya seru, tentang pernikahan antara gadis Indonesia dengan pemuda Arab)
Ada juga kisah tentang "Petualangan Mona"
Kisah petualangan Mona ini menegangkan loh. Hehe selamat membaca!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
larasatiayu
aslaamualaikum novelnya menarik buat di ikutin terus alur crtanya tapi mau gak buat slg feedback ke karya sy jg sholehah tanpa jilbab
2024-08-22
1
Whiteyellow
hadir, ya. semangat berkarya 🥰
2024-08-12
1
mom's zuzu
Assalamu alaikum, Teman-teman pembaca Novel: Dia Ameera
Semoga Novel ini menghibur ya, kalau Man teman suka karyanya, silakan like and komen ya, biar author semangat menulisnya!
Terima kasih semua. Love sekebon dari saya🥰
2024-07-18
0