Onah yang sedari tadi di kamar mandi, kini terlihat tergopoh mendekati Rita yang menjerit ketika kulitnya terkena air pemutih pakaian.
"Kenapa kamu gak ngajarin dia dengan benar, Onah?" bentak Rita, "Lihat ini, gara-gara kamu tanganku melepuh! Aahhh panas!" Rita terus berteriak sembari meniupi tangannya.
"Saya gak ngajarin dia nyonya, dia emang jahat, dia juga bawa saudaranya ke sini!" adu Onah.
"Apa, dasar kurang ajar! aku tak akan melepasmu! Aawww, tanganku!" teriak Rita sekali lagi. Reina yang melihat ibunya sengsara pun menjadi kebingungan.
"Mah, tangan Mama melepuh, kan kulit mama sensitive, kenapa mama nyelupin tangan ke mesin cuci?" Reina memegangi dan meniupi tangan ibunya yang terlihat memerah.
"Onah, cepat kamu buang airnya!" titah Rita pada Onah.
Onah pun gegas menekan tombol pembuangan air, sehingga air dalam mesin cuci itu keluar semua. Mata mereka kini mendelik melihat baju-baju yang ada di dalam mesin cuci itu.
Tanpa pikir panjang, Riena mengangkat salah satu pakaiannya yaitu lingerie warna merah yang kini warnanya telah menjadi belang-belang.
"Aaa, dasar perempuan udik, baju-bajuku yang berwarna juga dikasih pemutih, lihat, Ma!" Riena kembali mengangkat pakaian berwarna dari dalam mesin cuci.
"Aaa, itu gaun kesayangan mama!" teriak Rita histeris ketika melihat gaunnya yang berwarna biru kini sudah berwarna abu-abu dan sobek-sobek.
Mereka berdua menangis histeris, sementara Ameera, Bu Mia, dan juga Susi terpingkal-pinkal menertawakan mereka.Ameera tertawa geli melihat mertua dan ipar tirinya menangis. Dia kembali ke kamarnya dengan hati yang riang.
Sementara itu, Rita dan anaknya kini benar-benar terbakar oleh amarah.
"Ma, kita laporkan ini pada Dika, biar perempuan itu dihukum," usul Reina ketika mereka sudah membersihkan diri.
Setelah Mahardika datang, mereka langsung saja merayu dan memfitnah. "Dika, kamu harus bantu kami. Istri kamu sudah keterlaluan. Dia membuat kami celaka. Tangan kami melepuh karena pemutih pakaian, baju-bajuku juga robek," keluh Reina sambil menangis.
Mahardika terlihat mengepalkan kedua tangannya. Dia pun berjalan dengan cepat menuju kamar istrinya.
Dug! Dug! Dug!
"Buka pintu, perempuan sialan!" panggil Dika dengan kasar.
Ameera pun bergegas membukanya. "Eh, suamiku udah pulang, maaf saya gak nyambut, Mas!" Ameera buru-buru mengulurkan tangannya untul mencium tangan Dika, tapi ditepis dengan kasar.
"Jangan coba-coba merayuku, dasar wanita kampung! kenapa kamu mencelakai Ibu dan kakakku?" tanya Dika dengan berapi-api.
Ameera terlihat menunduk dan air matanya mulai mengalir. "Maaf, saya gak mencelakai mereka. Tadi pagi Mama menyuruh saya mencuci baju dengan mesin cuci. Ya kalian kan tahu, saya itu orang kampung dan gak bisa nyuci pake mesin cuci. Saya itu tiap hari nyuci baju di kali, bukan di mesin cuci," jawab Ameera dengan diiringi tangis yang meledak-ledak.
"Ibu, apa itu benar? kenapa ibu menyuruh dia nyuci? bukannya ada pembantu?" tanya Mahardika pada Ibu dan kakak tirinya.
"Itu, karena Bu Mia katanya mengundurkan diri mau pulang kampung," terang Rita.
"Mengundurkan diri, kok, bisa? mana dia?" Mahardika dan semua orang yang di situ kini berjalan menuju dapur.
Mahardika heran karena melihat ada art lain di situ.
"Kamu siapa? siapa yang mempekerjakan kamu?" tanya Mahardika pada Susi.
"Ini pasti saudara si perempuan kampung yang diceritakan Onah," jawab Rita.
"Siapa yang membawamu ke sini?" Dika bertanya lagi.
"Ini Susi, saudaraku yang dari kampung. Dia mencari pekerjaan di kota ini, jadi saya yang bawa dia ke sini. Kan Onah gak ada, jasi biar dia yng gantikan," sahut Ameera yang baru saja turun.
"Dasar perempuan kampung tidak tahu diri! kenapa kamu tak membicarakan dengan anak saya?" tanya Rita sambil berkacak pinggang menunjukkan keangkuhan yang luar biasa.
"Maaf, Mama mertua, saya sudah izin sama ayah mertua," Ameera menjawab dengan santai.
"Ada apa ini, kenapa rame begini?" tanya seseorang dari arah luar. Ternyata itu adalah Reino. Rita pun bergegas menemui suaminya
"Ini, Pa. perempuan jelek yang Papa bawa dari kampung ini sok berlagak berkuasa di rumah ini, dia membawa saudara jauhnya dari kampung tanpa memberi tahu pada kita," terang Rita pada Reino.
"Siapa bilang dia gak ngasih tahu. Dia ngasih tahu Papa, kok. Sudahlah jangan diperbesar masalah kecil begini. Biarkan saja kan tinggal kita gajih." jawab Reino santai.
"Pa, kenapa Papa selalu bela dia, lihat tanganku melepuh karena ulahnya!" protes Reina.
"Melepuh kenapa?" tanya Reino. Ameera pun bergegas menceritakan semuanya.
"Ya ampun, itu salah kalian, kenapa kalian menyuruh Ameera mencuci? Sudah lah, jangan diperbesar. Dika, ayo ajak istrimu masuk ke kamarmu!" titah Reino pasa Mahardika. Tanpa banyak bicara, laki-laki tampan itu pun menuruti kata-kata papanya.
Ameera mengekori suaminya sampai kamar laki-laki itu. "Ameera, kamu jangan besar kepala dulu, kamu memang mendapat pembelaan dari papaku, tapi kamu tak akan bisa mendapatkan hatiku," ucap Mahardika dengan angkuhnya ketika sudah berada di kamar.
Ameera malah tersenyum menyeringai "Memangnya siapa yang mau memikatmu? kamu kegeeran!" ketusnya sambil berbalik dan berjalan menuju pintu.
"Kamu! aku tidak kegeeran. Asal kamu tahu, semua wanita yang melihatku akan mendambakanku. Mahardika yang tampan dan kaya, bukan seperti kamu. Wajahmu itu jelek, ditambah kacamata yang besar begitu!" balas Dika penuh kekesalan tak terima melihat Ameera bersikap acuh.
"Terserah! aku gak peduli. Permisi!"
*****
Keesokan harinya, Ameera sudah siap dengan pakaian abaya hitam dan tak lupa memakai kaca matanya. "Eh, mau kemana kamu?" tanya Dika yang melihat Ameera mau memakai sepatu.
"Saya juga mau kerja, Mas ingatkan, perjanjian kita kemaren?" Dika tersenyum sinis ke arah Ameera.
"Oh, baiklah, silakan kamu kerja. Paling juga cuma jadi OG. Ingat baik-baik, kamu tidak boleh mengaku sebagai istriku!" ucap Dika dengan nada mengejek sambil berlalu ke luar rumah.
"Ameera, kamu mau kemana?" tanya Reina dengan nada sinis.
"Aku ada perlu sebentar," jawab Ameera sambil memakai sepatunya.
"Eh, enak aja mau pergi, setrikain bajuku!" Reina menghadang Ameera sambil menyodorkan bajunya.
'Dasar perempuan tak tahu diri. Baiklah, aku akan memberimu pelajaran' pikir Ameera.
"Maaf Kakak ipar tiriku, tapi aku gak bisa nyetrika. Kakak ipar tiri kan tahu, aku ini orang kampung. Aku gak pernah nyetrika baju. Apa Kakak ipar tiri yakin, mau aku menyetrika bajumu?"
"Jangan banyak alasan, Kamu. Ayo setrika!" Reina kembali membentak Ameera. Dengan malas, Ameera mengambil baju itu dan langsung menuju ruang strika.
Dia tersenyum Devil ketika melihat baju Reina yang sudah berbentuk lucu alias bolong-bolong. "Kak Reina, maaf Kak. Bajunya jadi gini!"
"Aaaa, dasar bodoh, kenapa kamu rusak bajuku?" teriak Reina sambil melayangkan tangannya akan memukul Ameera, tapi yang terjadi malah membuat tercengang.
"Aaaaaaaa!"
Berambung😁
Jangan lupa like dan komen ya. Biar penulis semangat😃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
mom's zuzu
Ayo man teman, dukung karyaku
2024-07-01
0