Lucu

Setelah melakukan aksinya, Ameera melenggang ke dapur. Di dapur itu, terlihat Bu Mia sedang menangis tersedu-sedu. Alis Ameera mengernyit kemudian mendekatinya.

"Bu Mia, Ibu kenapa? tanya Ameera sembari duduk di samping Bu Mia.

"Saya sedih, dan bingung. Anak saya sekarang di rumah sakit, dia kecelakaan dan harus dioperasi. Tadinya saya mau minjem dulu, tapi saya malah dipecat, saya bingung sekarang," keluh perempuan itu sambil terus terisak.

"Di rumah sakit mana, anak Ibu dirawat?" tanya Ameera.

"Itu dia, Non. Mereka membawanya ke RS elit, jadi bayarnya juga mahal. Kalau gak salah, nama rumah sakitnya Fathmah Hospital."

Ameera tersenyum mendengar nama rumah sakit itu. Dia gegas mengambil ponselnya dari sakunya. "Siapa nama anak Ibu?" tanyanya sambil mengetik di ponselnya.

"Nama anak Ibu Rohmatulloh bin Dayat," jawab Bu Mia. Sebentar kemudian Ameera terlihat tersenyum lega setelah mendapat balasan dari orang yang dia hubungi.

"Ibu jangan khawatir, anak Ibu akan segera dioperasi," ucap Ameera sambil menyimpan kembali ponselnya.

Bu Mia terlihat tak percaya, tapi dia melihat ponselnya berdering. Setelah dia angkat, ternyata adalah suaminya yang mengatakan anaknya dioperasi secara gratis.

"Non, anak Ibu beneran dioperasi. Apa itu atas bantuan Non Mira, lalu apa Ibu harus membayarnya?"

"Tak usah, Bu. Hanya saja, Ibu harus rahasiakan semuanya dari orang-orang sini."

Bu Mia mengangguk setuju meski dia masih heran. "Terima kasih, Non,"

"Satu hal lagi, Ibu gak usah berhenti, nanti gajih ibu biar saya yang bayar. Nanti katakan pada mereka bahwa Ibu mau bekerja di sini secara gratis, asal gak diusir dan dikasih makan. Nanti Ibu bantu saya mengerjakan pekerjaan rumah. Nanti saya akan memanggil satu orang lagi untuk menemani Ibu di sini,"

Setelah berbicara dengan Bu Mia, Ameera gegas melenggang ke arah kamarnya untuk mandi dan berganti pakaian. Dia tak menghiraukan panggilan Onah yang memanggilnya dan menggedor pintu kamarnya.

"Ameera, keluar kamu! cepat, kenapa kamu belum beresin lantai bawah? kamu juga belum masak. Ayo keluar!" teriak Onah sambil terus menggedor pintu. Sedangkan Ameera sendiri malah memakai headset agar tak mendengar suara si Onah.

Setelah Ameera menyelesaikan pekerjaannya, dia baru memutuskan untuk keluar kamar.

"Ada apa, Onah?" tanya Ameera setelah dia membuka pintu. Terlihat Onah duduk di lantai karena kelelahan menggedor pintu.

Melihat Ameera keluar, Onah segera bangkit dan bermaksud menjambak Ameera, tetapi tangan gadis itu terlebih dahulu menangkisnya bahkan menikungnya layaknya orang yang latihan karate.

"Aww, lepas, awas kamu Ameera! Kamu sudah berani melawan Bu Rita, kamu akan menyesal. Harusnya kamu tahu diri, gadis miskin sepertimu gak mungkin menjadi ratu meski kamu menikahi pria kaya. Yang ada kamu tetap jadi pembantu!" maki si Onah sembari meronta-ronta ingin melepaskan diri dari cengkeraman Ameera.

"Kalau pun saya miskin, memangnya kenapa? apa hakmu menghina saya? kamu lupa ya, kamu cuma pembantu, dan majikanmu itu cuma pelakor!" desis Ameera di telinga Onah.

"Apa kamu bilang? dasar tak tahu diri. Kamu cuma numpang di sini, tapi kamu berani menghina tuan rumah?"

Ameera tersenyum mengejek Onah. "Tanyakan saja pada majikanmu. siapa yang menumpang? Ini adalah rumah Almarhumah mamanya Mas Dika, dan saya adalah menantunya. Sedangkan majikanmu itu hanya pelakor yang kebetulan diajak tinggal di rumah kakak madunya. Apa kamu paham?"

Setelah puas berbicara, Ameera segera mendorong Onah hingga terjerembab. "Awas kamu, aku akan laporin." Onah berlalu dari hadapan Ameera.

Dia terus menggerutu, sampai terdengar suara bel berbunyi. Onah buru-buru membuka karena dia mengira majikannya sudah datang, tapi anggapannya salah total.

Yang datang bukan majikan Onah, tapi satpam yang membawa seorang wanita yang sebaya dengan Onah.

"Permisi, Bu Ameera, ini ada saudara jauh Bu Ameera dari kampung," ucap Satpam itu. Ameera pun tersenyum.

"Iya, Pak, saya ucapkan terima kasih,"

"Mbak sudah datang?" tanya Ameera dengan nada suara dingin dan berwibawa.

Susi pun tersenyum sembari memberi hormat. "Ameera, apa kabar?" sapa Susi. Ameera mendekat ke arah Susi dan memeluknya sembari berbisik.

"Tidak perlu terlalu formal, katakan pada orang-orang di sini bahwa Mbak adalah saudara jauh saya dari kampung," bisik Ameera disertai senyum manisnya.

Ameera pun mengajak Susi pergi ke dapur dan mengenalkannya pada Bu Mia dan Onah. Melihat Ameera membawa orang lain, Onah pun terlihat sewot.

"Heh, siapa ini?" tanya Onah sinis.

"Ini saudara saya dari kampung, dia akan menemani kalian berdua di sini," jawab Ameera penuh kelembutan.

"Beraninya kamu bawa orang lain ke sini tanpa seijin majikan, dasar udik!" maki Onah.

"Eh, Onah, kamu diam, kamu ini cuma pembantu seperti kita, jadi jangan banyak bicara!" bentak Bu Mia.

"Sudah, sudah! jangan bertengkar, Onah, kamu tidak perlu ikut campur. Ini urusanku sama Mas Dika. Kamu Mbak Susi, silakan bantu mereka. Saya ke kamar dulu."

Tanpa menunggu jawaban Onah, Ameera langsung pergi ke kamarnya, sementara Onah, langsung mengadu pada Rita dan Reina.

Setelah beberapa jam berlalu, Rita dan anaknya pun datang dari Salon. "Onah, di mana kamu?" panggil Rita pada Onah.

"Selamat siang, Ma!" sapa Ameera ramah, tapi Rita justru menjawab dengan sinis.

"Dasar gadis kampung! jangan panggil aku mama! panggil aku nyonya. Aku hukan mertuamu. Aku nyonya di sini, dan kamu cuma numpang!"

"Oh, kalau memang Anda tak mau saya panggil Mama, okelah, saya akan panggil Anda Ibu. Oh ya, pekerjaan yang Anda suruh ke saya, sudah saya kerjakan. Silakan periksa!"

"Aku suruh kamu panggil aku Nyonya, bukan Ibu. Ya sudah ayo Reina, kita periksa kerjaan pembantu kita ini," ajak Rita pada Reina.

Mereka pun pergi ke kamar husus cuci baju. "Hueekk! bau pemutih? kamu taruh di mana?" tanya Reina sambil muntah.

"Ya di pakaian lah. Onah yang bilang kalau cuci harus pakai pemutih, biar bersih!" jawab Ameera santai. Reina pun mendekati mesin cuci.

"Apa sampai sekarang belum selesai? kenapa gak dijemur?" Giliran Rita yang bertanya.

"Maaf, Bu, eh, Nyonya, Si Onah cuma ngajari katanya semua pakaian harus ditaruh di mesin cuci setelahnya, harus dikasih pemutih dan deterjen. udah cuma itu aja!"

Rita mengepalkan kedua tangannya.

"Ya udah, ayo selesaikan!"

"Maaf Nyonya, saya gak bisa nyuci pakai mesin cuci, bisa tolong diajari?" Ameera kembali membuat mertua tirinya itu kesal setengah mati.

"Dasar prempuan bodoh, udik. lihat ni, begini cara nyuci!" ujar si Rita sambil menaruh tangannya ke dalam mesin cuci.

"Akhgkhghhh, bau, panas tanganku ... panas! Onaah, kamu ke mana? Onaaah!"

Terpopuler

Comments

Bojone pak Lee

Bojone pak Lee

Lawan teruuuss

2024-07-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!