NovelToon NovelToon

Dia Ameera (Sang Putri Arab)

Mengerjai Mertua dan Ipar Jahat

Setelah selesai salat, Ameera bersiap akan pergi ke dapur, tapi belum sempat dia keluar kamar, terdengar suara orang mengetuk pintu kamarnya.

Dug! Dug! Dug!

"Buka pintu!" tedengar teriakan dari luar kamar. Ameera pun gegas membuka pintu.

"Mama?" sapa Ameera ketika dia melihat sosok mertuanya ada di depan pintu.

"Ikut aku!" titah wanita setengah baya namun masih terlihat muda itu. Tanpa banyak bicara, Ameera pun mengikuti Bu Rita yang ternyata berjalan menuju dapur.

"Buatkan sarapan untuk kami. Untukku dan suamiku, tolong bikinkan nasi goreng dan ayam goreng. Untuk Reina, dan Dika, bikinkan telur mata sapi, dan roti beserta selainya. Jangan lupa buatkan kopi untuk kami semua. Kopinya harus enak," ucap wanita itu dengan gaya angkuhnya.

Setelahnya, dia peri ke kamar lagi. "Ya ampuun, mertuaku ini kenapa begini? memangnya aku nikah itu mau dijadikan pembantu, huh. Dasar!"

"Nona, apa ada yang perlu saya bantu?" tanya seorang ART yang bertugas di dapur.

"Hmm, Saya disuruh masak ini itu, tapi masalahnya, saya gak bisa masak. Apa ibu bisa bantu saya?" tanya Ameera.

ART itu pun langsung mengerjakan yang dipinta oleh Ameera. Sebentar kemudian, semua anggota keluarga telah berkumpul di ruang makan untuk sarapan.

"Selamat pagi semua!" sapa Ameera pada semua penghuni rumah sambil membawakan nampan berisi kopi untuk Dika.

"Pagi, Nak. Apa kabar?" jawab Pak Reino ramah.

"Ayo, sini makan. Dika, tarik kursi di sampingmu agar istrimu duduk," perintah Reino, tapi Mahardika tak merespon ayahnya.

"Gak apa-apa, kok, Pah. Saya bisa sarapan di dapur," jawab Ameera sopan.

"Tidak, kamu tidak boleh sarapan di dapur. Kamu adalah menantu di rumah ini, jadi kamu harus makan di sini sama kami. Ayo duduk!" Reino kali ini tidak menyuruh lagi, dia langsung menggerakkan kursi dan meminta Ameera duduk.

Namun, baru saja Ameera ingin menaruh bokongnya di kursi, seseorang menarik kursi itu hingga membuat Ameera terjatuh kelantai.

"Aww, sakit sekali! jerit Ameera yang kini terduduk di lantai.

"Reina dan kamu Rita, apa-apa an ini?" bentak Reino pada mereka, dia benar-benar marah melihat kelakuan istri dan anaknya.

Reina dan Rita bukannya bertanggung jawab, tetapi malah tertawa cekikikan melihat Ameera yang terjerembab. Ameera terlihat kesal dan ingin membalas, tetapi dia ingat dia berada di tempat musuh. Karenanya dia harus menggunakan akal dam kecerdikan untuk bertahan.

"Siapa suruh dia mau duduk di tempatku?" sergah Reina sambil mendorong tubuh Ameera agar menjauh dari kursi, sehingga dia bisa duduk.

"Reina, jaga sikapmu! ayo minta maaflah!" bentak Pak Reino. Reina pun mendengkus kesal.

"Papa ini kenapa malah membela perempuan ini?" protes Rita.

"Maa, kamu jangan berkata begitu, Ameera ini adalah menantu kita, jadi harus sopan. Kan Reina adiknya Dika, jadi wajarlah kalau Papa nyuruh Reina buat mintA maaf pada Ameera," tegas Pak Reino.

"Pokoknya Reina gak mau minta maaf, enak aja minta maaf sama orang udik kampungan seperti dia." tukas Reina sambil meninggalkan meja makan. Begitu juga Rita.

"Pa, Dika pergi ke kantor dulu, ya!" pamit Dika tanpa melirik ke arah Ameera. Ameera yang melihat suaminya keluar, segera membantu Dika membawakan Tas laptop.

"Mas, kapan pulang?" tanya Ameera sambil mengekori Dika. Mahardika menoleh dan memandangi wajah istrinya yang masih tertutup cadar.

"Dasar wanita kampung! minggir kamu!" Mahardika mendorong tubuh mungil istrinya hingga terjatuh ke lantai.

"Maafin mereka ya, Mira?" pinta Pak Reino memelas hingga membuat Ameera merasa tak enak hati sehingga dia akhirnya memaafkan suami dan mertuanya.

Sepeninggal Mahardika dan Reino, Ameera bermaksud pergi ke kamarnya, tetapi tiba-tiba saja ada seseorang yang menyerangnya dari belakang.

"Dasar perempuan kampungan, rasakan ini!" teriak Reina sambil meraih kerudung Ameera dan menjambaknya.

"Akhh, lepaskan, apa maksud kalian? kenapa kalian menjambak hijabku?" teriak Ameera sambil berusaha melepaskan diri dari Reina.

"Mama, tolong aku, Maa!" Ameera meminta bantuan pada Rita ketika melihat Rita mendekat, tapi sayang seribu disayang, Rita bukannya menolongnya, tetapi malah ikut menamparnya.

Plakk!

"Aaakhh!" teriak Ameera sambil berusaha melepaskan diri, tetapi malah terpelanting.

"Dengar gadis kampung. Kamu di sini karena suamiku, kalau tidak, kami tak sudi menjadi mertuamu. Kalau kamu mau kami lepaskan, kamu harus kerjakan pekerjaan rumah. Menyapu, mengepel, memasak, mencuci piring. Mencuci baju dan menyetrika, apa kamu paham?"

bentak Rita. Karena tak mau disiksa, Ameera pun mengangguk menyetujui syarat dari mereka.

"Kalian para pembantu, kamu Onah, dan kamu, Mia, aku pecat sekarang juga!"

Para art itu saling pandang. Mereka sama sekali tak paham dengan kesalahan mereka yang menyebabkan mereka dipecat. "Nyonya, tolong jangan pecat saya, saya butuh uang buat pendidikan anak saya," mohon salah satu art itu.

"Tidak bisa, kamu tetap saya pecat."

"Maafkan saya Bu. Saya rela melakukan apapun asal saya dapat uang,"

"Baiklah, tapi kamu tidak boleh membantu kerjaan wanita busuk ini. Kamu saya tugasi mengawasi dia!" Akhirnya Rita tak jadi memecat Onah, tetapi Bu Mia yang bertugas memasak, tetap dia pecat.

"Saya terima dipecat, tapi saya minta uang gajih saya, Bu!" ungkap Bu Mia.

"Dasar mata duitan, saya baru akan ngasih kamu uang, setelah Dika datang. tapi ingat, kamu jangan bilang aku yang mecat, bilang ke Dika bahwa kamu mengundurkan diri.

"Baik Bu," jawab Bu Mia.

"Ya sudah? sekarang saya dan Reina akan ke salon, kamu Onah, awasi Ameera jangan sampai dia kabur atau malas-malasan,"

Setelah berkata begitu, Rita dan Reina pergi ke Salon. Kini tinggal Ameera yang ditinggal bersama dua art.

"Ameera, ayo ikut aku!" Dengan angkuh, Onah menyuruh Ameera untuk mengerjakan tugas yang sebenarnya adalah tugas Onah.

Ameera mengikuti Onah yang kini pergi ke ruang cuci baju.

Brugg!

Dengan kasar, Onah melempar baju -baju kotor ke depan Ameera sehingga mengenai wajahnya.

"Ayo cuci ini, nanti jemur di sana. Kamu taruh baju ini di mesin cuci, setelah itu kamu bersihin kamar!"

Tangan Ameera mengepal menahan amarah, tapi dia diam saja. "Ok, saya akan kerjakan," jawab Ameera dengan senyum nakalnya.

"Mari kita bermain-main sedikit, hei wanita jahat!" gumam Ameera sambil menaruh semua baju-baju itu ke mesin cuci tanpa dipisahkan terlebih dahulu. Baju putih, dan baju berwarna-warni pun dia campurkan, setelahnya dia menuangkan satu botol pemutih ke dalam mesin itu hingga tandas.

"Rasakan kamu, Nenek lampir!" umpatnya sambil berlalu dari kamar cuci menuju kamar mertua dan iparnya.

Bukannya membereskan kamar itu, dia malah melipat sprei dengan asal, dia juga mengepel dengan pemutih pakaian.

Lucu

Setelah melakukan aksinya, Ameera melenggang ke dapur. Di dapur itu, terlihat Bu Mia sedang menangis tersedu-sedu. Alis Ameera mengernyit kemudian mendekatinya.

"Bu Mia, Ibu kenapa? tanya Ameera sembari duduk di samping Bu Mia.

"Saya sedih, dan bingung. Anak saya sekarang di rumah sakit, dia kecelakaan dan harus dioperasi. Tadinya saya mau minjem dulu, tapi saya malah dipecat, saya bingung sekarang," keluh perempuan itu sambil terus terisak.

"Di rumah sakit mana, anak Ibu dirawat?" tanya Ameera.

"Itu dia, Non. Mereka membawanya ke RS elit, jadi bayarnya juga mahal. Kalau gak salah, nama rumah sakitnya Fathmah Hospital."

Ameera tersenyum mendengar nama rumah sakit itu. Dia gegas mengambil ponselnya dari sakunya. "Siapa nama anak Ibu?" tanyanya sambil mengetik di ponselnya.

"Nama anak Ibu Rohmatulloh bin Dayat," jawab Bu Mia. Sebentar kemudian Ameera terlihat tersenyum lega setelah mendapat balasan dari orang yang dia hubungi.

"Ibu jangan khawatir, anak Ibu akan segera dioperasi," ucap Ameera sambil menyimpan kembali ponselnya.

Bu Mia terlihat tak percaya, tapi dia melihat ponselnya berdering. Setelah dia angkat, ternyata adalah suaminya yang mengatakan anaknya dioperasi secara gratis.

"Non, anak Ibu beneran dioperasi. Apa itu atas bantuan Non Mira, lalu apa Ibu harus membayarnya?"

"Tak usah, Bu. Hanya saja, Ibu harus rahasiakan semuanya dari orang-orang sini."

Bu Mia mengangguk setuju meski dia masih heran. "Terima kasih, Non,"

"Satu hal lagi, Ibu gak usah berhenti, nanti gajih ibu biar saya yang bayar. Nanti katakan pada mereka bahwa Ibu mau bekerja di sini secara gratis, asal gak diusir dan dikasih makan. Nanti Ibu bantu saya mengerjakan pekerjaan rumah. Nanti saya akan memanggil satu orang lagi untuk menemani Ibu di sini,"

Setelah berbicara dengan Bu Mia, Ameera gegas melenggang ke arah kamarnya untuk mandi dan berganti pakaian. Dia tak menghiraukan panggilan Onah yang memanggilnya dan menggedor pintu kamarnya.

"Ameera, keluar kamu! cepat, kenapa kamu belum beresin lantai bawah? kamu juga belum masak. Ayo keluar!" teriak Onah sambil terus menggedor pintu. Sedangkan Ameera sendiri malah memakai headset agar tak mendengar suara si Onah.

Setelah Ameera menyelesaikan pekerjaannya, dia baru memutuskan untuk keluar kamar.

"Ada apa, Onah?" tanya Ameera setelah dia membuka pintu. Terlihat Onah duduk di lantai karena kelelahan menggedor pintu.

Melihat Ameera keluar, Onah segera bangkit dan bermaksud menjambak Ameera, tetapi tangan gadis itu terlebih dahulu menangkisnya bahkan menikungnya layaknya orang yang latihan karate.

"Aww, lepas, awas kamu Ameera! Kamu sudah berani melawan Bu Rita, kamu akan menyesal. Harusnya kamu tahu diri, gadis miskin sepertimu gak mungkin menjadi ratu meski kamu menikahi pria kaya. Yang ada kamu tetap jadi pembantu!" maki si Onah sembari meronta-ronta ingin melepaskan diri dari cengkeraman Ameera.

"Kalau pun saya miskin, memangnya kenapa? apa hakmu menghina saya? kamu lupa ya, kamu cuma pembantu, dan majikanmu itu cuma pelakor!" desis Ameera di telinga Onah.

"Apa kamu bilang? dasar tak tahu diri. Kamu cuma numpang di sini, tapi kamu berani menghina tuan rumah?"

Ameera tersenyum mengejek Onah. "Tanyakan saja pada majikanmu. siapa yang menumpang? Ini adalah rumah Almarhumah mamanya Mas Dika, dan saya adalah menantunya. Sedangkan majikanmu itu hanya pelakor yang kebetulan diajak tinggal di rumah kakak madunya. Apa kamu paham?"

Setelah puas berbicara, Ameera segera mendorong Onah hingga terjerembab. "Awas kamu, aku akan laporin." Onah berlalu dari hadapan Ameera.

Dia terus menggerutu, sampai terdengar suara bel berbunyi. Onah buru-buru membuka karena dia mengira majikannya sudah datang, tapi anggapannya salah total.

Yang datang bukan majikan Onah, tapi satpam yang membawa seorang wanita yang sebaya dengan Onah.

"Permisi, Bu Ameera, ini ada saudara jauh Bu Ameera dari kampung," ucap Satpam itu. Ameera pun tersenyum.

"Iya, Pak, saya ucapkan terima kasih,"

"Mbak sudah datang?" tanya Ameera dengan nada suara dingin dan berwibawa.

Susi pun tersenyum sembari memberi hormat. "Ameera, apa kabar?" sapa Susi. Ameera mendekat ke arah Susi dan memeluknya sembari berbisik.

"Tidak perlu terlalu formal, katakan pada orang-orang di sini bahwa Mbak adalah saudara jauh saya dari kampung," bisik Ameera disertai senyum manisnya.

Ameera pun mengajak Susi pergi ke dapur dan mengenalkannya pada Bu Mia dan Onah. Melihat Ameera membawa orang lain, Onah pun terlihat sewot.

"Heh, siapa ini?" tanya Onah sinis.

"Ini saudara saya dari kampung, dia akan menemani kalian berdua di sini," jawab Ameera penuh kelembutan.

"Beraninya kamu bawa orang lain ke sini tanpa seijin majikan, dasar udik!" maki Onah.

"Eh, Onah, kamu diam, kamu ini cuma pembantu seperti kita, jadi jangan banyak bicara!" bentak Bu Mia.

"Sudah, sudah! jangan bertengkar, Onah, kamu tidak perlu ikut campur. Ini urusanku sama Mas Dika. Kamu Mbak Susi, silakan bantu mereka. Saya ke kamar dulu."

Tanpa menunggu jawaban Onah, Ameera langsung pergi ke kamarnya, sementara Onah, langsung mengadu pada Rita dan Reina.

Setelah beberapa jam berlalu, Rita dan anaknya pun datang dari Salon. "Onah, di mana kamu?" panggil Rita pada Onah.

"Selamat siang, Ma!" sapa Ameera ramah, tapi Rita justru menjawab dengan sinis.

"Dasar gadis kampung! jangan panggil aku mama! panggil aku nyonya. Aku hukan mertuamu. Aku nyonya di sini, dan kamu cuma numpang!"

"Oh, kalau memang Anda tak mau saya panggil Mama, okelah, saya akan panggil Anda Ibu. Oh ya, pekerjaan yang Anda suruh ke saya, sudah saya kerjakan. Silakan periksa!"

"Aku suruh kamu panggil aku Nyonya, bukan Ibu. Ya sudah ayo Reina, kita periksa kerjaan pembantu kita ini," ajak Rita pada Reina.

Mereka pun pergi ke kamar husus cuci baju. "Hueekk! bau pemutih? kamu taruh di mana?" tanya Reina sambil muntah.

"Ya di pakaian lah. Onah yang bilang kalau cuci harus pakai pemutih, biar bersih!" jawab Ameera santai. Reina pun mendekati mesin cuci.

"Apa sampai sekarang belum selesai? kenapa gak dijemur?" Giliran Rita yang bertanya.

"Maaf, Bu, eh, Nyonya, Si Onah cuma ngajari katanya semua pakaian harus ditaruh di mesin cuci setelahnya, harus dikasih pemutih dan deterjen. udah cuma itu aja!"

Rita mengepalkan kedua tangannya.

"Ya udah, ayo selesaikan!"

"Maaf Nyonya, saya gak bisa nyuci pakai mesin cuci, bisa tolong diajari?" Ameera kembali membuat mertua tirinya itu kesal setengah mati.

"Dasar prempuan bodoh, udik. lihat ni, begini cara nyuci!" ujar si Rita sambil menaruh tangannya ke dalam mesin cuci.

"Akhgkhghhh, bau, panas tanganku ... panas! Onaah, kamu ke mana? Onaaah!"

Membalas Ipar Tiri

Onah yang sedari tadi di kamar mandi, kini terlihat tergopoh mendekati Rita yang menjerit ketika kulitnya terkena air pemutih pakaian.

"Kenapa kamu gak ngajarin dia dengan benar, Onah?" bentak Rita, "Lihat ini, gara-gara kamu tanganku melepuh! Aahhh panas!" Rita terus berteriak sembari meniupi tangannya.

"Saya gak ngajarin dia nyonya, dia emang jahat, dia juga bawa saudaranya ke sini!" adu Onah.

"Apa, dasar kurang ajar! aku tak akan melepasmu! Aawww, tanganku!" teriak Rita sekali lagi. Reina yang melihat ibunya sengsara pun menjadi kebingungan.

"Mah, tangan Mama melepuh, kan kulit mama sensitive, kenapa mama nyelupin tangan ke mesin cuci?" Reina memegangi dan meniupi tangan ibunya yang terlihat memerah.

"Onah, cepat kamu buang airnya!" titah Rita pada Onah.

Onah pun gegas menekan tombol pembuangan air, sehingga air dalam mesin cuci itu keluar semua. Mata mereka kini mendelik melihat baju-baju yang ada di dalam mesin cuci itu.

Tanpa pikir panjang, Riena mengangkat salah satu pakaiannya yaitu lingerie warna merah yang kini warnanya telah menjadi belang-belang.

"Aaa, dasar perempuan udik, baju-bajuku yang berwarna juga dikasih pemutih, lihat, Ma!" Riena kembali mengangkat pakaian berwarna dari dalam mesin cuci.

"Aaa, itu gaun kesayangan mama!" teriak Rita histeris ketika melihat gaunnya yang berwarna biru kini sudah berwarna abu-abu dan sobek-sobek.

Mereka berdua menangis histeris, sementara Ameera, Bu Mia, dan juga Susi terpingkal-pinkal menertawakan mereka.Ameera tertawa geli melihat mertua dan ipar tirinya menangis. Dia kembali ke kamarnya dengan hati yang riang.

Sementara itu, Rita dan anaknya kini benar-benar terbakar oleh amarah.

"Ma, kita laporkan ini pada Dika, biar perempuan itu dihukum," usul Reina ketika mereka sudah membersihkan diri.

Setelah Mahardika datang, mereka langsung saja merayu dan memfitnah. "Dika, kamu harus bantu kami. Istri kamu sudah keterlaluan. Dia membuat kami celaka. Tangan kami melepuh karena pemutih pakaian, baju-bajuku juga robek," keluh Reina sambil menangis.

Mahardika terlihat mengepalkan kedua tangannya. Dia pun berjalan dengan cepat menuju kamar istrinya.

Dug! Dug! Dug!

"Buka pintu, perempuan sialan!" panggil Dika dengan kasar.

Ameera pun bergegas membukanya. "Eh, suamiku udah pulang, maaf saya gak nyambut, Mas!" Ameera buru-buru mengulurkan tangannya untul mencium tangan Dika, tapi ditepis dengan kasar.

"Jangan coba-coba merayuku, dasar wanita kampung! kenapa kamu mencelakai Ibu dan kakakku?" tanya Dika dengan berapi-api.

Ameera terlihat menunduk dan air matanya mulai mengalir. "Maaf, saya gak mencelakai mereka. Tadi pagi Mama menyuruh saya mencuci baju dengan mesin cuci. Ya kalian kan tahu, saya itu orang kampung dan gak bisa nyuci pake mesin cuci. Saya itu tiap hari nyuci baju di kali, bukan di mesin cuci," jawab Ameera dengan diiringi tangis yang meledak-ledak.

"Ibu, apa itu benar? kenapa ibu menyuruh dia nyuci? bukannya ada pembantu?" tanya Mahardika pada Ibu dan kakak tirinya.

"Itu, karena Bu Mia katanya mengundurkan diri mau pulang kampung," terang Rita.

"Mengundurkan diri, kok, bisa? mana dia?" Mahardika dan semua orang yang di situ kini berjalan menuju dapur.

Mahardika heran karena melihat ada art lain di situ.

"Kamu siapa? siapa yang mempekerjakan kamu?" tanya Mahardika pada Susi.

"Ini pasti saudara si perempuan kampung yang diceritakan Onah," jawab Rita.

"Siapa yang membawamu ke sini?" Dika bertanya lagi.

"Ini Susi, saudaraku yang dari kampung. Dia mencari pekerjaan di kota ini, jadi saya yang bawa dia ke sini. Kan Onah gak ada, jasi biar dia yng gantikan," sahut Ameera yang baru saja turun.

"Dasar perempuan kampung tidak tahu diri! kenapa kamu tak membicarakan dengan anak saya?" tanya Rita sambil berkacak pinggang menunjukkan keangkuhan yang luar biasa.

"Maaf, Mama mertua, saya sudah izin sama ayah mertua," Ameera menjawab dengan santai.

"Ada apa ini, kenapa rame begini?" tanya seseorang dari arah luar. Ternyata itu adalah Reino. Rita pun bergegas menemui suaminya

"Ini, Pa. perempuan jelek yang Papa bawa dari kampung ini sok berlagak berkuasa di rumah ini, dia membawa saudara jauhnya dari kampung tanpa memberi tahu pada kita," terang Rita pada Reino.

"Siapa bilang dia gak ngasih tahu. Dia ngasih tahu Papa, kok. Sudahlah jangan diperbesar masalah kecil begini. Biarkan saja kan tinggal kita gajih." jawab Reino santai.

"Pa, kenapa Papa selalu bela dia, lihat tanganku melepuh karena ulahnya!" protes Reina.

"Melepuh kenapa?" tanya Reino. Ameera pun bergegas menceritakan semuanya.

"Ya ampun, itu salah kalian, kenapa kalian menyuruh Ameera mencuci? Sudah lah, jangan diperbesar. Dika, ayo ajak istrimu masuk ke kamarmu!" titah Reino pasa Mahardika. Tanpa banyak bicara, laki-laki tampan itu pun menuruti kata-kata papanya.

Ameera mengekori suaminya sampai kamar laki-laki itu. "Ameera, kamu jangan besar kepala dulu, kamu memang mendapat pembelaan dari papaku, tapi kamu tak akan bisa mendapatkan hatiku," ucap Mahardika dengan angkuhnya ketika sudah berada di kamar.

Ameera malah tersenyum menyeringai "Memangnya siapa yang mau memikatmu? kamu kegeeran!" ketusnya sambil berbalik dan berjalan menuju pintu.

"Kamu! aku tidak kegeeran. Asal kamu tahu, semua wanita yang melihatku akan mendambakanku. Mahardika yang tampan dan kaya, bukan seperti kamu. Wajahmu itu jelek, ditambah kacamata yang besar begitu!" balas Dika penuh kekesalan tak terima melihat Ameera bersikap acuh.

"Terserah! aku gak peduli. Permisi!"

*****

Keesokan harinya, Ameera sudah siap dengan pakaian abaya hitam dan tak lupa memakai kaca matanya. "Eh, mau kemana kamu?" tanya Dika yang melihat Ameera mau memakai sepatu.

"Saya juga mau kerja, Mas ingatkan, perjanjian kita kemaren?" Dika tersenyum sinis ke arah Ameera.

"Oh, baiklah, silakan kamu kerja. Paling juga cuma jadi OG. Ingat baik-baik, kamu tidak boleh mengaku sebagai istriku!" ucap Dika dengan nada mengejek sambil berlalu ke luar rumah.

"Ameera, kamu mau kemana?" tanya Reina dengan nada sinis.

"Aku ada perlu sebentar," jawab Ameera sambil memakai sepatunya.

"Eh, enak aja mau pergi, setrikain bajuku!" Reina menghadang Ameera sambil menyodorkan bajunya.

'Dasar perempuan tak tahu diri. Baiklah, aku akan memberimu pelajaran' pikir Ameera.

"Maaf Kakak ipar tiriku, tapi aku gak bisa nyetrika. Kakak ipar tiri kan tahu, aku ini orang kampung. Aku gak pernah nyetrika baju. Apa Kakak ipar tiri yakin, mau aku menyetrika bajumu?"

"Jangan banyak alasan, Kamu. Ayo setrika!" Reina kembali membentak Ameera. Dengan malas, Ameera mengambil baju itu dan langsung menuju ruang strika.

Dia tersenyum Devil ketika melihat baju Reina yang sudah berbentuk lucu alias bolong-bolong. "Kak Reina, maaf Kak. Bajunya jadi gini!"

"Aaaa, dasar bodoh, kenapa kamu rusak bajuku?" teriak Reina sambil melayangkan tangannya akan memukul Ameera, tapi yang terjadi malah membuat tercengang.

"Aaaaaaaa!"

Berambung😁

Jangan lupa like dan komen ya. Biar penulis semangat😃

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!