Melamar Kerja

Ameera dengan cepat menghalangi tangan Reina dengan setrika yang masih panas membara hingga tangan mulus Reina bukan memukul Ameera, melainkan mendarat dengan mulus di permukaan setrika.

"Aww, panas! tanganku, tanganku melepuh. Dasar kurang ajar!" maki Reina sambil memegangi tangannya yang sudah memerah dan lecet.

"Au, maaf Kakak Ipar tiri, aku gak sengaja. Makanya kalau punya tangan jangan terlalu panjang, jadi kan sakit sendiri. Baay, Kakak Ipar tiri!" Dengan tersenyum puas, Ameera melenggang pergi meninggalkan Reina yang masih kesakitan dan menjerit jerit memakinya. Sayangnya makiannya tak ada yang mendengarkan.

"Heh, kamu. Sini, bawakan aku krim oles, tanganku terbakar!" titah Reina pada Susi, tapi Susi sama sekali tak menghiraukannya.

"Dasar pembantu kurang ajar, aku akan potong gaji kamu!" Reina bertambah marah, dia pun berteriak memaki Susi. Namun, Susi hanya tersenyum mengejek.

"Maaf, ya. Saya memang pembantu, tapi saya bukan pembantu kamu. Kamu gak bisa motong gaji saya. Wuee!" jawab Susi sambil menjulurkan lidahnya mengejek Reina.

***

Sementara itu, Ameera. Dia kini sudah tiba di tempat yang dia tuju. Dia berjalan menuju gedung bertingkat 20 itu dengan anggun. "Maaf, kalau lamar kerja, tempatnya di mana ya?" tanya Ameera pada satpam.

Satpam itu terbengong melihat penampilan Ameera yang memakai serba hitam. "Maaf, Mbak. Kalau mau lamar kerja kenapa pakaiannya begini?" tanya sang Satpam.

"Saya hanya ingin memasukkan lamaran saja, nanti kalau sesi wawancara atau segala macemnya saya akan memakai seragam yang ditentukan," jawab Ameera. Karena keterangan Ameera bisa diterima, Satpam itu pun mengizinkan Ameera masuk.

Ameera melenggang menuju tempat para pelamar kerja. Semua yang ada si situ kini berbisik-bisik melihat penampilan Ameera.

Semua mata kini memandang ke arah Ameera, tapi perempuan berkacamata itu hanya duduk santai tak menghiraukan tatapan aneh dari sekelilingnya.

"Hei, boleh duduk di samping kamu?" tanya seseorang yang di depan Ameera. Ameera hanya mengangguk dan bergeser agar orang itu duduk.

"Boleh kenalan, saya Sita, saya kau ngelamar hadi OG, kamu mau lamar kerjaan juga?" tanya perempuan yang bernama Sita itu pada Ameera.

Ameera mengangguk, kemudian menjawab dengan singkat. "Iya," jawabnya singkat.

"Maaf, kalau boleh kasih saran, kalau mau lamar kerja begini, sebaiknya kamu pakai baju seragam putih hitam, sama seperti aku gini," ucap Sita dengan suara pelan di pinggir telinga Ameera.

"Terima kasih atas nasehat Mbak. Apa kalau berpakaian begini sudah pasti diterima? Ya, nanti saya akan masukkan lamaran aja, nanti kalau sesi wawancara atau tes lainnya, saya mungkin akan memakai seragam."

Sita manggut-manggut mengerti sambil membulatkan bibirnya membentuk huruf "o"

Semua pelamar kerja sudah dipanggil, tinggal Ameera yang kini baru dipanggil oleh bagian HRD. Mata para pegawai itu terbelalak ketika melihat penampilan Ameera, yang lain dari yang lain.

"Anda mau melamar kerja? Atau mau ceramah, Ustadzah? ha ha ha." cibir salah seorang pekerja yang kemudian disambut oleh gelak tawa yang lainnya. Mereka sangat kompak menertawakan Ameera. Namun, Ameera sendiri tak perduli dengan anggapan jelek dari siapa pun.

Ameera menyodorkan ijazahnya yang hanya ijazah SMA. "Ya ampun? jadi kamu cuma lulusan SMA, emang kamu kau lamar jadi apa?"' tanya kepala HRD.

"Posisi apa saja, asal layak untuk saya!" sahut Ameera.

"Ouh, boleh juga. Apa kamu mau kalau diterima sebagai OG di sini?"

"Jika menurut Anda saya hanya pantas bekerja sebagai OG, saya akan terima dengan senang hati,"

"Kami akan menerima, tapi dengan syarat kamu harus berpakaian biasa, dan gak boleh pake hijab!"

"Kenapa harus ada diskriminasi? saya akan memakai seragam, tapi Anda tidak berhak menyuruh saya membuka hijab," tegas Ameera.

"Maaf, itu peraturan kami. Jadi, kamu juga harus hormati kalau ingin bekerja di sini. Kalau gak terima, silakan pergi!" ketus kepala HRD sambil melempar map yang berisi cv Ameera ke lantai.

Darah Ameera serasa mendidih melihat map miliknya dilempar dengan kasar. "Kalian sungguh tidak punya attitude. Kalau pun saya tidak diterima di sini, apa perlu kalian perlakukan saya begini?" tanya Ameera dengan suara lantang.

Kepala HRD dan sebagaian karyawan yang ada di ruangan itu malah tertawa mengejek. "Sudahlah, pergi dari sini!" bentak mereka kasar.

"Ada apa ini?" suara baritone itu mengagetkan mereka. mereka tertunduk ketika melihat seorang pemuda tampan yang bereka kenal berdiri di depan mereka.

"Ini Pak Amar, ada wanita aneh yang melamar kerja sebagai OG, tapi setelah kami kasih kerjaan dengan syarat jangan berhijab, dia malah menolak," jawab si Kepala HRD.

Pemuda yang bernama Amar itu menoleh ke arah Ameera yang masih berdiri sambil memegang mapnya.

"Saya Amar Ma'ruf Pratama, pemilik saham terbanyak nomor dua di Perusahaan ini, apa ada yang saya bantu?" tanya Amar pada Ameera.

Ameera tak menjawab pertanyaan Amar, dia hanya menyerahkan mapnya pada pemuda itu. Amar menerima map itu dan membukanya. Matanya membulat ketika membaca nama panjang Ameera.

"Silakan ikut saya!" ujarnya mempersilakan Ameera berjalan mendahuluinya, ulah Amar itu membuat para karyawan merasa heran dan saling berbisik.

"Silakan Ameera!" Amar kembali mempersilakan Ameera masuk ke ruangannya dengan sangat sopan. Ameera hanya mengangguk sambil mengikuti langkah Amar.

"Apa yang harus saya lakukan?" tanya Amar sambil menunduk hormat.

"Terima saya di perusahaan ini!" titah Ameera.

"Siap dilaksanakan, tapi lowongan yang belum terisi hanya ada satu, yaitu sekretaris. Hmm itu juga harus sesuai keputusan direktur. kalau direktur tak menerima, saya tidak bisa memaksanya," sahut Amar.

"Baik, kamu ajukan saja file saya. Biar tinggal menunggu interview."

Amar segera melaksanakan perintah Ameera. Dia memasukkan file Ameera ke dalam daftar nama calon sekretaris yang sudah lulus semua tes selain interview.

"Satu lagi, jika ada karyawan yang mempunyai potensi dan layak menerima job sekretaris ini, kemudian dia tersingkir karena saya, tolong berikan posisi yang layak di perusahaan saya. Sebagai ganti rugi, saya tak mau mendzolimi orang," pungkas Ameera sambil keluar dari ruangan Amar.

Ameera melangkah menuju tempat di mana para calon sekretaris duduk menunggu tes interview. Semua mata kini tertuju pada sosok Ameera yang terlihat aneh di mata mereka.

"Mbak, Mbak mau daftar jadi sekretaris kok, pakaian begini. Kerudung besar, baju longgar, upss pake kacamata kuda lagi," ejek orang-orang yang ada di samping Ameera

"Saudari Ameera Fathmah, silakan masuk!" seru sang petugas yang memandu acara tes itu.

"Assalamu alaikum, Pak Direktur," sapa Ameera dengan lembut. Namun, suara lembut itu justru membuat orang yang di depannya tersentak dan langsung menoleh.

"Kamu? Untuk apa kamu ke sini? Siapa yang mengizinkanmu masuk?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!