Setelah bersih-bersih, Jingga makan lalu minum obat. Jingga sudah bilang kepadanya Ibunya, Bu Ratih. Kalau Jingga sedang tak enak badan.
Sampai di kamar, Jingga benar-benar merebahkan tubuhnya. Ia sama sekali tak melihat ponselnya jika tidak ada telepon masuk.
Ponselnya bergetar ada telepon masuk. Tertera di layar ponsel "Langit". Jingga sedang tidak ingin berbicara dengan siapa-siapa saat ini. Tapi melihat namanya ia tak bisa menolaknya.
"Hallo" Sapa Jingga dengan suara lemas dan mengantuknya.
"Iya. Udah mau tidur ya?" Tanya Langit.
"Hm,'emh..." Ujar Jingga yang sudah memeluk gulingnya.
"Kenapa? Udah sampe rumah emang?" Tanya Jingga.
"Udah. Baru aja. Gak papa. Demamnya gimana?" Tanya Langit yang langsung pada intinya.
"Masih demam. Tadi pas di cek sama Ibuk, demamnya lumayan. 39,5°." Ujar Jingga.
"Apa??!! 39,5°??!!! Itu tinggi, Ngga. Kok lo gak ngerasa sih? Jaga diri sendiri aja gak bisa. Mau sok-sok an jagain gue." Ucap Langit yang terdengar deru nafasnya kesal bercampur khawatir.
"Ngerasain panas. Tapi mungkin gak berasa banget kayaknya. Pas berasanya waktu di motor tadi mau pulang." Jelas Jingga.
"Kok gak bilang?" Tanya Langit dengan kesal.
"Udah bilang kok. Cuma tadi lo nya diem aja. Gak denger deh kayaknya. Huuaatthciim..." Ucap Jingga beserta dengan bersinnya.
"Tuh kan, udah bersin-bersin gitu." Ucap Langit kepada Jingga.
"Iya, mau pilek mungkin. Gue kalo mau flu, emang gini. Demamnya bikin orang panik. Padahal habis itu udah gak papa." Terang Jingga.
"Besok gue ke rumah ya." Ujarnya.
"Gak usah. Istirahat aja lo dirumah. Itu memar di perut lo gimana? Makin memar gak waktu gue cubitin tadi? Hehehe..." Ucap Jingga dengan cengiran kudanyan.
"Enggak." Jawabnya.
"Mandi dulu sana. Habis itu diolesin salep lagi di memarnya. Biar gak berbekas." Ujar Jingga.
"Ogah ! Mandi malem-malem. Mau tidur aja." Ucap Langit meledek Jingga.
"Idiihh... anak manusia, jorok banget sih. Mandi dulu, pake air anget." Ujar Jingga dengan senyum pasta giginya.
"Iya. Ntar. Besok gue mau ke rumah lo." Ucap Langit sekali lagi.
"Dibilang gak usah. Gue mau ke dokter besok. Lagian juga gue flu ini. Hauatchim... nanti lo malah ketularan. Gak usah. Uhuk... uhuk..." Lengkap sudah badan Jingga tak karuan rasanya.
"Ngga, lo yakin cuma flu aja?"
"Iya..."
"Tapi demam lo aneh deh Ngga. Coba besok pas ke dokter tanya yang bener ke dokternya. Apa mau ke dokter langganan gue aja?" Tanya Langit.
"Dokter langganan lo? Kagak usah. Makassihh... bayar dokternya udah kayak bayar listrik setahun. Hahaha..." Ujar Jingga.
"Rese luh." Ucap Langit dengan bersungut.
"Hahaha... ngambek mulu. Ayam di rumah gue ngambek, besoknya kawin doi." Ujar Jingga dengan meledek Langit.
"Bodo. Udah tidur deh. Kabarin gue lagi soal kondisi lo." Ucap Langit.
"Okay" Ujar Jingga yang sembari menutup telepon dari Langit
****
Rumah Sakit
Jingga ke RS bersama dengan Bu Ratih. Saat dokter mengecek kondisi Jingga dan dokter menyarankan Jingga untuk di rawat di RS.
Jingga terkena tifus. Jadi untuk beberapa hari dia harus di rawat di RS. Selain itu asam lambungnya kambuh. Jadi, fix di rawat di RS.
Bu Ratih menghubungi pihak sekolah karena meminta izin untuk Jingga beberapa hari ini tidak masuk dikarenakan sedang sakit.
Jingga meminta Bu Ratih jangan bilang kalau ia di rawat di RS. Takut heboh di sekolah. Ia hanya ingin istirahat karena beberapa hari ini di sekolah hactic sekali.
*****
"Cuy, jenguk Jingga, yuk. Masa udah 3 hari gak masuk." Ujar Mala.
"Iya. Kangen gue sama Jingga." Ucap Chika.
"Ntar pulang sekolah aja gimana? Kita ke RS." Ujar Nabila.
"Siapa yang di RS?" Tanya Langit.
Nabila, Mala, dan Chika saling pandang. Mereka hanya membatin.
"Aduh, mampus gue!! Jingga marah nih kalau Langit tau doi di rawat di RS." Batin Nabila.
"Wah... Bil... perang..." Ucap Mala dalam hati.
"Gimana dong..." Batin Chika.
"Yaudah deh, pasrah." Batin Nabila.
"Jingga, Lang... di rawat di RS." Jawab Nabila.
"Gue ikut." Ucap Langit.
"Iya..." Ujar Nabila, Mala dan Chika.
*****
Jingga sedang terbaring lemas di tempat tidurnya di RS. Bu Ratih sedang pulang karena bertukar shift dengan kakak sepupu Jingga Mas Rifat namanya. Kebetulan Mas Rifst Dokter di RS tempat Jingga di rawat.
Tak lama, Jingga mendengar pintu di ketuk.
Tok tok tok
"Masuk..." Jawab Jingga dengan suara lemasnya.
"Jinggaaaa..." Pekik Mala, Nabila dan Chika. Disusul dengan Langit dan Juna dibelakangnya.
"Heii... kok bisa sampe sini?" Tanya Jingga yang bingung, terkejut, senang, campur aduk deh pokoknya.
"Iyaa... kita kangen tau..." Ucap Chika.
"Uuduhh... manjanya." Ujar Jingga.
"Eh, iya, ada Langit sama Juna, lho." Ucap Mala.
"Hai... sini... masuk." Sapa Jingga.
"Kok lo sendirian?" Tanya Langit.
"Iya, Ibuk pulang dulu. Mau ngurusin adek gue. Doi mau kemping katanya." Jelas Jingga.
"Terus lo gak ada yang nemenin?" Tanya Nabila.
"Ada... Mas Rifat?" Jawab Jingga.
"Oh, Mas Rifat yang Dokter itu ya?" Tanya Mala.
"Yup. Kebetulan lagi tugas di RS ini. Jadi, Ibuk nitipin gue sama doi." Terang Jingga.
"Mas Rifat sodara lo, Ngga?" Tanya Juna.
"Iya. Kakak sepupu gue. Pengantin baru doi. Istrinya juga jagain gue. Tapi tadi lagi keluar mau ketemu sama Mas Rifat." Jelas Jingga.
Jingga sengaja menjelaskannya karena tau raut wajah Langit berubah ketika mendengar kata "Mas Rifat". Supaya tidak ada salah paham, jadilah Jingga menjelaskannya.
Nabila, Chika dan Mala banyak berbincang-bincang bersama dengan Juna dan Jingga. Langit tak berbicara sedikitpun. Ia hanya duduk di sofa ruang rawat Jingga.
"Eh, Ngga, lo tau gak, ada gosip hangat." Ucap Chika.
"Gosip apaan?" Tanya Jingga sambil makan buah jeruknya yang di kupas oleh Nabila.
"Lo tau kan Kak Revan? Ketua ekskul pecinta alam itu. Yang dulu ngejar-ngejar lo. Sampe sekarang juga masih sih. Hehehe..." Ucap Chika.
"Iyaa... Ka Revan kenapa?" Tanya Nabila.
"Masa lo gak tau sih Bil. Doi nembak Angel." Ucap Chika bersemangat.
"Wuiidih... punya nyali." Ujar Mala.
"Kok lo tau, Chik?" Tanya Jingga.
"Tau lah... orang Kak Revan nembaknya di kantin. Kan semua orang lihat." Jelas Chika.
"Terus diterima sama Angel?" Tanya Jingga.
"Enggak!! Lo kayak gak tau Angel aja." Ujar Chika.
"Kok tumben gak diterima. Biasanya doi mau sama siapa aja." Sahut Juna.
"Set dah... kalo ngomong pedes banget lambe lo, Jun." Ucap Mala.
"Tau gak Angel bilang apa." Sambung Chika setelah mengunyah jeruk.
"Apa? Apa?" Tanya Mala dan Nabila.
"Gue tau gue cantik dan banyak yang suka sama gue. Tapi sorry ya, lo gak level sama gue." Ucap Chika sambil memperagakan gaya Angel yang mengundang tawa teman-temannya.
"Terus, terus, ada yang lebih seru lagi." Sambung Chika.
"Apaan?" Tanya Mala.
"Waktu Angel ngomong gitu. Dia bilang kalo cowok yang dia suka itu Langit." Ujar Chika yang membuat senyum Jingga agak sedikit pudar.
Langit tak bergeming dari sofa. Ia masih duduk tertidur di sofa. Tapi telinga mah denger ya, Buukk...
"Kebetulan, Langit tadi lewat sama Fahri ke kantin. Terus Angel nyamperin Langit. Lo tau reaksi Langit gimana?" Ujar Chika.
Chika mengekspresikan wajah datarnya Langit dan sukses membuat semua teman-temannya tertawa.
Ini yang di suka Jingga dari Chika. Anaknya selalu membawa keceriaan ke siapapun. Ditambah doi itu orangnya selo... gak pernah tersinggung. Cuma emang agak manja. Maklum anak bontot... 😁
"Kayaknya Angel cinta mati sama lo Lang. Hahaha..." Ujar Juna.
"Iya. Ngejar-ngejar lo mulu." Sahut Nabila.
"Biarin dah tuh si Angel ngejar Langit sampe budeg juga gak bakal sampe. Orang Langitnya juga gak demen." Ucap Mala.
"Lha, iya. Langit bukannya jadian sama Jingga?" Tanya Chika.
Sontak membuat Jingga tersedak ketika minum.
"Apaan sih. Uhuk, uhuk. Duh, gue jadi batuk kan tuh." Ujar Jingga.
"Lha, emang bukan ya?" Tanya Chika lagi.
"Mereka gak jadian." Ujar Juna.
"Cuma HTS'an." Sambung Juna.
"HTS an apaan Jun?" Tanya Jingga.
"Yak elah... lo norak banget sih." Ucap Mala.
"Hubungan Tanpa Status, Jingaaa..." Ujar Nabila, Mala dan Chika.
"Hoohh... siapa yang begitu?" Tanya Jingga yang sibuk dengan selang infusnya.
"Elooo ratuuu gombaall... naik pitam juga gue." Ujar Juna.
"Kok gue sih? Aneh-aneh aja." Ucap Jingga.
"Yang aneh itu, lo sama Langit. Udah keliatan sama-sama suka. Tapi gak jadian. Pacaran gitu. Demen banget bikin orang penasaran." Jelas Nabila.
"Kok jadi gue yang dibahas? Kan tadi lagi bahas Angel." Ucap Jingga dengan wajah polosnya.
"Emang enak apa, Ngga. HTS'an gitu. Mau cemburu bingung, siapa kita doi. Mau manja-manjaan juga bingung statusnya apa. Emang lo gak gitu?" Tanya Mala.
"Gak gitu gimana?" Tanya Jingga.
"Cemburu tapi gak bisa ngapa-ngapain karena bukan siapa-siapa. Gitu lho..." Ujar Mala.
"Cemburu sama siapa?" Tanya Jingga.
"Sama Langit lah... ya kali sama gue." Ucap Mala.
"Kenapa harus cemburu sama Langit?" Tanya Jingga kembali.
"Jingga, pinter banget memutar balikkan topik pembicaraan. Gemes banget gue." Ujar Nabila yang tau betul bahwa Jingga itu pinter "nge-les" 😂
"Maksudnya Mala itu, kenapa lo sama Langit gak jadian aja? Kalo HTS'an bukannya malah gak enak? Mau cemburu bukan siapa-siapa, mau manja-manjaan gak ada status, mau ngambek-ngambekan emang situ siapa? Bukannya malah gak jelas? Gitu maksudnyaaa... ikan teri." Jelas Nabila kepada Jingga.
"Iya dah, lo berdua aneh." Sahut Chika.
Jingga hanya diam dan menanggapinya dengan senyum.
"Ngga, kenapa lo gak jadian aja sama Angga? Doi juga baik sama lo kan?" Tanya Mala sekaligus menyarankan.
"Angga bukan tipenya Jingga. Terlalu lurus. Hahaha... iya Ngga?" Ucap Nabila.
"Tuh, Bila tau banget gue. Hahaha..." Ujar Jingga.
Ia memberikan senyum paling manis, yang bahkan membuat seorang Langit merona pipinya.
"Kalo gak sama Bimo aja. Doi kan gak lurus-lurus banget tuh." Sahut Chika.
"Dia mah bukan gak lurus lagi, bengkok. Hahaha..." Ucap Nabila sambil menepuk tangan Chika.
"Lha... tadi katanya Jingga gak suka yang lurus-lurus banget. Nah, ntuh si Bimo. Gue tawarin Angga gak mau. Salah mulu gue." Ujar Chika dengan memonyongkan bibirnya.
"Uduh uduh... gak kok Chika... Lo bener kok. Gue yang salah." Ucap Jingga.
"Iya. Lo salah jatuh cinta sama orang yang salah, Ngga." Sahut Juna.
"Nyaut bae luh cumi asin." Ucap Mala.
"Lagian, gue tuh udah lihat Langit sama Jingga bukan cuma sekali dua kali ya. Tapi udah bertahun-tahun. Dari SMP. Lo bayangin aja, mereka cuma gitu-gitu aja mainnya. Gak seru." Terang Juna.
"Emang lo mau mereka main apa, Jun?" Tanya Chika.
"Main congklak. Ahahaha..." Jawab Mala yang mengundang tawa teman-temannya.
"Ngga, lo itu cantik, cerdas, baik, ramah, sopan, banyak yang suka sama lo. Masa cuma mau bertahan dengan 1 cowok aja? Sedangkan si cowoknya juga gak peduli sama lo. Tarik ulur gini. Mau sampai kapan?" Tanya Nabila.
"Lo gak kasian sama hati lo, Ngga?" Sambung Mala.
Jingga tak menjawab, ia hanya tersenyum. Jingga tak membantah sedikitpun perkataan teman-temannya. Karena apa yang mereka ucapkan memang benar.
Langit sejak tadi mendengar pembicaraan Jingga dan teman-temannya. Ia tau sekali bahwa ia seperti seorang pengecut yang tak berani maju untuk mengambil tantangan.
"Eh, udah sore nih. Balik yuk..." Ujar Juna.
"Bil, gue bareng lo ya. Lo bawa motor kan?" Tanya Juna kepada Bila.
"Lho, lo kan sama Langit tadi boncengan?" Ujar Nabila.
"Yak elah, nebeng sekali-kali masa gak boleh, Bil." Ujar Juna yang sambil menyikut lengan Nabila memberi kode untuk membiarkan Langit dan Jingga berdua.
"Yaudah, lo yang bawa ya." Ucap Nabila yang baru paham kodenya.
"Yaudah, kita balik ya Ngga... cepet sembuh ya..." Ucap Mala.
"Cepet sembuh, coy." Ujar Juna sambil tos kepada Jingga.
"Buruan sembuh. Gak enak kalo gak bully lo. Hahaha..." Ucap Nabila dengan tawanya.
"Cyepyeett syembuuhh my bestiee... love you" Ujar Chika dengan memberikan goodbye kiss dengan telapak tangannya yang di tempelkan ke bibirnya yang di manyunkan.
"Makasih ya semua... pasti cepet sembuh kok. Thank you... bye..." Ucap Jingga sambil melambaikan tangan kepada teman-temannya.
Setelah teman-temannya pulang, Langit bangun dari duduknya dan menghampiri Jingga.
"Kenapa? Kok gitu ngeliatinnya?" Tanya Jingga kepada Langit yang menatapnya dengan mata elangnya.
"Kenapa gak ngabarin kalo masuk RS? Kenapa gue harus denger dari orang lain?" Tanya Langit dengan nada marah.
"Lang, Ibuk juga gak bilang ke sekolah kalau gue di rawat di RS. Mala yang tau waktu ke rumah gue, gak ada gue dan yang bilangin gue di RS ke Mala adek gue. Biru. Makanya Mala tau. Gak ada yang tau, Lang..." Jelas Jingga.
"Kenapa?" Tanya Langit dengan nada lembutnya.
"Karena emang gue gak pengen orang tau." Ucap Jingga dengan suara lembut dan paraunya.
Langit yang melihat Jingga pucat dan lemas seperti itu merasa sakit hatinya.
"Kok tega sih gue nyia-nyiain perempuan sebaik dan semanis ini." Batin Langit.
"Woiyy ! Bengong aja. Udah makan?" Tanya Jingga.
"Udah. Tadi di kantin sekolah." Ucapnya yang ingin memegang tangan Jingga.
"Belum minta izin." Ujar Jingga dengan senyum manisnya ke Langit.
Siapa juga klepek-klepek betapa manisnya senyum Jingga ke Langit. Langit yang tanpa bicara lagi, ia langsung menggenggam tangan Jingga.
"Udah jangan lama-lama." Ujar Jingga.
"Kenapa?" Tanya Langit.
"Nanti, gue nya, lama move on nya. Hehehe..." Ucap Jingga yang membuat Langit pudar senyumnya.
"Pulang gih, kasian Ayudia nungguin. Udah jam 5 tuh." Ujar Jingga. Langit tersentak ketika Jingga menyebut Ayudia.
"5 menit lagi." Ucap Langit yang masih memandang Jingga.
"Ngga"
"Mm?"
"Jangan gombalin gue lagi ya."
"Okay"
"Kok gitu doang jawabnya?"
"Lha, terus mau jawab apa?"
"Gak tanya kenapanya?"
"Enggak."
"Kenapa?"
"Karena gue tau jawabannya."
"Emang jawabannya apa?"
"Takut hati lo goyah"
"Hati mah udah goyah kali, Ngga" Jawab Langit sambil membaringkan kepalanya di paha Jingga.
"Langit ! Bangun ! Jangan gini ! Ini ada CCTV nya, lho." Ujar Jingga yang menarik rambut Langit dengan lembut.
"Ngga"
"Apa..."
"Kenapa lo sayang sama gue?"
"Menurut lo kenapa?"
"Karena gue ganteng ya? Hehe..."
"Hahaha... pede bener. Bukan cuy..."
"Terus?"
"Biar gue yang tau ya... boleh?"
"Kenapa gue gak boleh tau?"
"Kalau kita jodoh. Gue kasih tau. Hehe..."
"Amin..."
*****
kadang cinta tak harus memiliki
tapi cinta berhak untuk memilih
memilih dalam diamnya rindu?
atau memilih dalam pilunya rindu?
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Anton
suka bget sm crta KK autor ini...kta2ny bkin Hati meleleh....
2021-06-14
0
Fifi Dwi Purtranti
gregeeet
2020-06-19
1