Choco
Widia adalah seorang anak perempuan berusia 16 tahun yang hidup sederhana bersama kedua orangtuanya. Dia adalah perempuan tomboy, disamping semua itu dia memiliki paras yang cantik dan tubuh yang ideal. Widia juga merupakan anak yang pandai, tidak heran jika ia bisa bersekolah di SMA Nusantara yang merupakan SMA terfavorit karena beasiswa.
Hari pertama sekolah Widia sangat bersemangat. Widia turun dari angkot dan ia kagum melihat sekolah yang sangat bagus. Ia tidak menyangka bisa bersekolah disana.
"Waah... ni sekolah dari luar aja udah bagus. Dalemnya kayak gimana ya?" pikir Widia yang berdiri di depan gerbang melihat kagum sekolahnya itu.
BRUKK...
Widia ditabrak oleh seorang cowok dan mereka berdua terjatuh.
"Eh! lo kalo halu jangan di tengah jalan dong!!" kata cowok itu dengan kesal sambil menatap Widia yang sedang mengusap tangan serta bajunya yang kotor.
Widia menoleh ke arah cowok yang marah itu. "Lo yang nabrak gue kok malah lo yang marah-marah sih?! Lo harus tanggung jawab, baju gue kotor nih!" balas Widia marah.
"Tau ah, gue lagi buru-buru." Cowok itu berdiri dan pergi berlari keluar sekolah meninggalkan Widia.
"Dasar cowok songong, mentang-mentang anak orang kaya," gumam Widia yang masih duduk sambil membersihkan baju serta roknya yang masih kotor.
Tiba-tiba ada cowok yang datang membantu Widia berdiri.
"Sini aku bantu, maafin temen ku ya." Cowok itu menjulurkan tangannya.
Widia meraih tangan cowok itu dan berdiri. "Makasi yah." Widia menatap cowok ganteng berambut hitam legam dengan bulu matanya yang sedikit lentik dan bertumbuh tinggi yang membantunya berdiri.
"Kamu gak apa-apa kan? Gak ada yang luka kan?" tanya cowok itu melihat Widia yang bengong menatapnya.
"Ngga kok, aku gak apa-apa. sekali lagi makasi ya," balas Widia.
"Kenalin nama aku Bryan, kalo nama kamu siapa?" Cowok itu menjulurkan tangan memperkenalkan diri.
Widia hanya bengong, dalam hati ia berkata. "Bryan? Apa dia..."
"Kok bengong sih?" Bryan mengerutkan alisnya karena bingung melihat Widia yang hanya bengong.
"Aku Widia," jawab Widia dan menyalami tangan Bryan.
"Kenapa ya, gue ngerasa gak asing sama cewek ini? Mungkin ini cuma perasaan gue aja," kata Bryan dalam hati.
"Aku tinggal dulu ya, kapan-kapan kita ngobrol lagi. Aku mau nyusul temen ku dulu." Bryan kemudian pergi meninggalkan Widia di depan sekolah.
*******
Hari itu semua siswa dan siswi baru menjalani MPLS. Sebelum MPLS dimulai Widia jalan-jalan melihat-lihat sekolah. Widia pergi ke toilet untuk buang air kecil, ia melihat seorang anak perempuan sedang dibully oleh 3 orang siswi lainnya.
"Lo kalo gue suruh bawa tas gue yang bener dong! Jangan sampai jatoh!! Kan kotor tas gue, ini tas mahal tau!" bentak siswi yang membully.
"Lo gak pantes sekolah di sini!!" lanjut temannya.
"Dasar cupu!" bentak temannya yang lain sambil mendorong bahu siswi yang mereka bully.
"Maafin aku ya... Aku gak sengaja." Siswi yang dibully itu hanya menunduk sambil memperbaiki posisi kacamatanya.
Melihat kejadian itu, Widia menghapiri dan membela anak itu.
"Kamu kenapa sih bentak dia? Dia kan nggak sengaja," tanya Widia dengan halus.
"Lo mau jadi pahlawan kesiangan ya? Mending lo gak usah ikut campur urusan gue deh!!" bentak sisiwi itu ke Widia.
"Tapi lo udah jahat sama dia!" balas Widia marah.
"Yang kayak gini nih, bikin gue tambah kesel, sok jadi pahlawan kesiangan. Gue males ngurusin orang kayak kalian. Dasar duo kampungan!! Yuk guys, mending kita tinggalin mereka." Kemudian siswi itu pergi bersama dua temannya meninggalkan Widia dan siswi yang mereka bully.
"Kamu nggak apa-apa kan?" tanya Widia sambil memegang pundak siswi itu.
"Aku nggak apa-apa. Makasi banyak ya. Kenalin nama aku Intan, kalo kamu siapa?"
Siswi tersebut menjulurkan tangan memperkenalkan diri.
"Aku Widia, mulai sekarang kita temanan yah." Widia menyalami tangan Intan.
Intan merasa senang, dan ia pun mengiyakan ajakan Widia.
*******
MPLS pun di mulai, semua siswa dan siswi baru berkumpul di lapangan termasuk para OSIS yang akan membimbing mereka. Diantara para OSIS Widia melihat Bryan dan cowok songong yang menabraknya. Mereka memperkenalkan diri kepada para siswa dan siswi baru. Ternyata Bryan dan si cowok songong adalah ketua OSIS dan wakil ketua OSIS.
Dalam hati Widia berkata, "Jadi mereka pengurus OSIS dan cowok songong yang nabrak gue namanya Dimas Arthama. Tapi nama lengkap Bryan... Bryan Cahyana, persis banget sama orang yang gue cari, gue harus cari tau tentang dia biar pasti."
Semua siswa baru dibagi menjadi beberapa kelompok. Dan merekapun menjalani MPLS.
*******
Jam istirahat tiba, Widia makan di kantin bersama Intan. Sambil makan, mereka berbincang-bincang.
"Tan, kok tadi mereka bisa jahat sama lo sih?" tanya Widia sambil menambahkan kecap ke nasi gorengnya yang baru datang.
"Tadi di toilet aku disuruh bawa tasnya Clara yang rambutnya pendek, Monica yang bodinya paling tinggi sama Rani yang kulitnya agak gelap," jawab Intan.
"Agak gelap? Dia itu udah item kali, gak pake agak wkwkwk..." potong Widia sambil tertawa.
"Tapi jujur ya, menurut gue Rani itu cantik, bahkan cantik bangett... Tapi sifat nya itu loh, gak banget," lanjut Widia.
"Ihh... Widia... aku kan belum selesai bicara, kok malah dipotong sih." Intan menatap malas ke arah Widia.
"Iya..iyaa... Kamu lanjutin ceritanya," jawab Widia yang kemudian memakan nasi gorengnya.
"Aku kan disuruh bawa tas mereka, terus gak sengaja aku jatuhin. Pas lantainya basah, jadi tas mereka kotor deh. Abis sih, mereka dandannya lama, kan berat Wid. Keluar dari toilet mereka langsung marahin aku deh," sahut Intan kemudian memasukan sesuap nasi goreng ke mulutnya.
"Tapi kok lo mau aja sih di suruh-suruh sama mereka?" tanya Widia heran.
"Ibu aku kerja jadi pembantu di rumahnya Clara. Ayah udah meninggal waktu aku SD. Tinggal aku dan ibu, kami udah nggak punya apa-apa. Untung ada orang tuanya Clara mau ngasi ibu aku pekerjaan dan bolehin kami tinggal di sana, bahkan mereka yang tanggung sekolah aku disini, orang tuanya baik banget, beda kayak Clara. Aku juga nggak pernah cerita sama ibu kalau Clara sering jahatin aku, aku takut buat ibu sedih," jawab Intan.
"Sayang ya, cantik-cantik sifatnya kek gitu. Tapi tenang aja Tan, ada gue yang akan selalu bela lo, kita kan sahabat," kata Widia yang mulutnya masih berisi nasi.
"Iya Wid, makasi ya. Tapi kamu makan dulu nasinya, jangan makan sambil bicara," sahut Intan sambil tersenyum.
"Ehe... Iya Tan, abis sih gue lapar," jawab Widia dengan tertawa kecil.
"Widia.. Widia..." Intan tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
******
Tiba jam pulang, Widia menunggu angkot di pinggir jalan. Sementara Intan pulang dengan Clara karena orang tua Clara selalu berpesan padanya agar ia selalu mengajak Intan, tentu saja Clara tidak bisa menolak orangtuanya walau sebenarnya ia tidak suka dengan Intan. Namun hari itu hujan, tiba-tiba ada mobil lewat dan menyipratkan air ke arah Widia.
"Woy!..." teriak Widia ke arah mobil yang menyipratinya air.
"Yah, basah deh baju gue," gumam Widia sambil mengusap bajunya yang basah dan berisi sedikit lumpur.
Mobil itu berbalik dan berhenti di depan Widia. Keluarlah orang yang menaiki mobil itu dengan menutupi kepalanya menggunakan jaket agar tidak basah.
"Lo kalo bawa mobil hati-hati dong!!" ucap Widia yang marah.
Orang itu menutup pintu mobilnya dan menghampiri Widia. "Maaf ya, aku nggak sengaja."
"Eh, lo lagi!" Widia mengerutkan alisnya dan menunjuk cowok yang berdiri di depannya yang tak lain adalah Dimas.
"Maaf ya, baju kamu jadi kotor. Kamu mau kemana? Biar aku anter," balas Dimas dengan halus.
"Sial banget nasib gue ketemu lo terus, tadi pagi lo nabrak gue di depan gerbang. Sekarang lo nyipratin gue air, maksud lo apa sih sebenernya?!" Widia marah-marah.
"Maksud kamu apa? aku nggak ngerti," jawab Dimas yang bingung.
"Lo tadi pagi nabrak gue di depan gerbang kan. Sekarang pake pura-pura lupa lagi. Dasar songong!" lanjut Widia marah.
"Mungkin orang yang kamu maksud bukan aku. Gimana kalau aku antar kamu pulang sebagai permintaan maaf?" jawab Dimas sambil melepas jaket dan memakaikannya ke Widia.
"Mending gue mau aja deh, daripada kelamaan kedinginan disini," pikir Widia.
"Ya udah deh, gue mau." Widia pun mengiyakan ajakan Dimas dan dia masuk ke mobil.
"Rumah kamu dimana?" tanya Dimas.
"Rumah gue di jalan Kamboja No. 8. Lo kenapa sih?. Kok beda banget?" Widia menatap heran ke arah Dimas yang sedang menyetir.
Dimas menoleh ke arah Widia. "Maksud kamu apa? Aku ngga ngerti. Oh ya, aku belum tau nama kamu. Nama aku Dimas, kalo nama kamu siapa?" sahut Dimas yang kemudian kembali fokus menyetir.
"Gue udah tau, siapa coba ngga kenal, lo kan wakil OSIS. Gue Widia," balas Widia sambil membuka tasnya dan mengeluarkan bungkusan plastik.
"Ooh Widia, Hmm... Itu apa?" tanya Dimas melihat bungkusan yang dikeluarkan oleh Widia.
Widia mengeluarkan ponselnya dari bungkusan itu dan memeriksanya. "HP gue, untung aja gak basah."
"Oo... Boleh juga ide kamu," jawab Dimas sambil tersenyum.
Widia hanya diam dan tidak menghiraukan Dimas. Ia kemudian memasukan kembali ponselnya ke dalam tas.
"Kamu milih jurusan apa?" tanya Dimas yang memecah keheningan karena mereka berdua dari tadi hanya diam.
"Jurusan IPA, emang kenapa?" jawab Widia.
"Ngga, nggak apa-apa, cuma mau nanya aja. Berarti kamu pinter dong, kamu masuk pakai beasiswa ya?" sahut Dimas.
"Kok bisa tau?" tanya Widia.
"Cuma nebak aja, kamu hebat ya," jawab Dimas.
"Ngga juga sih, Makasi ya kak Dimas."
Dimas hanya tersenyum mendengar Widia.
"Kenapa senyum kak?" tanya Widia bingung.
"Kamu itu lucu ya. Tadinya judes tiba-tiba bisa sopan," jawab Dimas tersenyum.
Widia yang melihat Dimas tersenyum juga ikut tersenyum. "Ya... sama kakak kelas kan harus sopan."
"Widia..Widia... kamu itu ya," jawab Dimas sambil tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Ni bocah kenapa sih bisa sopan kek gini. Beda banget kayak tadi pagi, nyebelin," pikir Widia.
Tak beberapa lama sampailah mereka di depan rumah Widia.
"Berhenti kak! udah sampai. Makasi ya kak."
"Iya sama-sama, ini sebagai permintaan maaf aku, karena tadi aku udah nyipratin kamu." Dimas keluar mobil dan membukakan pintu untuk Widia.
"Oh iya, ini jaketnya kak." Widia melepaskan jaket itu dan memberikannya ke Dimas.
Namun Dimas hanya tersenyum dan tidak mau mengambil jaket itu. "Jaket itu buat kamu aja, aku mau pulang. Kapan-kapan kita ngobrol lagi ya."
"Iya, sekali lagi makasi ya kak," balas Widia.
"Iya, sama-sama." Dimas pun masuk ke mobil dan pergi.
BERSAMBUNG•••••••
••••••••••••••••••••
°
°
°
Yuk mampir ke cerita author yang lainnya judulnya "Berbeda"
Jangan lupa like, komentar, vote, dan ratenya ya, agar author jadi lebih semangat 🤗...
1 like dan komentar singkat dari para pembaca sangat berharga bagi Author 😊...
Terima kasih 🙏💕...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
SHO-CHAN
v
2021-06-23
1
Elisabeth Ratna Susanti
Met siang, salam kenal🙏😍
2021-05-03
1
Farizal febrian
lah lah lah?hemaprodit kah?kepribadian ganda
2021-01-26
1