Pagi harinya seperti biasa Widia menunggu angkot di pinggir jalan. Tapi entah kenapa hari ini angkot yang biasa dia tumpangi tidak datang. Widia melihat ke sekeliling namun tidak ada terlihat angkot yang datang.
"Duhh... angkotnya mana nih, gue bisa terlambat kalo kayak gini," gumam Widia.
Widia mengeluarkan ponsel dari sakunya dan ia terkejut melihat jam yang sudah menunjukan pukul 08.20. "Ya ampun... Gue bisa terlambat, sekolah mulai 10 menit lagi. Gue harus cari tumpangan lain nih."
Widiapun pergi berlari mencari ojek namun dia tidak menemukannya, karena memang pakalan ojek dan pasar berada jauh dari tempatnya dan arahnyapun berlawanan dari sekolahnya. Diapun akhirnya menemukan ojek ketika sudah setengah jalan, namun tetap saja ia terlambat sampai di sekolah. Akhirnya dia distop di depan gerbang sekolah oleh OSIS yang piket mengawasi murid yang terlambat, OSIS itu tak lain adalah Bryan.
"Kamu cewek yang kemarin kan?" tanya Bryan.
"Iya kak, maaf ya terlambat," jawab Widia.
"Karena kamu terlambat kamu tetap harus di hukum, kamu diem dulu di sana sama murid yang lain."
Widia kemudian Berdiri di depan gerbang bersama 3 murid lainnya.
"Gak apa-apa deh gue terlambat, yang penting gue bisa deket sama Bryan dan cari tau tentang dia," pikir Widia.
Tak beberapa lama kemudian datang Dika yang juga terlambat.
"Yah Dika... lo kebiasaan banget terlambat, sampai bosen gue nyatet lo," kata Bryan yang menatap malas Dika dan memukul ringan bahu Dika menggunakan buku yang dipegangnya.
"Santai aja kali, paling gue terlambat cuma 5 kali seminggu," jawab Dika dengan senyuman jahilnya.
"Cuma 5 kali semingguu... Sana lo ikut berdiri sama yang lain."
Dika bergabung dengan 4 murid lainnya termasuk Widia. "Eh, ada si cewek tomboy. Anak baru udah terlambat aja," ejek Dika.
"Jaket yang dipake Widia kok kayak jaketnya Dimas sih?. Ini kan jaket mahal, limited edition lagi. Ah, mungkin cuma kebetulan sama aja," pikir Dika melihat jaket yang dikenakan Widia.
"Pake ngejek lagi, lo juga sama terlambat. Lagian suka-suka gue dong, apa urusannya sama lo?" balas Widia.
"Iya Dik, mending dia cuma terlambat sekali, kalo lo berkali-kali," sahut murid lainnnya yang tak lain adalah Restu atau lengkapnya Restu Sentana teman seperjuangan Dika dalam menerima hukuman, karena memang mereka berdua sering dihukum bersama.
"Diem lo!. Lo kan brother gue, malah bela dia lagi." Dika menatap malas Restu.
"Tuh kan, lo lebih parah dari gue. Makanya lo jangan ngejek gue. Lihat tuh, mata lo kek mata panda. Pasti lo habis begadang main game kan, makanya lo terlambat," kata Widia.
"Enak aja main game, ini semua gara-gara lo tau!" balas Dika.
"Idih... Enak aja gara-gara gue," sahut Widia yang tidak terima dirinya dituduh oleh Dika.
"Kalian semua ikut saya!. Kalian kena hukum karena terlambat." Perintah Bryan ke murid yang terlambat.
Kemudian Dimas datang dan menghampiri Bryan. "Bryan, lo dipanggil sama Pak Ari. Ini biar gue aja yang urus."
"Ya udah Dim, gue titip ya." Bryan memberikan buku catatan ke Dimas dan pergi.
"Widia? Kamu terlambat juga?" tanya Dimas.
"Iya kak, hmm... Ini kak, jaketnya aku pake." Widia dengan tersenyum malu.
"Iya, aku seneng kamu pake jaketnya," jawab Dimas dengan senyuman manisnya.
"Jadi bener jaket itu punya Dimas. Kok bisa sih?. Dimas juga kelihatan akrab banget sama Widia," pikir Dika.
"Yah... Mas Dim, kok cuma dia yang ditanya, adek sendiri dikacangin," kata Dika dengan ekspresi betek.
"Kalo lo mah gak perlu ditanya, lo udah sering terlambat Dik," jawab Dimas.
"Oh ya, maaf ya kak, kemarin aku malah kabur," kata Widia sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Iya, gak apa-apa kok," jawab Dimas dengan senyuman manisnya lagi.
"Ekhem...Hem...Hem," potong Dika dengan batuk yang dibuat-buat. Ia merasa kesal melihat keakraban Dimas dan Widia.
Dimas sejenak menatap Dika. "Baik, kalian semua ikut saya!." Perintah Dimas ke murid yang terlambat.
Semua murid yang terlambatpun menerima hukuman menyapu lapangan. Selesai menyapu mereka dikumpulkan dan namanya dicatat.
"Sekarang nama kalian saya catat di buku merah ini, ini akan mempengaruhi nilai kalian. Semakin sering kalian dicatat maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap nilai kalian," ucap Dimas dengan tegas.
"Iya kak," jawab semua murid yang terlambat.
"Maaf Widia, nama kamu siapa dan kelas berapa?" tanya Dimas.
"Widia Wahyuni kak, kelas 10 IPA 1," jawab Widia.
Dimaspun lanjut menanyai 2 murid lainnya, tapi ia tidak memanyai Dika dan Restu, karena ia sudah hafal dengan mereka berdua.
"Sekarang kalian boleh masuk kelas masing-masing, dan saya harap kalian tidak mengulanginya lagi. Terimakasih." Dimaspun pergi meninggalkan mereka.
Semua murid meninggalkan lapangan dan menuju kelas masing-masing. Tapi Dika tidak masuk ke kelas, ia malah menyusul Widia.
"Widia..." Dika memanggil Widia.
"Apalagi?" tanya Widia.
"Lo kenapa bisa akrab sama Dimas?" tanya Dika.
"Bukan urusan lo!" jawab Widia kemudian meninggalkan Dika.
Dika menghentikan Widia. "Lo suka ya sama Dimas?. Apa jangan-jangan kalian pacaran?" tanya Dika lagi.
"Apaan sih lo, gue sama Kak Dimas itu cuma temenan. Gue akrab sama kak Dimas karena dia pernah nolong gue. Udah, cuma itu aja," jawab Widia.
Dika merasa senang mendengar pengakuan Widia. "Benerkan, lo nggak pacaran sama Dimas?."
"Hadeh... Dikaa... Apaan sih." Widia berjalan meninggalkan Dika.
Baru beberapa langkah Widia membalikan badan dan berkata. "Oh ya, wajah lo masih memar tuh gara-gara yang kemarin. Jangan lupa diobati biar gak tambah parah."
"Ciee... Yang perhatian," goda Dika.
Widia menatap malas Dika. "Dih... GR banget lo Dik." Widia kemudian pergi meninggalkan Dika menuju kelas.
Widia sampai di kelas, ia menaruh tasnya di atas meja dan duduk merebahkan kepalanya di atas tasnya.
"Wid, kamu terlambat ya?" tanya Intan.
"Iya nih Tan, untung aja gak ada guru, bisa diomelin gue kalo ada guru," balas Widia.
"Iya Wid, dari tadi belum ada guru masuk. Syukur deh Wid."
Sudah beberapa lama namun guru belum juga datang. Widia mengeluarkan coklat dari kantongnya dan memakannya.
"Wid, kamu kok makan di kelas sih??" bisik Intan.
"Gak apa-apa kali, kan nggak ada guru," jawab Widia sambil mengunyah coklatnya dengan santai.
Adit yang mendengar mereka berdua berisik, menoleh ke arah belakang.
"Kenapa?... Lo mau minta??" tanya Widia ke Adit.
"Ngga..." jawab Adit sambil menggelengkan kepalanya.
"Yaudahh... kalo ngga mau, gue makan sendiri aja." Widia kembali memakan coklatnya.
"Tapi..." Adit menahan tawa.
"Tapi apa?" tanya Widia bingung.
"Gigi lo tuh, isi coklat. ha..ha..ha..." Adit tertawa.
"Iya Wid.. ha..ha..ha..." Intan juga ikut tertawa.
"Masak sihh?" Widia bercemin di ponselnya dan berlari ke toilet dengan panik untuk membersihkan giginya.
"Ini cewek lucu juga ya," pikir Adit
Clara dan teman-temannya yang melihat keakraban Widia dan Intan dengan Adit merasa iri. Namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
°
°
°
Jangan lupa like, komentar, dan ratenya ya kak😊...
Terima kasih 🙏🤗❤️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
🌻Ruby Kejora
3 like mendarat mendukung mu....mari slg dukung sampai akhir
2021-02-27
1
Bagus Effendik
like dulu ya hehe
2021-01-10
1
ARSY ALFAZZA
like like 👍❤️
2020-12-17
1