BAB 10 | Huang Wuji

Huang Shi mengirimkan berita tentang kejadian di desa Beiwu kepada ayahnya di sekte Teratai Putih.

Di kediaman sekte Teratai Putih, Huang Zhou menerima seorang telik sandi yang kembali dengan meyerahkan surat dari Huang Shi padanya. Huang Shi menuliskan laporan secara terperinci kejadian di desa Beiwu termasuk di reruntuhan sekte.

Mata Huang Zhou menyipit setelah membaca laporan yang dikirimkan oleh anaknya.

“Lelaki dengan bekas luka di leher? Apakah orang itu Shang Diyu?”

Huang Zhou mengingat masa lalu saat Shang Diyu menyerang ayahnya karena permusuhan keluarga mereka dan mengakibatkan Shang Diyu mengalami luka pada bagian lehernya.

“Apa maksud Shang Diyu menggali makam leluhurnya tetua Shang Ji?”

“Apakah Shang Xi memiliki hubungan dengannya?”

Huang Zhou kemudian keluar dari ruang membaca dan pergi ke bagian belakang kediaman sekte Teratai Putih.

Di bagian belakang sekte Teratai Putih terdapat sebuah gua dengan pintu yang tertutup rapat. Hanya ketua sekte dan para tetua sekte yang diperbolehkan masuk ke dalam ruangan tersebut.

Ruangan itu adalah ruang pelatihan khusus untuk para tetua dan ketua sekte untuk menerobos kultivasi spiritual.

Huang Zhou menjulurkan tangannya ke dalam sebuah lubang setelah dia menggerakkan obor pada dinding bagian samping pintu tersebut.

Klik!

RRRRRR....

Setelah menekan sebuah tombol di dalam lubang itu, pintu gua pelatihan itu pun terbuka.

Obor di dalam ruangan kemudian menyala ketika pintu tersebut terbuka dan Huang Zhou berjalan memasuki ruangan itu dengan perlahan.

Pintu ruangan itu kembali menutup ketika Huang Zhou telah berada di dalam ruangan. Dia lalu berjalan cukup jauh menyusuri lorong di dalam ruangan itu hingga melihat sebuah cahaya di kejauhan.

Setelah dekat cahaya itu muncul dari lubang gua pada sisi lain yang menuju ke sebuah lembah tersembunyi di gunung Persik.

Di lembah itu, Huang Zhou berjalan menuju ke sebuah rumah sederhana yang ada di sana.

“Paman, aku Huang Zhou ingin bertemu denganmu.”

“Masuklah!”

Sebuah suara muncul dari dalam rumah itu menjawab perkataan Huang Zhou.

Di dalam rumah sederhana itu tampak seorang lelaki tua yang duduk sambil menikmati teh di atas mejanya.

“Ada apa menemuiku kemari?”

Huang Zhou memberikan hormat kepada lelaki tua yang dipanggilnya paman. Lelaki tua itu bernama Huang Wuji yang adalah adik dari ayahnya.

“Paman, Shang Diyu telah kembali dan muncul di desa Beiwu. Dia menggali makam tetua Shang Ji dan mengambilnya.”

Huang Wuji meletakkan cangkir tehnya lalu menatap ke arah Huang Zhou.

“Apa kamu yakin dia orangnya?”

“Menurut Huang Shi, orang itu memiliki bekas luka di bagian lehernya. Dan dia langsung menyerang Huang Shi setelah dia menyebutkan nama ayah dan mengakui sebagai cucunya.”

“Hmm... berarti tidak salah lagi. Itu pasti dia.”

Huang Wuji kemudian bangkit dari kursinya dan berjalan keluar dari rumah itu diikuti oleh Huang Zhou di belakangnya.

Sejak Huang Zhou diangkat sebagai ketua sekte, Huang Wuji pun mengasingkan dirinya ke lembah itu sekaligus untuk memperdalam kultivasinya dan sambil mempelajari ilmu rahasia sekte Teratai Putih.

“Kitab ilmu rahasia yang kita dapatkan hanya bagian dasarnya. Bagian lanjutnya berada di tangan Shang Juwu. Setelah kematian Shang Juwu, kitab lanjutan itu mungkin dipegang oleh Shang Diyu.”

Huang Zhou menganggukkan kepalanya menyetujui kata-kata pamannya.

“Tapi Shang Diyu tidak mungkin akan memberikan kitab itu pada kita. Dan kitab yang dia miliki pun tidak berguna ditangannya tanpa kitab dasar yang ada pada kita.”

“Paman, apakah kita harus pergi berdiskusi dengannya?”

Huang Wuji menggelengkan kepalanya. “Shang Diyu orang yang keras kepala tapi cerdik. Dia tidak akan membawa kitab itu bersamanya.”

Huang Zhou mengerutkan wajahnya mendengar perkataan pamannya itu.

“Lagipula dia tidak mungkin mau mendengarkan penjelasan kita,” imbuh Huang Wuji.

Huang Wuji menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Huang Zhou. “Bagaimana dengan anak itu?”

“Apa maksud paman Shang Xi?”

“Benar.”

“Aku masih belum bisa memastikan hubungannya dengan keluarga Shang.” Raut wajah Huang Zhou tampak ragu tentang Shang Xi.

“Jika anak itu berasal dari keluarga Shang. Dia satu-satunya cara bagi kita untuk menyelesaikan masalah di masa lalu antara keluarga Huang dan keluarga Shang.”

Mendengar hal itu membuat wajah Huang Zhou semakin mengkerut. Dia telah menugaskan putrinya untuk menyelidiki asal usul Shang Xi termasuk mengajaknya pergi ke desa Beiwu karena informasi tentang hilangnya mayat tetua Shang Ji.

“Bagaimana menyelesaikan masalah masa lalu ini menurutmu paman?”

Huang Wuji tersenyum mendengar pertanyaan Huang Zhou.

“Nikahkan Huang Shi dengannya.”

Mata Huang Zhou terkejut mendengar kata-kata pamannya itu. “Itu bukanlah hal yang bisa dipaksakan pada Huang Shi.”

“Demi memperbaiki hubungan kedua keluarga di masa lalu. Hanya itu yang terbaik.”

Huang Wuji mengusap janggutnya yang panjang dengan bersungguh-sungguh. Sementara Huang Zhou berpikir keras tentang hal itu.

Huang Zhou sangat menyayangi dan memanjakan putri satu-satunya itu. Dia tidak ingin memaksakan pernikahan ini hanya demi kepentingan mereka.

“Sebaiknya kita pastikan dulu asal usul anak itu. Soal pernikahan Huang Shi kita bahas di lain waktu.”

Huang Zhou kemudian memberi hormat pada pamannya dan meminta ijin untuk kembali.

Setelah kepergian Huang Zhou, Huang Wuji tersenyum kecil dan melanjutkan istirahatnya di dalam rumah.

Sementara itu di desa Beiwu, setelah menyelesaikan tugasnya. Huang Shi meminta Shang Xi untuk mengajaknya pergi ke kota Beihan tempat kelahirannya. Tentu saja Shang Xi dengan senang hati mengantarkan Huang Shi pergi ke kota Beihan.

Setibanya di kota Beihan, Shang Xi mengajaknya ke pinggiran kota tempatnya dibesarkan. Para penduduk yang bertani di daerah tempat tinggal Shang Xi dengan ramah menyapanya.

“Shang Xi, tunanganmu cantik sekali.” Salah seorang dari penduduk tersenyum pada Huang Shi yang berjalan bersama Shang Xi.

“Ah... i-ini...” Shang Xi menjadi gugup dan wajahnya berubah merah mendengar kata-kata penduduk itu.

Orang-orang yang juga berkumpul menganggukkan kepalanya mengiyakan hal itu.

Huang Shi tersenyum mendengar hal itu. Dia merasa geli melihat tingkah Shang Xi yang gelagapan digoda oleh para penduduk.

“Maaf, kami sedang terburu-buru. Senang bertemu dengan kalian.” Huang Shi segera menarik tangan Shang Xi untuk menyelamatkannya dari perbincangan penduduk tentang dirinya.

Setelah cukup jauh Shang Xi menghela nafas lega dan membuat Huang Shi tertawa kecil memperhatikannya.

“Maaf nona Huang atas kata-kata dan sikap para penduduk.”

“Sudahlah. Aku merasa lapar. Bagaimana jika kamu mentraktirku makan di kota Beihan.”

Shang Xi tersenyum mendengar hal itu. “Ayo, aku akan mengajakmu ke tempat makan kesukaanku.”

Terpopuler

Comments

Mahayabank

Mahayabank

Mantaaap...Lanjuuuut lagiiee 👌👌👌

2024-05-18

0

Mahayabank

Mahayabank

/Ok//Ok//Ok//Good//Good/

2024-05-18

0

Humaira

Humaira

semoga huang shi berjodoh dengan shang xi...🙈

2024-05-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!