" Ada apa denganmu Hen? Kau tampak tidak tenang sejak kemarin?" tanya mama Hendra,
" Ah tidak ma," jawab Hendra memakai sepatu di kaki kirinya, tapi setelah memakai sepatu kirinya, laki laki itu tampak diam sejenak, seperti ada yang sedang laki laki itu pikirkan.
" Apa sih yang membuatmu begitu resah? Kau tampak banyak berpikir setelah pulang dari rumah Ratna? Apa kau bertengkar dengan Ratna?" tanya ibunya duduk disamping Hendra.
" Tidak ma, untuk apa aku bertengkar dengan Ratna," jawab Hendra kembali memakai sepatu di kaki kanannya.
" lalu? Apa Retno masih menganggu pikiranmu?" tanya mamanya membuat Hendra menghentikan tangannya yang sedang sibuk memakai sepatu,
Ia langsung menatap mamanya,
" kau kira mama tidak tau, kau sering curi curi pandang pada Retno, bukankah kau sudah tertarik sejak dulu pada Retno? Sejak ia menginjak SMP kalau tidak salah, mama benar kan?" mamanya mengulas senyum dan membelai kepala putra satu satunya itu.
Hendra langsung tertunduk malu, ia tidak berani menatap wajah mamanya,
" mama sudah lama tau, tapi mama tidak bisa berbuat apapun, ini sudah keputusan papamu..
Retno memang cantik, tapi ia terlalu muda untukmu..
Ratna lebih cocok untukmu, usia kalian tidak terpaut jauh.. Lagi pula, janji adalah janji, papamu tidak mungkin mengingkari.." ujar mamanya.
Hendra masih tertunduk,
" Aku tidak mempunyai rasa cinta pada Ratna sedikitpun ma, dan Ratna pun juga begitu," ujar Hendra,
" mama dan papa dulu juga begitu, tapi kami belajar untuk saling menerima dan mencintai.." mamanya memberi pengertian,
Hendra diam, ia tidak berkata apapun lagi, laki laki itu bangkit dari duduknya.
" Hati hati di jalan Hen, pikirkanlah ucapan mama baik baik.." ucap mamanya sembari melihat Hendra berjalan keluar dari rumah.
Sedangkan di kebun, Retno terlihat sibuk berjalan kesana kemari dengan topi kebunnya yang lebar juga sarung tangannya yang tebal agar tangannya tidak terkena duri liar saat mengambil bunga.
" Ret! Kau jangan menganggu orang bekerja?!" tegas ayah Retno dari kejauhan.
" Tidak kok yah! Retno hanya mencari bunga?!" jawab Retno.
" Awas jatuh mbak Retno..?" suara Rendi mendekat, melihat Rendi mendekat senyum Retno mengembang.
" Aku akan berhati hati.. Mas Rendi lanjutkan saja memetik jeruknya.." ujar Retno,
" ya sudah mbak kalau begitu, saya lanjut bekerja.." Rendi mengulas senyum dan kembali pada pekerjaannya.
Purnomo yang melihat hal itu hanya tersenyum,
" Hemm.. Kau lihat putrimu, dia mulai suka laki laki.." komentar ibu Retno yang duduk di sebelah suaminya sembari mengupas jeruk.
" Alah.. Baru dua minggu ini dia begitu, paling juga cinta monyet, siapa yang tidak suka Rendi ganteng begitu..
Masa kau tidak ingat Bu, dulu ia juga sempat suka dengan teman SDnya, dan itu hanya bertahan selama satu bulan.." jawab si ayah,
" tapi dia akan sudah bukan SD lagi yah?"
" tetap saja, aku tidak yakin rasa sukanya akan bertahan lama, karena itu kubiarkan saja.. Retno itu mudah bosan, tidak seperti Ratna kalau itu ya itu, sulit sekali di alihkan..",
mendengar itu si ibu hanya menghela nafas dan menatap putrinya dari kejauhan,
" soal Ratna, apa ayah tau kalau dia masih sering keluar dengan Didit, bagaimana kita menjelaskan pada keluarga mas Prawoto?" tanya si ibu resah,
" sejak awal Ratna memang tidak tertarik pada Hendra, apa tidak apa apa kita paksakan begini?" imbuh ibunya,
" sudahlah Bu, setelah menikah mereka mau tidak mau akan belajar saling mencintai.. jangan ributkan soal itu, namanya juga masih muda, wajar pikirannya kesana kemari, nanti kalau sudah matang akan tenang dengan sendirinya," jawab Purnomo.
" melihat betapa lengketnya ia dengan Didit, rasanya aku tidak yakin,"
" kalau begitu kita percepat saja pernikahan mereka,"
" entahlah yah, sebaiknya kita bicara lagi dengan mas Prawoto dan mbak Ina.."
" itu juga rencanaku Bu, saat kita berada di villa mereka, aku akan menggunakan kesempatan itu untuk bicara..".
Di luar jendela langit sudah gelap, Retno segera menutup jendelanya.
Gadis berusia delapan belas tahun itu berjalan keluar dari kamarnya, tapi betapa terkejutnya ia saat berpapasan dengan Hendra, laki laki itu terlihat berjalan dari arah dapur dan membawa secangkir kopi.
Keduanya saling menatap sejenak, tapi Retno segera membuang pandangannya dan berjalan ke arah dapur untuk menemui ibunya.
" kau sudah keluar dari kandangmu rupanya, sini, bantu ibu mengeluarkan roti yang masih panas ini.." kata ibunya meminta bantuan Retno,
" kandang, memangnya Retno kucing? lagi pula kemana mbak Ratna, kok mas Hendra membawa kopinya sendiri dari dapur?" tanya Retno,
" mbak mu sedang ganti baju, dan Hendra kan memang begitu sejak dulu, tidak mau merepotkan ibu.. Kau saja tidak pernah memperhatikannya.."
" untuk apa aku memperhatikannya? harusnya itu tugas mbak Ratna memperhatikan tunangannya," lagi lagi Retno terdengar ketus.
" Lagi lagi kau ketus.. Lama lama kau cepat tua Ret," kata ibunya memotong roti yang masih panas itu,
" bukankah kalau panas tidak boleh di potong?" tanya Retno,
" keburu Hendra pulang, sudah.. Antarkan roti ini padanya.." ibunya menatap roti itu di piring kaca,
" kok aku Bu?" Retno mengerutkan dahi,
" mau siapa? Mbak mu tidak keluar keluar, sudah, jangan malas, segera antarkan pada mas Hendra di ruang tamu sana!" perintah ibunya dengan suara tegas.
Mau tidak mau akhirnya Retno yang mengantarkan roti itu ke ruang tamu,
Setelah sampai di ruang tamu Retno langsung menaruh roti itu di atas meja,
Mau tidak mau ia harus bersikap sedikit sopan,
" di makan mas," kata Retno,
Mendengar itu Hendra mengangguk, matanya tidak menatap Retno, namun saat retno akan berbalik pergi, tiba tiba Hendra bertanya,
" Mau masuk universitas mana Ret?"
Mendengar itu Retno sedikit tertegun, tumben sekali laki laki di hadapannya itu mengajaknya bicara,
" inginnya sih universitas negeri," jawab Retno pendek,
Terlihat Hendra ingin bertanya lagi, tapi rupanya Ratna sudah selesai berganti baju,
" maaf mas aku lama," Ratna berjalan mendekat ke ruang tamu, ia sudah berdandan cantik dengan kebayanya, ia dan Hendra akan menghadiri acara pertunangan rekan Hendra.
Melihat kakaknya datang, Retno segera pergi dari ruang tamu,
" Retno mengantarkan roti untukmu mas? Wah.. Tumben sekali?" komentar Ratna heran melihat sepiring roti di atas meja ruang tamu,
" makanlah dulu barang sepotong, nanti ibu marah.. Dia selalu semangat membuat kue, apalagi saat mendengarmu akan datang kemari.." imbuh Ratna,
" baiklah.." jawab Hendra, ia menuruti Ratna dan memakan sepotong roti yang masih hangat itu.
Diam diam Hendra tersenyum, ia senang karena bisa melihat Retno lebih dekat, apalagi memakan kue yang di bawa langsung oleh Retno.
Melihat senyum Hendra, Ratna sedikit heran, laki laki yang biasanya terlihat tidak terlalu berekspresi itu, kini tersenyum, seperti tersipu bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Mrs. Labil
nah, ibu bnr nihh 👍👍👍
2024-05-16
2
Mrs. Labil
hemmmm, bgt tohhh
2024-05-16
1
Abian Arka
lanjut tor
2024-05-05
3