anggrek bulan

Suasana di meja makan itu cukup hening, semua orang makan dengan tenang, hingga makanan hampir habis, akhirnya ayah Ratna mulai membuka obrolan agar suasana tidak terasa kaku dan membosankan.

" Bagaimana perkembangan bisnismu hen? Apa jumlah wisatawan yang datang ke kota kita meningkat?"

" Untuk tahun ini cukup bagus pak Dhe.. Banyak tempat tempat wisata baru yang mulai menggeliat, dan itu sangat berpengaruh.." jawab Hendra dengan suaranya baritone nya.

" Sebentar lagi Ratna lulus kuliah, bagaimana kalau kau tarik dia ke hotelmu untuk belajar?" Purnomo memandang putri tertuanya.

" Tidak masalah pak Dhe, asal Ratna bersedia," jawab Hendra.

" Aku sedang sibuk sibuknya yah, soal bisnis aku akan memulainya setelah di wisuda, tidak sabarkah ayah menantiku wisuda?" jawab Ratna menaruh sendoknya,

" Dulu Hendra juga belum menyelesaikan kuliah saat mulai terjun ke perhotelan.." kata ayah Ratna,

" Ratna maunya fokus yah, dan mas Hendra tentunya tidak akan memaksaku bukan?" Ratna menatap Hendra, keduanya saling beradu pandang,

" tentu tidak, bekerja atau tidak itu terserah Ratna pak dhe," jawab Hendra tenang, entah kenapa matanya tiba tiba melirik Retno yang masih sibuk makan disamping Ratna.

Retno yang terlihat malas malasan memakan makanannya, terlihat sekali ia tidak senang duduk berhadapan dengan Hendra.

" Yah.. Baiklah, lalu apa rencana kalian?" tanya Purnomo pada Hendra dan putri tertuanya,

" rencana apa yah?" tanya Ratna dengan suara seperti kikuk,

" lho kok rencana apa? Hendra sudah mapan, kau sudah mau lulus kuliah, kapan rencana kalian menikah?" tanya Purnomo membuat wajah Ratna berubah tertekan seketika.

Ratna menatap Hendra, seperti memaksa Hendra untuk menjawab,

" Soal pernikahan tidak perlu di cemaskan pak Dhe.. saya sudah berbicara berkali kali dengan Ratna, dia bilang ingin bekerja sekitar setahunan dulu setelah lulus kuliah, setelah itu baru kami akan membicarakan pernikahan.." ujar Hendra seperti menenangkan Purnomo,

" Apa itu tidak terlalu lama untukmu Hen? Bukan setahun dua tahun kau menunggu Ratna.. Apa tidak lebih baik kalian menikah dulu setelah Ratna selesai kuliah?" sekarang ibu Ratna menyahut.

" Apa ibu sudah kebelet menimang cucu?" tanya Ratna pada ibunya dengan dahi berkerut,

" bukan begitu nduk.."

" ah, kalau tau jadi anak pertama di tuntut begini aku lebih memilih di lahirkan jadi anak terakhir saja, bebas nyaman tidak ada yang menuntut untuk cepat cepat menikah.." gerutu Ratna.

Retno yang mendengar itu tentu saja menatap kakaknya dengan tidak senang,

" Kau ini rat, ibu dan ayah hanya ingin yang terbaik untukmu.. Tentunya kami juga tidak ingin Hendra terus terusan menunggu.." ujar ibu Ratna.

Suasana hening sesaat,

" biarkan saya dan Ratna yang memutuskan hal ini.. Pak Dhe.. Budhe.. kami akan berbincang kembali setelah ini.." ujar Hendra sembari mengulas senyum untuk menenangkan hati ibu dan ayah Ratna.

" Oh ya, sebentar lagi tahun baru.. Papa dan mama ingin mengundang pak Dhe, budhe, Ratna dan Retno menginap di villa kami.." imbuh Hendra menyampaikan pesan dari orang tuanya.

" Iya ya hen, pak Dhe sampe lupa kalau mau tahun baru, baguslah, kita berkumpul disana," jawab Purnomo senang dengan ajakan calon menantunya, apalagi dirinya dan papa Hendra sudah lumayan lama tidak bertemu karena kesibukan masing masing, tentunya ini menjadi kesempatan bagus untuk berbincang bincang tentang segala hal, termasuk hubungan Ratna dan Hendra.

Dan makan malam itu berakhir, namun Hendra belum pulang, ia rupanya sedang sibuk berbincang dengan Ratna di teras depan.

" Aku kan tidak pernah melarangmu keluar dengan Didit, tapi bukan berarti kau bebas kesana kemari dengannya," ujar Hendra pelan sembari membakar rokoknya, ia menatap bunga bunga anggrek bulan yang bergelantungan di atas teras.

Anggrek bulan kesayangan ibu Ratna, hampir di semua sudut teras juga di letakkan bunga jenis lain yang rapi di dalam pot.

" Dia hanya menjemput dan mengantarku kok," jawab Ratna,

" menjemput dan mengantar bagaimana, kau juga makan di cafe cafe dimana ada orang orang yang mengenalku disana," suara Hendra tenang terkendali, namun ia tidak menatap Ratna sama sekali, matanya tetap menatap anggrek anggrek yang bergelantungan.

Mendengar itu Ratna diam tidak menjawab, karena yang di katakan Hendra memang benar.

" Bagaimana pandangan orang padamu? Apakah pernah kau pikirkan? Mereka akan menganggapmu berselingkuh dariku,

Dan bagaimana pandangan orang padaku, pernahkah kau perhitungkan itu?

Mereka akan menganggapku laki laki lemah yang mudah di atur dan di bodohi wanita, jelas jelas tunangannya Wira Wiri dengan laki laki lain tapi diam saja,

bukankah sudah sering ku peringatkan dirimu, jagalah jarak dengan Didit, atau setidaknya tidak bisakah kau diam diam bertemu dengannya di tempat yang kira kira tidak ada yang mengenal diriku sebagai tunanganmu?" kali ini Hendra menatap Ratna sekilas, lalu kembali menatap jalanan di depan rumah Ratna.

" Jangan hanya menuntutku dan menyalahkanku, kau juga harus berusaha?" protes Ratna,

" maksudmu?" tanya Hendra tenang lalu menghisap rokoknya.

" Kau bilang aku bisa membatalkan pertunangan kita kalau aku sudah kuliah, tapi buktinya sampai aku hampir lulus?"

Hendra menghela nafas mendengar itu, ia terlihat berpikir sejenak.

" Kau kira aku tenang tenang saja? Aku sudah beberapa kali meminta papaku untuk membatalkan pertunangan kita, tapi papa mengatakan tidak ingin merusak hubungannya dengan ayahmu,

Jadi bukannya aku sengaja, tapi aku belum mendapatkan alasan yang tepat," jawab Hendra,

" bukankah dengan alasan perselingkuhan ku sudah cukup?"

" itu akan merusak reputasimu, reputasi keluarga besarmu, apa kau kira aku akan senang berdiri di atas kesusahan ayah ibumu?"

" tapi mereka tau kalau sejak awal kita tidak saling mencintai, seharusnya mereka tidak memaksakan keinginan mereka sendiri," Ratna merasa kesal,

Keduanya terdiam, dan suasana hening, sesekali terdengar suara motor yang berlalu lalang.

" Enak sekali menjadi Retno, aku iri padanya.." gerutu Ratna tiba tiba,

" kenapa kau harus iri padanya?" Hendra langsung menatap Ratna,

" setidaknya dia berhak menyukai siapapun, ibu dan ayah tidak pernah melarangnya,"

" memangnya siapa yang dia sukai?" tanya Hendra dengan raut serius, tidak sesantai saat membicarakan masalahnya dengan Ratna tadi.

" Kau tahu pekerja ayah? Anak pak Budiman yang bernama Rendi?, anak yang ganteng berkulit putih itu?"

Mendengar itu raut Hendra benar benar berubah,

" dari mana kau tau kalau Retno suka padanya?" tanya Hendra dengan suara berat,

" Retno sekarang rajin sekali ke kebun, keduanya sering berbincang, terlihat jelas ketertarikan Retno, dan Rendi pun terlihat tertarik pada Retno,

ayah tau, tapi tidak melarangnya, itu tandanya ayah setuju setuju saja kan?" Ratna terdengar kesal, namun tidak hanya Ratna yang kesal, entah kenapa Hendra juga terlihat tidak senang, laki laki itu langsung mematikan rokoknya di asbak.

Terpopuler

Comments

dyul

dyul

Wah.... suka sama adiknya, knp mau di jodohin sm kakaknya?

2024-09-19

1

Mrs. Labil

Mrs. Labil

hemmmm, hendra sukanya ma Retno, knp gak bilang aja 🙄 kan ttp jdi besann klwrganya

2024-05-16

4

Mika Saja

Mika Saja

apa iya yg disukai adeknya tp tunangan nya SM Kakaknya

2024-05-05

4

lihat semua
Episodes
1 bunga di trotoar
2 anggrek bulan
3 kebun jeruk
4 entah mulai dari mana
5 villa
6 perapian
7 malam tahun baru
8 keresahan hendra
9 surabaya
10 bersimpuh
11 7th
12 makan siang
13 kebun apel
14 bayangan
15 pulanglah
16 perjalanan
17 rumah dan anggrek ibu
18 pecel punten
19 saran ratna
20 tamu papa
21 secangkir kopi
22 makan siang
23 menjemput Didit
24 di luar jendela bus
25 kemarahan prawoto
26 Vivi
27 menetap
28 kebun dan pak budiman
29 aku tidak mencintai kakakmu
30 bukan karena dirimu
31 dia mencintaimu
32 teman lama
33 teh hangat
34 janji
35 kau seperti hujan
36 pertanyaan Aryo
37 penjelasan Didit
38 firasat aryo
39 siapa perempuan itu?
40 kesempatan
41 mama hendra
42 lalu bagaimana denganmu?
43 apakah keputusanku salah?
44 ayo berdamai
45 kesempatan
46 villa setelah 7 tahun
47 ulang tahun hendra
48 kandang kuda
49 kabut
50 tamparan
51 sarapan
52 berpikir kembali
53 aku mencintaimu
54 menyadari
55 baiknya diam
56 berdoalah
57 tidak rela
58 ruang tamu
59 pukulan
60 kau yang mulai
61 bersalah
62 menjauh
63 jika bisa kutanggung, akan kutanggung sendiri.
64 martabak
65 Retno tidak ada
66 dimana kau ret?
67 pangkuan mama
68 rujak
69 anak pertama
70 kabari laki laki itu
71 adikmu menyiksaku
72 si mbok
73 bapak mau kemana?
74 kedatangan Hendra
75 sawah
76 maafkan aku
77 pelukan
78 pergilah
79 jodoh untukmu
80 cemilan
81 menginap
82 teh tubruk
83 subuh
84 pagi
85 jemputan
86 butik
87 menjaga laila
88 akad
89 pesta
90 nasi goreng
91 sofa
92 ketukan pintu
93 kau suka padanya?
94 kebun bunga
95 mudah menilai
96 menikahlah
97 Restu si mbok
98 hujan
99 mbok...
100 kesedihan
101 map di atas meja
102 Pindah
103 Rajendra dan Aruna
Episodes

Updated 103 Episodes

1
bunga di trotoar
2
anggrek bulan
3
kebun jeruk
4
entah mulai dari mana
5
villa
6
perapian
7
malam tahun baru
8
keresahan hendra
9
surabaya
10
bersimpuh
11
7th
12
makan siang
13
kebun apel
14
bayangan
15
pulanglah
16
perjalanan
17
rumah dan anggrek ibu
18
pecel punten
19
saran ratna
20
tamu papa
21
secangkir kopi
22
makan siang
23
menjemput Didit
24
di luar jendela bus
25
kemarahan prawoto
26
Vivi
27
menetap
28
kebun dan pak budiman
29
aku tidak mencintai kakakmu
30
bukan karena dirimu
31
dia mencintaimu
32
teman lama
33
teh hangat
34
janji
35
kau seperti hujan
36
pertanyaan Aryo
37
penjelasan Didit
38
firasat aryo
39
siapa perempuan itu?
40
kesempatan
41
mama hendra
42
lalu bagaimana denganmu?
43
apakah keputusanku salah?
44
ayo berdamai
45
kesempatan
46
villa setelah 7 tahun
47
ulang tahun hendra
48
kandang kuda
49
kabut
50
tamparan
51
sarapan
52
berpikir kembali
53
aku mencintaimu
54
menyadari
55
baiknya diam
56
berdoalah
57
tidak rela
58
ruang tamu
59
pukulan
60
kau yang mulai
61
bersalah
62
menjauh
63
jika bisa kutanggung, akan kutanggung sendiri.
64
martabak
65
Retno tidak ada
66
dimana kau ret?
67
pangkuan mama
68
rujak
69
anak pertama
70
kabari laki laki itu
71
adikmu menyiksaku
72
si mbok
73
bapak mau kemana?
74
kedatangan Hendra
75
sawah
76
maafkan aku
77
pelukan
78
pergilah
79
jodoh untukmu
80
cemilan
81
menginap
82
teh tubruk
83
subuh
84
pagi
85
jemputan
86
butik
87
menjaga laila
88
akad
89
pesta
90
nasi goreng
91
sofa
92
ketukan pintu
93
kau suka padanya?
94
kebun bunga
95
mudah menilai
96
menikahlah
97
Restu si mbok
98
hujan
99
mbok...
100
kesedihan
101
map di atas meja
102
Pindah
103
Rajendra dan Aruna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!