Chapter 12

Saat tengah menuju ke parkiran, tak sengaja ia melihat Eliza yang tengah berjongkok entah melakukan apa. Karena penasaran, akhirnya Elang pun diam-diam mengintipnya.

"Makan yang banyak ya..." Ucap Eliza dengan tersenyum manis sambil mengelus-elus kepala seekor kucing bewarna putih yang tengah memakan makanan yang tadi sudah di injak Elang dengan begitu lahapnya.

"Kucing??" Gumam Elang dengan suara pelannya

Tak sengaja matanya melihat ke dinding dan mendapati seekor cicak di sana. Entah kenapa tiba-tiba ide licik muncul di kepalanya. ia juga tidak tahu kenapa rasanya sangat senang jika mengganggu Eliza.

Ketika Eliza tengah mengelus elus kepala kucing itu dengan sayangnya, ia merasakan ada sesuatu yang tiba-tiba menempelinya, ia melihat ke pundak sebelah kanannya yang ternyata ada seekor cicak yang menempel. Dengan refleks ia berteriak dengan kencangnya karena ia paling takut dengan cicak dan ulat bulu.

"Aaaaaaaaaaaaaa!!!!!!" Teriak Eliza dengan mencoba menyingkirkan cicak itu dengan terus  kesana kemari.

Wajahnya sudah memerah pertanda jika dia memang benar-benar ketakutan. Elang keluar dari persembunyiannya dan bersikap cool seolah-olah tidak melakukan apapun.

"Kenapa lo? Muter-muter kaya orang gila?" Tanya Elang.

"Tolongin gue cepetan please kali aja hiks gue takut cicak. Tolongin gue." Kata Eliza yang sudah mengeluarkan air matanya.

"Mana? Ngga ada?" Tanya Elang

"Ada!!! Disini!!! Cepeteann ambilin!!!" Seru Eliza yang sudah tidak tahan .

" Lo diem dulu mangkanya." Kata Elang dengan tenangnya.

"Ssstt ssstt ssttt Gha Gha liat deh.." kata Alan yang melihat pemandangan itu.

"Gue bingung sumpah, sebenarnya ada apa sih dengan mereka berdua, dikit dikit berantem dikit dikit akur, perasaan mereka ngga sedeket ini deh. Si Elang juga, lu ngrasa ngga sih kalau dia berubah." Kata Ghava.

"Berubah gimana?" Tanya Alan yang tidak mengerti.

"Ya berubah aja gitu, emang lu ngga ngrasa gitu? Gue sekelas sama si Elang dan dari penglihatan gue, kayanya tuh anak suka deh sama si El." Kata Ghava.

"Penglihatan, lu kira indigo punya penglihatan mata batin. Tapi di lihat-lihat emang ada benernya juga sih Gha, liat noh, tadi mukanya datarrr bener sekarang?...." Kata Alan.

"Nah kan lu juga ngrasa hal yang sama. Kayanya kita perlu mastiin deh. Setuju ngga lu." Kata Ghava.

"Oke gue ikut aja." Ujar Alan

Setelah berhasil mengerjai Eliza dengan cicak, Elang bersikap seolah-olah tidak melakukan apapun pada Eliza. entah kenapa ia merasa senang ketika Eliza dengan reflek memeluknya walaupun sebentar.

"Udah ngga ada. Cuman cicak doang lu takut hadehh penakut amat sih Lo." Kata Elang dengan berdecak

"Cuman lu bilang?? Gue emang takut sama cicak. Ooohhh atau jangan-jangan Lo yang ngerjain gue pake cicak itu ya? Ngaku lu dasar cowo mesum." Kata Eliza yang membuat Elang terkejut dan langsung mengedarkan pandangannya.

"Gue bukan cowo mesum!!" Seru Elang.

"Terus kalau bukan cowo mesum apa? Lu nyari kesempatan dalam kesempitan." Kata Eliza.

"Emang ribet urusan sama Lo, gue anggap hari ini lu utang Budi sama gue karena gue udah nyelamatin Lo dari cicak." Kata Elang dengan berlalu pergi.

Eliza masih di buat syok dengan cicak tersebut. Ia melihat ke sekitar lagi dan ternyata memang ada banyak cicak yang menempel di dinding tersebut. dengan segera ia berlari mengejar Elang karena takut.

Elang sendiri yang melihat Eliza sudah berada di sampingnya pun merasa keheranan. ia berhenti yang membuat gadis itu juga ikut berhenti. tanpa mengatakan apapun, Elang langsung pergi begitu saja karena ia pikir tidak terlalu penting.

Disisi lain, Emma mulai risi karena Laksa terus menerus mengikutinya dengan berceloteh yang membuatnya benar-benar sangat kesal. Entah apa yang pria itu inginkan darinya ia juga tidak tau.

"Kamu ngapain sih ngikutin aku?" tanya Emma.

"Emmmm kita boleh kan jadi temen." kata Laksa membuat Emma heran.

"nggak salah?"

"Hehehe enggak kok. oke sekarang kita temenan. Biasanya kan kalau temen tuh yaa harus saling komunikasi, tapi kita nggak bisa loh karena aku nggak punya kontak kamu."

"Nggak perlu. Udahlah nggak usah ganggu aku sana pergi."

"Atau nggak aku anterin pulang aja. Mau?"

"Enggak makasih."

Laksa hanya tersenyum kecil saja karena penolakan dari Emma. Biasanya para gadis akan langsung terpikat olehnya tapi berbeda dengan Emma yang membuatnya justru semakin penasaran dengan sosok gadis itu.

Ia bertekad dalam hatinya dan bagaimanapun caranya ia harus bisa mendapatkan hati Emma. Entah kenapa tiba-tiba saja ia menjadi begitu terobsesi untuk mendapatkan hati seorang gadis, padahal biasanya para gadis lah yang berlomba-lomba untuk dekat dengannya.

Emma bernafas lega setelah tidak melihat kehadiran Laksa lagi. Ia pun berjalan pelan lagi sambil mencari keberadaan Eliza. kadang ia juga di buat kesal dengan Eliza karena tidak pernah memberitahu pergi ke mana, dengan siapa.

"Nahh itu dia. El!!!!" teriak Emma dengan menghampiri Eliza.

"Lo kemana aja gue cariin juga."

"ngasih makan kucing. Oh ya Ma, gue lupa ngasih tau Lo kalau gue pulang malem, ada tugas dari bareng beberapa junior buat turnamen. Ya mungkin jam 8 malam sampai rumah. Lo nggak papa kan pulang sendiri."

"Bareng gue aja. Gue bisa anterin kok." celetuk sebuah suara yang membuat kedua gadis itu menoleh.

"Oh ya El, bisa banget. Gue bisa pulang sendiri malah. Gue duluan ya jangan lupa kabarin gue." kata Emma .

Eliza memberikan isyarat mata pada Laksa ketika pria itu memberikan kode. Seperti sebuah peringatan jangan berani macam-macam dengan Emma.

Eliza hanya tersenyum kecil saja sambil memperhatikan Laksa dan Emma yang berjalan bersebelahan dengan Emma yang terus memarahi Laksa karena tidak nyaman atau alasan lainnya. Yang pasti, Eliza tau apa itu.

Pukul 5 sore, sekitar 15 orang berkumpul di salah satu ruangan guna membicarakan turnamen yang akan di adakan di kampus mereka. Bukan hanya itu saja, ada juga seminar dan beberapa kegiatan lainnya.

Setelah pembahasan selesai, kini Eliza bersiap-siap untuk pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam dan suasana kampus lumayan sepi. Walaupun ada beberapa mahasiswa yang mengambil kelas malam tapi suasananya cukup berbeda.

"Lahh dimana hp gue??? Jangan-jangan ketinggalan di sana. Akhhhh Eliza Lo bener-bener dehh. Mana udah malem gini masa iya harus naik lagi." kata Eliza dengan berdecak kesal.

Eliza memang penakut jika sudah berhadapan dengan suasana malam yang gelap dan sunyi seperti itu. hatinya agak ragu ingin mengambil hp nya atau tidak karena jujur saja gadis itu tengah berperang dengan rasa takutnya.

Setelah beberapa kali menghela nafasnya dan meyakinkan dirinya, akhirnya dengan setengah berlari ia menaiki tangga itu tanpa menoleh kanan dan kiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!