Seperti biasanya, pagi ini Eliza dan Emma akan berangkat ke kampus bersama dengan mengendarai motor Eliza. Mereka berboncengan dengan Emma yang di belakang. hanya ada tawa dan canda saja sepanjang perjalanan mereka menuju kampus.
Hingga tak berselang lama, kini mereka pun sampai di kampus.
dari kejauhan ada sepasang mata yang tengah melihat mereka berdua lebih tepatnya melihat ke arah Eliza dengan tatapan menukik tajam. Seperti sebuah dendam terkesumat nampak jelas di bola matanya. Apalagi ketika melihat senyum lebar Eliza membuatnya bertambah kesal.
Ia menyalakan motornya dan memarkirkannya. ia pun menjalankan rencananya untuk memberikan pelajaran pada Eliza karena sudah menyakiti motor kesayangannya. Ia tersenyum smrik sambil membersihkan tangannya. Senyuman penuh kemenangan pun terukir di bibirnya.
Teman-temannya pun datang dan terlihat heran dengan gelagat Elang. hingga tatapan mereka pun tertuju pada ban sepeda motor milik Eliza yang sudah kempes depan belakang.
"Lo ngapain Lang?" tanya Ghava
"Ngasih pelajaran doang." jawab Elang dengan cueknya sambil berjalan meninggalkan mereka.
"Gila tuh anak. Gimana kalau El tau, bisa marah dia." ujar Laksa.
"Kalau kalian ikut campur masalah gue yang ini, jangan temui gue lagi." kata Elang dengan berbalik yang membuat ketiga hanya saling tatap saja.
"Udahlah ayo ke kelas aja. Ntar gue yang ngomong sama El." kata Ghava
Sesampainya di kelas, tatapan mata Elang pun menelusuri setiap sudut ruangan untuk mencari keberadaan seseorang. Ia berjalan dengan tegapnya penuh percaya diri kemudian duduk. Dan tiba-tiba saja....
Brukkkk....
Eliza terjatuh tepat di samping Elang. pria itu pun menarik kakinya kembali sambil berpura-pura tidak melihat kejadian itu. Semua orang pun menatap Eliza dengan bingungnya sementara Eliza tengah meringis kesakitan. Ia melirik ke arah Elang dengan tatapan nyalang. tentu ia tahu siapa dalangnya.
Ia menghela nafasnya dalam-dalam sambil menyilangkan lengan bajunya. Ia menatap Elang dan mendekati pria itu. tatapan keduanya pun berlangsung lumayan lama hingga pada akhirnya Elang berteriak kesakitan karena rambutnya di tarik Eliza dengan kerasnya.
"Akhhhh lepasin tangan Lo bodoh. Lo apa-apaan sih."
"Lo sengaja kan buat gue jatuh. Lo sebenarnya ada masalah apa sih sama gue hah!!!"
Ghava berlari dan memisahkan keduanya begitupun beberapa mahasiswa yang juga berusaha memisahkan keduanya. Elang meringis kesakitan sambil memegang kepalanya yang terasa perih dan panas. Ia yakin pasti rambutnya ada yang tercabut karena ulah Eliza.
"Dasar cewe gila!!! Lo mau gue laporin hah!!!"
"Laporin aja gue nggak takut. Lo nggak usah deh cari masalah sama gue lagi. Perasaan nih ya, sejak Lo pindah ke kampus ini dunia gue bener-bener berantakan gara-gara Lo."
"Gara-gara gue? Lo pikir kita saling kenal."
"Bilangin sama temen Lo nggak usah ganggu gue lagi." kata Eliza pada Ghava
Emma yang baru saja masuk merasa heran dengan Eliza karena tiba-tiba saja raut wajah gadis itu berubah di tekuk.
"Kenapa El?" tanya Emma.
"Gedeg gue sama tuh orang. Nyari masalah Mulu sama gue." kata Eliza
"Emang dia siapa?" tanya Emma yang memang tidak tahu Elang.
"Mahasiswa baru dari pertukaran." jawab Eliza.
"Oh pantes gue nggak tahu."
Suasana kantin seperti biasanya akan sangat ramai karena itu Eliza lebih memilih membawa bekal sendiri ketimbang mengantri di sana. Paling-paling ia hanya akan memesan minuman saja sembari duduk bersama Emma.
Baru saja mendapat satu suapan, mood nya pun tiba-tiba menjadi buruk. Emma yang menyadarinya pun langsung menoleh seketika. Di lihatnya Elang dan teman-temannya datang dan duduk tepat di depan mereka. yang lebih membuat Eliza semakin malas, ketika ia malah berhadapan langsung dengan Elang.
"Mau kemana Lo?" tanya Alan ketika Laksa tiba-tiba saja beranjak dari duduknya.
"tuan putri gue." jawab Laksa.
"Hai cantik...." kata Laksa pada Emma yang membuat gadis itu juga hanya menghela nafasnya saja dan memaksakan senyumnya.
"Hai..." ucap Emma dengan membalas sapaan itu.
"Kamu beberapa hari ngga masuk kemana aja? Kenapa nggak ngabarin aku? Aku kan khawatir sama kamu." kata Laksa dengan nada yang di buat-buat sehingga hanya membuat teman-temannya yang mendengarnya hanya bisa menggelengkan kepalanya saja
"Mulai lagi dia." kata Alan.
"Kenapa pengen tau?" tanya Emma dengan cueknya.
"Ya kan aku kangen sama kamu. Kayaknya di kampus ini tuh rasanya sepi banget gitu kalau nggak ada kamu."
"Lak!!! Balik lu sini. jangan malu-maluin kita bertiga!" seru Alan yang merasa ingin muntah dengan gombalan Laksa.
"Ya kalau kamu ke sini tengah malem ya sepi nggak ada orang." celetuk Emma dengan malasnya.
Entahlah rasanya bagi Emma perkataan seperti itu benar-benar membuat Emma sangat malas untuk menanggapinya, apalagi itu Laksa.
Kali pertama mereka bertemu, Laksa juga selalu seperti itu. entah sama halnya atau tidak jika dengan gadis lain. Sebenarnya Emma benar-benar tidak merasa nyaman jika ada Laksa karena ia selalu akan jadi buah mata jika Laksa tengah berada di dekatnya.
"Aku ke toilet dulu El." kata Emma dengan beranjak pergi.
"Gue juga mau ke toilet nih. kenapa tiba-tiba kita sama ya. atau jangan-jangan kita emang berjodoh hehehe."
"Apaan sih."
Laksa berjalan di belakang Emma dengan jarak cukup dekat. Emma sendiri benar-benar di buat kesal dengan tingkah Laksa. entah apa yang di lakukan pria itu. Berulang kali Emma menyuruh agar tidak dekat-dekat dengannya tapi justru Laksa seperti semakin ingin menempel padanya.
Laksa juga tipe orang yang tidak akan menyerah begitu saja ketika ia menginginkan sesuatu. Apalagi ia tertarik dengan seorang gadis untuk pertama kalinya. karena biasanya hanya para gadis saja yang akan tertarik padanya bukan dirinya.
Walaupun Emma terkesan cuek, tapi entah kenapa Laksa malah semakin menyukainya. Ia suka gadis yang tidak gampang merespon semua ucapannya itu. Walaupun sekarang apapun yang ia ucapkan memang benar adanya karena ia menyukai Emma sejak pertama kali ia melihatnya di rumah sakit.
"Ngapain sih kamu ngikutin aku?" kata Emma dengan kesalnya.
"Toilet cewe sama cowo kan searah cantik. Mana ada aku ngikutin kamu." ujar Laksa dengan tersenyum
"Yaudah nggak usah deket-deket dong." kata Emma.
Bukannya menjauh justru Laksa malah semakin mendekat dan dengan beraninya, pria itu langsung merangkul pundak Emma ralat seperti mengunci kepala Emma di ketiaknya.
"aaakhhh lepasin nggak!!" seru Emma dengan memberontak sehingga membuat Laksa melepaskannya
"Hehe bercanda cantik. Kamu sih manis banget kalau kesel kaya gini. Kan jadinya aku tambah suka hehe." ujar Laksa membuat Emma hanya memutarkan bola matanya dengan malas
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments