Bab 2: Sebuah kabar

Ditengah kegelapan malam dan dibawah guyuran gerimis yang menghantam, sebuah mobil alphard hitam berkilauan, tampak melewati jalanan sepi tanpa pengendara. Dimana kiri kanan hanya pohon-pohon rindang nan lebat yang berjejeran.

𝗕𝗿𝘂𝘂𝘂𝘂𝗺𝗺𝗺.

"Tuan apa anda baik-baik saja? Saya lihat anda kelihatan lelah." Ucap Yoga si asisten pribadi, kepada tuannya yang seorang konglomerat.

"Ya. I'm okay." Balas Hendrik menyangga dagu, menatap datar ke arah kaca mobil. Mengamati jalanan yang dilewatinya sambil memikirkan banyak hal.

𝘏𝘢𝘢𝘢𝘢𝘢𝘢𝘩.

Hendrik menghela nafas panjang. Entah beban berat apa yang sedang dipikirkannya. Mungkin itulah yang membuatnya seperti kelelahan.

Padahal sebenarnya, tidak begitu banyak pekerjaan yang dilakukannnya di perusahaan dari pagi sampai sore tadi. Hanya mengikuti beberapa rapat dan memonitoring kinerja bawahan.

Sisanya dia berbuat sesukanya. Toh dia yang empunya 𝘗𝘛. 𝘏𝘦𝘯 𝘍𝘶𝘵𝘶𝘳𝘦𝘴. Sebuah perusahaan besar yang mengelola hasil bumi, diantaranya timah, minyak, gas dan lain sebagainya.

Melalui bisnis tersebut, tentu dia mendapatkan keuntungan yang tidak sedikit. Apalagi dia menekuninya dengan teliti, jujur dan full rasa tanggung jawab. Sehingga per tahunnya, PT. Hen Future meraup sekitar 20 Trilliun.

Jadi dapat dipastikan bahwa Hendrik Xavier bukanlah konglomerat abal-abal atau orang kaya hasil nyolong uang rakyat. Melainkan Miliarder yang punya segalanya.

Ditambah, dibelakangnya ada komplotan mafia yang bertugas melindunginya dibalik bayang-bayang.

Itulah mengapa Hendrik sungguh disegani dan ditakuti dimanapun dia berada. Bahkan desas-desus mengatakan jikalau dirinya lah ketua mafia, yang memimpin kelompok-kelompok menyeramkan tersebut.

Hanya saja ia enggan menunjukkannya demi kenyamanannya dalam bekerja. Benarkah demikian?

Yang terpenting, kini Hendrik dan Yoga asistennya terlihat menyusuri jalan hendak pulang ke kediaman.

Tetapi tiba-tiba, Yoga yang sekedar mengedar pandangan memantau sekelilingnya sambil mengemudi, menemukan ada satu tubuh tergeletak lemah tak berdaya tersorot oleh pantulan cahaya mobil.

𝗖𝗸𝗶𝘁𝘁𝘁𝘁!!

Yoga mengerem dadakan. Dan membuat dia maupun Hendrik terjungkal kencang ke depan.

𝗕𝗿𝘂𝘂𝘂𝗸𝗸.

"Yoga!! Ada apa ini?! Kenapa berhenti?!!" Sembur Hendrik, memanjuskan ekspresi.

"Tu__Tuan, coba lihat ke__kesana? Apa itu mayat? Atau kerbau yang mati kelaparan?" Yoga mengarahkan telunjuknya, ke arah sebuah tubuh wanita gemuk yang berlumuran darah. Yoga pucat dan menganga. Perasaannya tidak enak.

Hendrik pun demikian. Dia mengerutkan kening, memprediksi. Tak berselang lama____

𝗦𝗿𝗲𝗲𝗽𝗽𝗽.

Hendrik membuka pintu mobil dan menongol keluar memastikan siapakah gerangan.

𝗧𝗮𝗸.. 𝗧𝗮𝗸... 𝗧𝗮𝗸.. Hendrik memajukan langkah perlahan, diselimuti rasa was-was. Ia menghampiri tubuh si wanita misterius yang posisinya membelakangi.

"Hati-hati tuan," Yoga memperingatkan dan gemetar.

"Hei nona___," Hendrik membalik tubuh wanita misterius yang ternyata adalah Adinda.

Hendrik membuntangkan mata dan melanjutkan mengguncang-guncang tubuh Adinda, "hei hei, apa kau masih hidup?"

Hendrik mendekatkan telinga, mendeteksi aliran nafas Adinda seraya memeriksa pembuluh nadinya.

𝗗𝗲𝗴𝗴𝗴𝗵!!

Hendrik tercengang dan seketika, "Yoga kemari dan cepat bawa masuk perempuan ini ke mobil!"

"Dia masih hidup!!" Perintah Hendrik yang secepat kilat membuat Yoga buru-buru berlari mematuhi kehendak Hendrik.

𝗧𝗮𝗽... 𝗧𝗮𝗽... 𝗧𝗮𝗽. Cekatan, Yoga mengangkat tubuh berat Adinda dengan penuh kekuatan walau hampir meretakkan tulang-tulangnya.

Yoga membopong Adinda ke mobil. Diekori oleh hendrik, yang menilik ke kanan dan kiri. Kira-kira oknum mana yang berani sekali bertindak begini.

Firasat Hendrik tidak pernah meleset. Ia yakin betul jika wanita gemuk yang diselamatkannya itu, pasti korban perampokan ataupun kekerasan.

...****************...

...****************...

𝗕𝗲𝗯𝗲𝗿𝗮𝗽𝗮 𝗵𝗮𝗿𝗶 𝗯𝗲𝗿𝘀𝗲𝗹𝗮𝗻𝗴___

Satu berita heboh, mencengangkan jagat dunia maya khususnya para pebisnis yang menyebar di seluruh penjuru bumi.

Di layar monitor televisi, sang reporter menuturi, "kabar berikutnya datang dari keluarga Alexander. Putri sekaligus pewaris tunggal Simsung Group yang 𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘥𝘢𝘯 wajahnya tidak pernah terekspos media, dinyatakan menghilang, setelah tiga hari tidak pulang-pulang ke 𝘬𝘦𝘥𝘪𝘢𝘮𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢."

"Sang suami Bram Alexander menyampaikan bahwa, sebelum menghilang Ny. Alexander diketahui healing ke suatu tempat wisata. Karena tidak kunjung mendapat kabar, Pak Bram 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 melaporkan peristiwa ini ke pihak berwajib untuk diselidiki. 𝘉𝘦𝘳𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱 𝘴𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘴𝘵𝘳𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘪𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪, 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪."

"𝘚𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘢𝘥𝘢 𝘪𝘯𝘧𝘰𝘳𝘮𝘢𝘴𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘴𝘰𝘢𝘭 𝘬𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢𝘢𝘯 𝘕𝘺. 𝘈𝘭𝘦𝘹𝘢𝘯𝘥𝘦𝘳. 𝘑𝘢𝘥𝘪 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶, 𝘬𝘦𝘯𝘥𝘢𝘭𝘪 𝘚𝘪𝘮𝘴𝘶𝘯𝘨 𝘎𝘳𝘰𝘶𝘱 𝘥𝘪𝘱𝘦𝘨𝘢𝘯𝘨 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘬𝘶𝘢𝘴𝘢 𝘩𝘶𝘬𝘶𝘮 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢 𝘈𝘭𝘦𝘹𝘢𝘯𝘥𝘦𝘳 𝘺𝘢𝘬𝘯𝘪 𝘗𝘢𝘬 𝘌𝘳𝘯𝘢𝘯𝘥𝘰, 𝘨𝘶𝘯𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘪𝘯𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘮𝘢𝘤𝘢𝘮 𝘨𝘰𝘯𝘤𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘺𝘪𝘮𝘱𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘥𝘪𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘱𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘩𝘢𝘢𝘯. 𝘚𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘣𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘸𝘢𝘬𝘪𝘭 𝘱𝘳𝘦𝘴𝘥𝘪𝘳 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘥𝘪𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘗𝘢𝘬 𝘉𝘳𝘢𝘮."

𝗧𝗶𝘁𝘁𝘁𝘁. Bram memantikan layar televisi dan menggerang kesal, "aghh! Mau selama mana sih aku harus menunggu, harta warisan Adinda beralih kepadaku?!!"

Bram mengacak-acak rambut frustasi.

Susi yang ada disebelahnya, menempelinya dan bersender kepala di pundak Bram, "Mas yang sabar ya. Kita kan sedang bersandiwara alih-alih mengikuti prosedur kuasa hukum keluarganya mbak Adinda."

"Bila seminggu Adinda belum ada kabar, maka otomatis separuh lebih kekayaannya akan menjadi milik kita. Kita cuma tinggal menunggu. Lalu setelahnya menuai tanpa ampun." Susi melebarkan senyum liciknya yang samar.

"Haaaiighh. Lagian kuasa hukum Adinda keras kepala banget! Tidak bisa diajak kerjasama. Emang apa yang bakal dia dapatkan dari seorang arwah gentayangan? Tck!" Gerutu Bram, mendengus kasar.

"Iya iya. Stay calm down. Yang penting, kita udah mastiin sendiri kalau Adinda tlah mati. Aku yakin tidak bakal ada yang menemukannya disana. Pasti sekarang, sebadan-badannya habis dimakan belatung. Hihihi. So, jangan khawatir." Susi menepuk-nepuk paha Bram menenangkan, "oh ya. Bukankah sejam lagi kamu ada jadwal wawancara di stasiun berita tv?"

Susi mengingatkan.

"Iya." Balas Bram singkat.

"Nah ayo dong kamu semangat! Dan perbanyak sandiwaranya, biar dalam waktu dekat kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan. Pokoknya Mas harus akting sebaik mungkin. Okay?" Susi menangkup wajah Bram dan tersenyum lebar.

Bram menarik nafas dalam-dalam dan kemudian mengeluarkannya perlahan, "haaaah. Baiklah. Makasih ya."

Raut Bram yang tadinya masam, akhirnya berubah senyuman. Tanpa berlama-lama, ia lantas menarik tengkuk leher Susi dan menciumnya lekat.

𝗖𝗵𝘂𝗽𝗽𝗽𝗽.

"Aku mencintaimu, Susi~"

Wajah Susi merah merona. Jantungnya berdegup kencang dan hasratnya melonjak-lonjak, "me too Mas. Ummmmuuah."

Susi mencium sekilas Bram dengan penuh kehangatan. Kemudian ia naik ke atas pangkuan Bram dan merangkulnya, "sebelum berangkat, kamu mau kita olahraga tiga ronde dulu enggak?"

Susi yang tak kuasa menahan denyutan serta gelitikan dibagian bawahnya, berbisik manis menggoda Bram.

Perkutut Bram mulai menegang.

Terlebih dikala terlena atas rayuan maut Susi yang nampak mengenakan pakaian mini, Bram kian terpancing, "tentu saja!"

𝗕𝗿𝘂𝘂𝗸𝗸.

Bram membaringkan tubuh Susi di sofa, "ayo kita bermain sebentar."

Bram melonggarkan dasinya dan ikat pinggangnya secepat kilat. Membuka satu per satu kancing kemejanya, lalu merobek pakaian Susi dengan buas.

𝗖𝗿𝗮𝗮𝗮𝗸𝗸.

"Auhhh, Mas. Kamu buas~ Tapi aku suka~" Pipi susi memerah panas dan Bram langsung menimpanya.

"Love you sayang~ Chuppp~" Pelan-pelan Bram mengarahkan ciuman-ciuman nakalnya ke bibir, pipi, dan leher Susi yang kini mengangkanginya.

Tangan Bram meliar ke segala arah. Meraba-raba tubuh menggoda milik Susi dan meremas-remas bola kenyalnya yang menggunung besar.

"Auhhh~" Susi mengigit bibir dan menengadahkan kepala, menikmati tindakan Bram. Matanya terbuka lalu tertutup secara bergantian, mengikuti irama kebuasan Bram.

Selepasnya, Bram menurunkan jemarinya masuk ke bagian dalam cd Susi. Tepatnya ke lobang gelap licin dan berbulu tipis.

Bram mencolok-colokkan ketiga jarinya brutal. Sementara mulutnya mengkenyot buah semangka Susi silih berganti.

𝗕𝗹𝘂𝗽... 𝗦𝗿𝘂𝘂𝘂𝗽𝗽.... 𝗕𝗹𝘂𝗽.

"Ahhh, sayang~Kamu nakal auuhhh, enak sekali~" Susi menggeliat dan melepaskan des'ahannya yang lembut.

Pergulatan itu terus berlanjut seiring berjalannya waktu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!