Bab 18: Suatu Peristiwa

Ayuma menghentikan mobilnya ke lapangan lapang dengan rerumputan tebal yang mengelilinginya. Tiada para pengemudi motor/mobil lain lewat ataupun rumah warga yang berjejeran. Sepi tanpa apa-apa, kecuali dirinya dan dua pemotor yang sedari tadi mengekorinya dari belakang.

Ayuma melirik ke spion mobil dan seketika tersenyum sengir, kala menemukan kedua lelaki bertubuh kekar itu turun dari kendaraan mereka. Seolah menunggu Ayuma ikut keluar juga dari dalam mobilnya.

Perkiraan Ayuma benar bahwa mereka bukanlah orang sembarangan ataupun pengendara yang nyasar. Melainkan keduanya adalah komplotan yang menjadikan dirinya sasaran.

"Sialan. Siapa yang mengutus manusia-manusia sampah itu?" Ayuma mencengkram kemudinya. Berargumen dalam pikirannya. Ia tersentak dan menyadari jikalau, "Ahhh. Apa jangan-jangan mereka adalah suruhan seseorang yang ingin sekali menyingkirkanku?"

Ayuma menyeringai sinis, "Cih! Sudah berani bermain kasar rupanya. Padahal aku masih ingin bersenang-senang."

Ayuma menurunkan pandangan ke tempat penyimpanan barang didalam mobilnya. Membukanya dan kemudian mengambil sebuah pisau lipat yang sangat tajam.

Sorot Ayuma langsung berubah tajam dan auranya menyala-nyala bagaikan kobaran api yang siap membakar seluruh isi bumi.

Cepat-cepat ia mengambil haluan badan, membuka pintu mobil lalu menongolkan diri. Menghadap kedua pria kekar nan bertato, yang berdiri tegak dihadapannya kini.

Trappppp.

"Katakan. Siapa yang menyuruh kalian??" Tanya Ayuma tanpa berbasa-basi lagi.

"Bwahahaha! Sangat tidak disangka-sangka jikalau anda cepat sekali menyadari keberadaan kami berdua." Balas pria kekar pertama memajukan langkah memasang badan, seraya memegangi balok kayu besar yang ditepak-tepaknya ke telapak. "Ternyata anda memiliki insting kuat yang tidak boleh diremehkan ya." Sambungnya menampakkan senyum jahat.

Ayuma berdecih remeh. Tetapi yang jelas tiada lagi senyuman terukir di wajahnya. Hanya raut seram dan perasaan yang menggebu terganggu karena perjalanannya menuju kantor dihalau.

Ia pun berkata, "Ooh jadi kalian tidak mau ngaku?"

Ayuma menggenggam erat pisaunya dan mengambil ancang-ancang.

"Kalau begitu, jangan salahkan aku berbuat semena-mena atau bahkan membunuh kalian!"

"Hiyakkk!!"

Ayuma berlari menghampiri lawan, hendak memberikan perlawanan. Begitupun sebaliknya.

Seperdetik berselang, pecahlah pergulatan antara mereka!

Bugh!!

Bugh!!

Bugh!!

Pertarungan berlangsung sengit.

Dimana Ayuma cuma bermodalkan tenaga serta bantuan benda tajam, mencoba menghajar lawannya yang bagaikan titan. Perbandingan yang amat jauh baik di bagian bobot tubuh maupun alat serbu, membuat Ayuma sedikit kesulitan.

Tapi hal tersebut tidak akan menciutkan nyalinya. Sebab setelah menjadi Ayuma, tidak ada rasa takut atau takluk kepada siapapun. Sesosok aslinya yang mulai tenggelam dalam penyamaran identitasnya sebagai Ayuma, telah lama tenggelam dalam masa lalu kelam.

Sekuat tenaga, dia mengerahkan seluruh kekuatan fisik serta kemampuan beladirinya sepenuhnya!

Bugh!!

Crankkk!

Bruaaakk!!

Gedubrakkk!!

Begitulah suara gebukan dan percikan benda-benda tajam, yang mewarnai suasana perkelahian. Seakan-akan menggambarkan bila Ayuma berhasil mencapai puncak kekuatannya, menyeimbangi musuh-musuhnya.

Cekatan dan ulet, Ayuma terus melancarkan aksinya. Menghindari serangan demi serangan lalu membalas balik dengan sesuatu yang lebih epik.

Energi yang terbentuk berkat proses latihan fisik dan kebugaran, perlahan-lahan menumpuk di ujung kaki serta tangannya.

Ia melesatkannya lewat kepalan tinju dan tendangan kaki yang pantang menyerah sebelum puas menggempur!

Baku hantam dua kubu itupun kian berlangsung selama berwaktu-waktu.

Sehingga sejam setelahnya, lawan Ayuma akhirnya terkalahkan dan tumbang tanpa perlawanan!!

Bruaaakkk!!

"Arggghhh!!" Mereka mengerang kesakitan. Tubuh keduanya sudah tidak dapat digerakkan. Sekujur tubuh mereka dipenuhi simbahan darah, goresan luka, serta lebam-lebam.

Sungguh suatu moment yang mengejutkan, ketika seorang wanita lemah menaklukkan gerombolan pria berbadan besar.

Ayuma sukses melumpuhkan lawannya. Meski dirinya juga terkena sedikit imbasnya. Sekarang penampilannya agak berantakan.

Ia yang tadinya berdandan rapi nan cantik, tau-taunya berubah jadi suram dan compang-camping.

Tetapi Ayuma tidak memperdulikan hal ini. Yang penting, lawannya telah tergeletak lemas tak berdaya di hadapannya!

Ayuma menghampiri pria-pria jahat itu dan menginjak salah satu tangan mereka dengan ujung high heelsnya yang tajam.

Greeepppp!!

"Arghhhh!!" Si pria menekik kesakitan dan badannya meronta-ronta, "tolong lepaskan kakimu! Kumohon!"

Ayuma tidak menggubris. Malahan ia menekan kakinya kuat, hingga membuat ujung high heelsnya tembus membolongi tangan sang lawan yang sekarang berteriak-teriak menderita, "AKHHHH!!"

Aura Ayuma terlihat dingin. Pandangan matanya diselimuti intimidasi. "Aku tanya kembali. Siapa yang memintamu untuk membuntutiku?"

Si pria belum berani bersuara.

Kekesalan Ayuma meluap. Iapun menuturkan, "apa kalian pikir aku tidak tahu kalau selama beberapa hari belakangan, kalian selalu memata-mataiku kemanapun dan kapanpun?"

Deggggg!!

Kedua pria asing tercenung dan melongo.

"Hei! Aku tidak sebodoh itu!!" Seru Ayuma yang sontak menggertak mereka dan memusatkan kaki, menyepak lawannya silih berganti.

PRAK!! PRAK!! PRAK!!

Ayuma lalu berjongkok dan mengapit erat kedua rahang pria-pria itu, sembari menyampaikan, "tidak masalah kalau kalian memilih bungkam. Karna aku sudah tau jelas siapa bos kalian."

Deggg!!

Keadaan semakin mencekam!

Ayuma lekas mengambil pisaunya yang tertaruh asal disana.

Dan tanpa berpikir panjang sambil mengucapkan, "selamat bersenang-senang di neraka!!" Ayuma menusuk-nusukkan pisau tersebut silih berganti di bagian leher keduanya, hingga tewas seketika dalam keadaan mengenaskan!

Jlep!! Jlepp!! Jleppp!!

Trappp.

Ayuma membuang pisaunya sembarang dan merentangkan badannya percuma di atas rerumputan yang dipenuhi genangan darah, untuk beristirahat sebentar.

"Hah... Hah.... Hah." Deru nafasnya memburu.

Matanya teduh menatap langit-langit cerah dan tak lama selepasnya ia melempar pandangan tersebut ke kedua tangannya yang berlumuran darah, "sialan. Sia-sia aku berdandan cantik dari rumah jika ujung-ujungnya kaya gelandangan." Gumamnya menutup kedua mata, merenung sejenak.

...****************...

...****************...

PT. Hen Futures.

Tak... Tak... Tak.

"Dudududu." Zahra nampak melajukan langkahnya melewati setiap lorong perusahaan menuju ke ruangan Hendrik, seraya bersenandung ria dengan sebelah tangan menenteng kotak bekal yang berisi makan siang penuh cinta.

Raut wajahnya kelihatan berseri-seri dan senyuman indahnya tiada henti terpatri, sehingga membuat orang-orang tak berhenti mengagumi.

"Whaaa. Dia calon isteri Pak Hendrik yang katanya model terkenal itukan? Astaga cantik sekali."

"Iya benar. Ditambah aku dengar bahwa sebentar lagi, dia akan segera merilis drama barunya yang tempat syutingnya berlokasi di China! Kyaaaaa."

"Benar-benar wanita berbakat yang pantas disandingkan dengan tuan Hendrik ya! Semoga dalam waktu cepat, mereka melangsungkan pernikahan. Aku tidak sabar mau melihat keduanya bersatu di atas pelaminan."

Bisik-bisik yang terlibat antar karyawan perusahaan yang tidak sengaja didengar oleh Zahra, seketika membuatnya perasaannya berdebar sekaligus senang.

Penuh semangat, dia cepat-cepat melajukan kaki ingin sekali bertemu sang pujaan hati yang kayanya sedang sibuk mengurus pekerjaan sana-sini.

Sesampainya di ruang kerja Hendrik, tanpa izin lagi ia membuka pintu.

Trappp.

"Sayang... Coba lihat aku bawa apa?" Ujarnya menerobos masuk dan melongok ke Hendrik yang ketara berdiri, memandangi arah luar jendela.

Hendrik diam membisu. Tapi ia sadar betul Zahra memasuki ruangan pribadinya. Ia memilih untuk tidak mengacuhkan kedatangan Zahra dan terus memusatkan matanya yang memicing tajam ke depan.

Zahra yang segan terhadap perilaku tak biasa dari sang tunangan, pelan-pelan memajukan kakinya mendekat.

Tak... Tak... Tak.

"Sayang kamu kenapa?" Lirihnya mengulurkan tangan, hendak memegang bahu Hendrik yang langsung dibalas dengan lirikan sinis.

Deggg!!

Haluan tangan Zahra terhenti. Wajahnya menganga akan respon Hendrik. "Ka... Kamu kenapa??"

Hendrik memutar haluan badan menghadap Zahra dan sesudahnya mengutarakan bila, "Harusnya aku yang bertanya. Anak siapa yang diam-diam kamu lahirkan?"

Degggg!!!

Zahra membuntangkan mata!

Detak jantungnya membabi-buta tak seirama!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!