Arian dalam perjalanan ke H&G Group. Di mana ada seseorang yang menunggunya.
Arian memarkirkan mobilnya. Masuk ke dalam H&G Group. Setelah masuk tatapan mata Arian tertuju pada dua orang pria yang tengah duduk berhadapan sembari meneguk minuman mereka.
"Yo, Arian. Kamu sudah tiba rupanya." ucap Rafael saat melihat Arian yang kini berjalan mendekati meja mereka.
"Kau hampir terlambat." ucap Carlson sembari melihat arloji yang ia kenakan.
"Yang penting aku tidak terlambat," ucap Arian dan melirik ke arah Rafael.
Rafael yang mendengar kata sindiran untuk itu, memutuskan angkat suara.
"Aku tahu. Kau tidak perlu mengatakannya," ucapnya meminum jus, lalu memesan lagi untuk dirinya dan Arian.
Rafael adalah satu-satunya orang yang sering sekali terlambat saat mereka bertiga mengadakan pertemuan, membuat Arian sering kali mengkritiknya yang hanya dibalas dengan senyuman oleh Rafael.
"Aku pikir kau tidak menyadari dirimu sendiri, El." ucap Carlson, sedikit menahan tawanya.
"Iya-iya. Aku tahu, aku tidak akan terlambat lagi lain kali," jawab Rafael, kembali meneguk jusnya yang baru saja tiba.
"Hey, Ran. Apa kau tahu?"
Carlson dan Rafael sering memanggil Arian dengan sebutan Ran. hal yang sempat di protes oleh Arian, tapi lama kelamaan ia pun bosan jika harus terus menegur sahabatnya itu. Jadi Arian hanya pasrah jika kedua sahabatnya memanggil dengan Ran, bukan Arian.
"Ada apa?" tanya Arian, mulai penasaran.
"Bibi Navira lagi-lagi meminta El untuk segera menikah. Kau tahu apa yang dia ucapkan pada ibunya?" Arian mendogak menatap Carlson.
"Apa?" Arian mulai menyesap kopinya yang mulai hangat.
"Dia mengatakan, jika dia akan menikah setelah kau menikah." ucap Carlson, membuat Rafael angkat bicara.
"Kenapa memangnya jika aku mengatakan itu?! Menurutku wajar saja aku berkata demikian. Arian sudah aku anggap seperti kakakku sendiri, masa aku mendahuluinya untuk menikah 'kan tidak mungkin."ucap Rafael.
"Kalau begitu menikah, lah."
Seketika Rafael dan Carlson menatap Arian.
"Bukankah aku sudah bilang. Jika aku akan menikah saat kau sudah menikah." ucap Rafael mulai meneguk jusnya.
"Aku sudah menikah." jawab Arian enteng, membuat Rafael memuncratkan jusnya hingga mengenai wajah Carlson.
Wajah Carlson berubah datar. Menatap malas ke arah Rafael.
Bukannya meminta maaf, Rafael malah langsung menanyai Arian tanpa memedulikan raut wajah sahabatnya yang mulai berubah.
"Apa?! Kapan? Kenapa kau tidak memberitahuku, juga bibi dan paman tidak memberitahuku jika kau sudah menikah?!" tanya Rafael berturut turut pada Arian.
Sementara Carlson sibuk membersihkan wajahnya dengan tisu akibat muncratan jus yang disebabkan oleh Rafael.
"Aku belum memberitahukan pada mereka."
Carlson dan Rafael membelalakkan matanya tidak percaya.
"Baiklah. Tenang-tenang," guman Rafael pada diri sendiri. "Jangan bilang jika kau meniduri anak orang, lalu menikahinya di kantor catatan sipil dan mencoba merahasiakannya pada orang tuamu, hingga waktu yang tepat tiba." Rafael menebak sambil meminum jusnya.
"Iya" jawab Arian.
Seketika Rafael sekali lagi memuncratkan Jus yang ia minum ke wajah Carlson, membuat Carlson memarahinya.
"Hey, El! Jika mau muncrat itu. Jangan ke wajahku. Tidak minta maaf lagi. Bisa-bisa semut akan memenuhi wajahku karena aroma jus milikmu itu. Aku pukul juga kau lama-lama." kesal Carlson, membuat Rafael membelalakkan matanya.
"Maaf. Aku tidak sengaja. Sumpah." ucapnya sambil mengangkat kedua jari tangannya membentuk huruf V.
Arian yang melihat hal itu, hanya mampu menahan tawanya agar tidak keluar.
Rafael kembali menatap Arian. Setelah membantu Carlson untuk membersihkan wajahnya dengan tisu.
"Kau beneran udah nikah, Ran?" tanya Rafael dengan raut wajah tidak percaya. Pasalnya yang dia tahu, Arian adalah tipikal orang yang tidak terlalu tertarik dengan wanita.
Ketika ada wanita yang mendekatinya, wanita itu tidak akan bernasib baik.
'Kasihan sekali wanita yang menjadi istri Arian. Bisa-bisa mati gantung diri karena tidak tahan dengan Arian yang notabennya super duper dingin gini. Benar-benar kasihan.' batin Rafael. Turut prihatin dengan wanita yang menjadi istri Sahabatnya yang ia kenal sama sekali tidak pernah bisa bersikap romantis.
Arian mengganguk, membuat Carlson turut angkat bicara.
"Kau serius sudah menikah?" tanya Carlson yang mulai penasaran. Bagaimana mungkin, Sahabatnya yang sudah ia anggap seperti saudara itu. Seseorang yang sama sekali tidak tertarik pada wanita. Tiba-tiba mengatakan, jika dirinya sudah menikah. Sungguh membuat Carlson menggeleng tak percaya.
"Apa aku pernah berbohong pada kalian?" Arian balik bertanya sembari menyesap kopinya.
"Dengan siapa!?" tanya Carlson dan Rafael bersamaan.
Untung saja saat itu sedang tidak ada orang. Jika tidak mereka pasti akan menjadi pusat perhatian.
"Kim Ana. Anak tunggal dari keluarga Kim," ucap Arian, membuat kedua sahabatnya terbelalak.
Arian telah mengetahui informasi tentang Ana. Mulai dari hal kecil seperti Hobi, makanan kesukaan. Hingga kebiasaan Ana pun sudah ia ketahui.
"Aku tidak menyangka, jika kau menyukai wanita yang polos seperti Nona muda dari keluarga Kim." ucap Rafael menggelengkan kepala tidak percaya. Jika selama ini selera Arian ternyata adalah gadis polos.
"Terus bagaimana? Apa kau benar-benar tidak ingin memberitahukan orang tuamu soal ini?" tanya Carlson.
"Aku akan memberitahukan hal ini, tapi bukan sekarang. Jadi ku harap kalian merahasiakannya dari mereka atau siapapun." ucap Arian menyesap kopinya hingga tandas.
"Baiklah. Kaiu tidak perlu khawatir, Kak. Aku tidak akan memberitahukan hal ini pada siapapun. Bahkan kepada orang tuaku sekalipun,"ucap Rafael dengan bangga.
"Hm, bilang saja jika kalau kau tidak mau menikah, jadi sudah pasti kamu tidak akan memberi tahukan hal ini pada orang tuamu, terutama ibumu. Karena dia akan langsung mendatangkan wanita pilihannya dan menikahkannya denganmu tanpa menunggu keputusanmu." ujar Carlson setengah menyindir.
"Iya. Aku mengakuinya. Jadi ku harap kau tidak akan memberitahukan hal ini pada siapapun, kecuali Arian yang mengatakannya."
"Arian tolong jangan terlalu cepat menggungkapkannya pada orang lain, ku mohon" lanjut Rafael memelas pada Arian dan Carlson.
"Baiklah." jawab keduanya bersamaan, membuat wajah Rafael berbinar.
Setelah lama berbincang-bincang dengan sahabatnya. Arian memutuskan untuk pulang karena jam sudah menunjukkan pukul 9 malam.
"Baiklah. Aku akan pulang sekarang," ucap Arian.
Seketika mendapat cibiran dari Rafael.
"Cih! Pengantin baru sudah ingin cepat pulang dan melakukannya dengan istrinya. Dasar Bucin" ucap Rafael setengah mencibir.
"Terima kasih untuk pujiannya. Aku pulang dulu, bye." Arian kemudian melangkah pergi.
Tiga puluh menit kemudian.
Arian tiba di apartemennya dan terkejut mendapati apartemen yang begitu bersih.
Dia berjalan memasuki kamar dan menatap Ana yang telah tertidur sangat lelap. Arian mendekati Ana. Menatap wajah cantik istrinya cukup lama, hingga ia membuka jas kemudian berbaring di samping Ana.
"Good night, my wife." ucap Arian, lalu mencium puncuk kepala Ana.
Entah apa yang dimimpikan oleh Ana, hingga ia tersenyum saat Arian mencium puncuk kepalanya.
Arian memeluk Ana dan sedetik kemudian dia terlelap.
Pagi hari tiba. Ana terbangun dari tidurnya dan terkejut mendapati sebuah tangan berada di atas perutnya. Ia membalikkan tubuhnya terdiam melihqt Arian yang tertidur, hingga sedetik kemudian, ia berteriak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Yona Eva
bos mafia pake kata DADAH uh imot nya haaaaa
2021-05-15
0
Ida Blado
gue kasihan ma carlson di sembur mulu, tpi gpp sih itung2 buang soal,,, hahahaha
2021-02-08
2
Titie Sariti
lupa punya laki 🤣🤣
2021-01-11
0