Perlahan Ana membuka kedua matanya yang terasa begitu berat akibat terlalu banyak minum.
Seketika Ana meringis pelan saat merasakan sakit di bagian bawahnya.
"Auw!"
Ana mengigit bibir bawahnya. Terdiam saat mengetahui, jika dirinya tidak mengenwkan sehelai kain di tubuhnya.
Kedua mata Ana terbelalak. Ia menelan kasar salivanya. Mencoba untuk mengingat hal apa yang terjadi.
Ana menyentuh kepalanya saat memori kejadian yang terjadi semalam berputar di benaknya, membuat wajahnya merona bak tomat.
Hal itu terus berputar di benaknya, membuat Ana tak henti-hentinya menelan kasar salivanya.
Seketika lamunan Ana terhenti saat mendengar suara gemericik air di dalam kamar mandi. Tiba-tiba Ana bangkit dan memungut pakaiannya, lalu memakainya. Dia tak lagi peduli soal rasa sakit yang ia rasakan pada bagian bawahnya. Di dalam fikirannya sekarang hanya satu. Dia harus segera meninggalkan tempat itu.
Setelah Ana selesai mengenakan pakaiannya. Ia bergegas keluar dari kamar itu tanpa melihat ke belakang. Meski ia menabrak seseorang, Ana hanya meminta maaf lalu pergi.
"Bukankah itu wanita yang tadi malam mabuk, ya? Kenapa dia berlari seperti itu?" Kimso mengedikkan bahu acuh. Tak ingin memusingkan hal itu. Kimso bergegas untuk membersihkan ruangan Tuannya, takut jika Sang Tuan mengetahui dirinya memberikan kamar tersebut pada orang lain. Dirinya pasti akan dipecat saat itu juga.
Sementara di sisi lain. Seorang pria sedang membersihkan diri di kamar mandi. Pria itu belum mengetahui, jika seseorang telah pergi tanpa berpamitan padanya. Sosok pria itu bernama Arian Li.
Tanpa henti Arian terus mengingat kejadian panas yang ia lakukan bersama seorang wanita tadi malam.
***
Arian Li satu-satunya penerus perusahaan terbesar se-Asia yang menduduki posisi pertama dari 5 besar perusahaan dengan penghasilan miliaran perbulan.
Arian juga memiliki perusahaan miliknya sendiri.
H&G GROUP adalah Sebuah Club ternama yang didirikan oleh Arian diusianya yang baru menginjak 16 tahun saat itu, dan sekarang usia Arian sudah 24 tahun. Sudah 8 tahun sejak berdirinya perusahaannya itu. Perusahaan yang hampir menyaingi perusahaan Ayahnya sendiri.
Sosok Arian adalah tipikal pria yang tidak terlalu tertarik dengan wanita. Bukan berarti dia gay, ia hanya malas meladeni para wanita yang menurutnya menyebalkan.
***
Beberapa jam sebelumnya.
Kedua bola mata Arian terbelalak saat merasakan kecupan di bibirnya.
Ana yang dalam keadaan setengah sadar menarik leher Arian, hingga bibir mereka kembali bertemu. Sebelum kewarasan Arian hilang. Ia segara menarik kapalanya dan ciuman mereka pun terlepas.
Belum sempat Arian melangkah menjauh. Ana menarik tangan Arian secara tiba-tiba, membuat bibir mereka kembali menyatu. Arian tidak tahu kenapa tiba-tiba dirijya seperti tidak memiliki tenaga saat mencoba menghindari wanita itu.
Setelah beberapa kali gagal, akhirnya Arian menyerah dan mulai menikmati perlakuan Ana yang sedari tadi tidak berhenti untuk menciumnya.
Arian mulai mengakses setiap inci dari tubuh Ana. Di mulai dari bibir, hingga perlahan turun ke leher jenjang Ana. Meninggalkan tanda kemerahan di sana. Tangan Arian tidak tinggal diam. Ia mulai melepaskan satu persatu pakaian Ana dan kini Ana pun tidak mengenakan satu kain pun di tubuhnya.
Melihat Ana yang tanpa busana, membuat Arian menegang. Arian menarik handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya, hingga kini ia tidak memakai sehelai kain di tubuhnya.
Arian kembali mencium setiap inci tubuh Ana, hingga Ana mulai mengeluarkan suara ******* yang membuat Arian semakin menegang.
"Ah!" desah Ana saat Arian menciumi lehernya.
Tanpa pikir panjang Arian mulai bersiap di posisi.
Saat milik memulai aksinya, secara tiba-tiba Ana meringgis kesakitan.
Arian mendogak. Menatap wajah Ana yang kini meringis sambil terisak saat ia mulai mengerakkan tubuhnya.
Seketika Arian terdiam saat melihat ada bercak darah di sepreinya. Tidak kama kemudian, seutas senyum terukir di wajah tampannya.
Arian sedikit menunduk. Membisikkan sesuatu di telinga Ana.
"Aku akan bertanggung jawab," bisik Arian di sela-sela kegiatannya.
******* demi ******* keluar dari bibir Ana, membuat Arian semakin mempercepat tempo gerakannya. Entah sudah berapa kali Arian mencapai kenikmatannya dan membuang cairannya di rahim Ana.
***
Arian keluar dari kamar mandi setelah selesai dengan kegiatan mandinya. Betapa terkejutnya Arian saat melihat sudah tidak ada siapa pun di dalam kamar itu. Arian mulai mencari keberadaan Ana, hingga tiba-tiba pintu terbuka.
Seketika Kimso terdiam dengan mata terbelalak saat membuka pintu kamar bosnya. Ia menelan kasar salivanya melihat sang Bos yang kini berdiri di samping tempat tidur dengan memakai handuk dan menatapnya dingin.
'Matilah aku. Tuan sudah pulang. Bagaimana ini?' batin Kimso yang mulai menelan salivanya dengan susah payah.
"Tuan ... Anda sudah pulang?" ucap Kimso yang masih berdiri di ambang pintu.
Arian hanya diam dan mulai berjalan mendekati sofa, lalu duduk sambil menyilang tangannya di depan dada.
"Duduk." ucap Arian, membuat Kimso gemetar ketakutan.
Tanpa mau membuat Atasannya marah. Kimso pun duduk berhadapan dengan Arian yang masih memasang wajah tanpa ekspres.
'Matilah aku. Tuan benar-benar sudah marah.' batin Kimso tak berani menatap mata Arian.
Ruangan itu di penuhi oleh hawa dingin yang membuat Kimso seperti ingin mati kedinginan.
Tanpa menunggu lama Kimso pun mulai membuka suara.
"Saya bisa jelaskan, Tuan."
"Baiklah, katakan." Ucap Arian yang mulai membuat Kimso mengangkat kepalanya dan menatap iris mata biru Arian.
Kimso mulai menceritakan semua pada Arian. Mulai dari awal hingga akhir, membuat raut wajah Arian perlahan berubah menjadi lebih tenang.
"Saya benar-benar minta maaf, Tuan. Saya tidak akan mengulanginya lagi." ucap Kimso sambil membungkukkan badannya.
"Tidak apa-apa. Semuanya sudah terjadi, lagi pula tidak ada yang bisa disesali."
"Oh, iya. Bisa kau cari tahu tentang wanita itu?" ucap Arian di saat ia mulai memakai kemejanya.
Kimso mengeryitkan alisnya, "Wanita yang mana?" tanyanya.
Seketika Arian menghentikan kegiatannya. Menoleh dengan tatapan malas ke arah Kimso.
"Kimso ... ada berapa wanita yang tidur di kamarku?" tanya Arian sambil memasang senyum yang membuat Kimso merinding.
"Baik, Tuan. Segera saya laksanakan." Kimso bergegas berjalan keluar dari kamar.
Arian mengelengkan kepalanya mendapati tingkah tangan kanannya itu. Saat Arian kembali memasang kancing kemejanya. Tanpa sengaja ia melihat bercak darah yang ada pada seprei, membuat seutas senyum terukir di wajah tampannya.
Di tempat lain. Ana terus berlari keluar, hingga akhirnya bertemu dengan Sarah yang baru saja tiba untuk menjemputnya.
Sarah tersenyum melihat Ana yang sudah berdiri di hadapannya. Sarah ingin melangkah untuk memeluk Ana. Namun, tanpa diduga Ana berlari menuju pintu mobil dan masuk.
Kening Sarah mengeryit. Menatap sahabatnya dengan tatapan aneh. Wanita itu tersentak saat Ana tiba-tiba berbicara.
"Kita pulang sekarang." ucap Ana, membuat Sarah segera masuk ke dalam mobil.
Di tengah perjalanan Sarah terus memperhatikan Ana yang hanya diam tanpa suara.
Di dalam hati Sarah tak hentinya bertanya. Kenapa temannya ini hanya diam tidak seperti biasanya? Dan lagi pakaiannya berantakan. Bahkan sampai memakai syal di lehernya. Apakah dia kedinginan? Itulah yang terlintas dalam pikiran Sarah.
Sarah tersentak saat Ana membuka suara, membuat ia semakin mengerutkan keningnya bingung.
"Bisakah kita ke apartemenmu?" tanya Ana.
Tanpa pikir panjang Sarah melajukan mobil itu ke apartemen miliknya.
Sesampainya mereka di apartemen. Ana bergegas berlari menuju kamar dan membersihkan diri.
Ana sering menginap di Apartemen Sarah dan Ana juga menyimpan separuh pakaiannya. Agar ketika dia datang kembali ke apartemen itu, ia tidak perlu lagi meminjam pakaian milik Sarah.
Saat berada di dalam kamar mandi. Ana menatap pantulan dirinya di cermin, di mana lehernya memiliki beberapa tanda kemerahan.
Ana memejamkan mata. Menarik napas dalam untuk mengusir semua hal yang hinggap di benaknya. Wanita itu bergegas untuk segera menyelesaikan mandinya dan keluar.
Ana berniat memberi tahu pada Sarah soal kejadian yang menimpanya. Bagi Ana,
Sarah sudah seperti saudarinya. Setiap Ana memiliki masalah, ia selalu menceritakannya pada Sarah dan Sarah pun mendengarkannya atau bahkan memberi saran untuknya.
Saat Ana selesai mengenakan pakaiannya, ia pun keluar dan mendapati Sarah yang tengah mempersiapkan sarapan.
"Sarah." panggil Ana.
Sarah menoleh. Betapa terkejutnya ia saat melihat ada bekas kemerahan di leher Ana, membuat ia seketika berteriak.
"ASTAGA!" Teriak Sarah menghampiri Ana.
"Astaga, Ana! Bagaimana ini bisa terjadi? Siapa yang melakukan ini padamu?" teriak Sarah dan terus bertanya tanpa henti pada Ana.
Melihat sahabatnya terdiam. Sarah meminta Ana untuk duduk terlebih dahulu.
"Kamu duduk dulu." ucap Sarah agar Ana duduk di kursi dan melanjutkan perkataannya. "Bagaimana ini bisa terjadi, Na? Apa jangan-jangan ini ulah pelayan yang tadi malam?" tanyanya pada Ana, tapi tidak mendapatkan jawaban apapun.
"Brengsek! Berani banget dia ngelakuin ini sama kamu. Padahal tadi malam aku udah minta buat jagain kamu malah jadi kayak gini!" kesal Sarah yang mulai emosi melihat kondisi sahabatnya.
Mendengar hal tersebut, Ana dengan ragu membuka suara dan berusaha untuk menjelaskan semuanya pada sahabatnya itu.
"Itu bukan salah dia, Sa."
"Lalu siapa?" tanya Sarah.
Perlahan Ana mulai menceritakan pada Sarah. Awalnya Ana hanya setengah sadar, tapi saat ia merasakan sakit di bagian bawahnya. Kesadarannya pun kembali.
Ana mulai menceritakan semuanya perlahan pada Sarah. Di mana ia lari karena ketakutan, hingga akhirnya bertemu dengan Sarah.
Sarah tiba-tiba berdiri dari duduknya, membuat Ana mengarahkan pandangannya pada sahabatnya itu.
"Kita harus minta pertanggung jawabannya."
"Tapi Sa--" ucap Ana sambil menundukkan kepalanya.
"Na ... dia harus tanggung jawab. Dia udah ambil hal yang udah kamu jaga selama ini, jadi dia harus bertanggung jawab. Dia harus nikahin kamu!"
Ana terbelalak mendengar ucapan Sarah.
"Tapi Sa--"
"Tidak, Na! Kita harus segera ke sana sebelum pria itu pergi. Kamu tenang aja ada aku, kok." ucap Sarah menyakinkan Ana.
Setelah mendapatkan anggukan dari Ana, mereka pun bergegas kembali ke club' tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Marlina
syukaaa
2024-04-04
0
คภ๔ค รเคקค คкย Շเ๔คк кєภคɭ
klu dipikir² sih sarah tetap salah, karna ninggalin ana di club, bukan ninggalin lah nitip gitu lah. coba bayangin sempat om² yang masuk gimana?
2021-08-06
0
Vivianvellanie
masih nyimak
2020-09-17
2