"Daddy,!" seru Kaysar ketika melihat daddynya begitu pintu lift rumah sakit terbuka. Helinya langsung mendarat di roof top rumah sakit
Jantung Kaysar makin cepat berdebar. Dia sudah ngga bisa menenangkan dirinya lagi. Tadi dia langsung melompat dari dalam heli dan berlari kencang ke arah pintu lift yang sedang ditahan Zayn dan Jeff yang berdiri di sana
Fazza, Nathan dan Eriel juga cepat menyusul.
Firasat Kaysar makin mengerikan. Jantungnya seakan mau melompat. Di dalam pikirannya cuma satu, Umay dan anak yang dikandungnya sedang ngga baik baik saja.
"Tenang, Kay. Tenang."
Bagaimana Kaysar bisa tenang. Mata Daddynya sudah memerah. Om Kalil dan Om Kendra yang berada di samping Kenan-Daddy Kaysar kini saling tatap dengan putra putra mereka yang menyusul di belakang Kaysar.
Kaysar menepis pelukan Kenan, dia menatap semua orang yang ada di situ dengan tatapan nanar.
"Aku mau ketemu Umay!" bentaknya menggelegar.
Hening.
"Ayo, ikut opa." Alva yabg datang tergopoh gopoh bersama Glen setelah mendengar keributan ini, segera menarik tangan Kaysar dan membawanya pergi dengan langkah cepat.
"Umay ngga apa apa, kan, Opa....." Mata Kaysar memanas. Langkah kakinya terasa ringan mengikuti langkah cepat medua opanya.
Sementara yang lain mengikutinya dari belakang dengan sorot mata ngga terbaca.
Kaysar terkejut melihat kerumunan di ruang ICU. Kakinya seperti terpaku.
Maminya dan umi Umayra baru saja keluar dari ruang ICU. Keduanya sedang menyusut air matanya.
"Kay," panggil maminya perlahan dan langsung menghambur ke arahnya.
Kaysar ngga menjawab. Situasi ini membuatnya ingin lari. Dia ngga ingin masuk. Dia seolah sudah tau apa yang akan dia hadapi di dalam ruang ICU nanti.
Tapi sepasang kakinya terlalu lemah untuk dia langkahkan buat melarikan diri. Hampir saja dia jatuh berlutut kalo mami dan umi ngga menahan bahunya.
Oma Aruna langsung mendekatinya bersama Omanya Tamara.
"Ayo, nak. Umay sudah menunggu kamu," ucap Aruna yang pipinya sudah sangat basah. Begitu juga Tamara. Bahkan dia sempat memeluk tubuh Kaysar yang membeku sesaat sebelum mereka menggiringnya memasuki ruang ICU.
Mami dan Umi juga mengikut Kaysar. Tapi mereka berdiri agak jauh dari Kaysar bersama Aruna dan Tamara.
Kaysar segera mendekati tubuh yang sudah penuh dengan selang medis.
Perutnya sudah rata.
Putri kita sudah lahir?, batinnya sambil menggenggam tangan Umayra. Anehnya malah tangannya yang terasa dingin.
Seolah tau Kaysar sudah datang, sepasang mata lentik yang terpejam itu terbuka perlahan.
Senyum manisnya terkembang walaupun di bibirnya ada alat bantu medis.
"Apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa begini?" Kaysar merasa dia sudah jadi suami paling tolol sedunia karena ngga paham betapa menderitanya istrinya.
Kaysar mendekatkan wajahnya ketika bibir Umayra tampak bergerak gerak dan suaranya sangat perlahan terdengar.
"Put putri ki ta....cantik."
Kaysar terdiam. Kemudian dia mengecup kening Umayra.
"Kamu sudah lihat?"
Umayra menggelengkan kepalanya.
Umi dan mami mendekat. Umi memberikan tabnya yang berisi foto bayi perempuan yang masih berada di dalam inkubator.
"Ini, putri kalian." Air mata Mami dan Umi pun tumpah.
Begitu juga air mata Umayra yang mengalir perlahan. Matanya terpaku pada sosok kecil itu. Ada kelegaan di wajahnya, karena bayi mereka masih baik baik saja, walaupun berada di dalam ruang inkubator
Ada desiran hangat di dada Kaysar saat melihat putrinya. Bayi perempuannya tampak lemah. Sama seperti istrinya. Mata Kaysar sudah berubah jadi telaga.
Dia akan kehilangan putrinya juga? batin Kaysar memberontak, ngga terima.
Setelah itu keduanya agak menjauh. Bahkan Abi Umayra juga ada di sana.
"Dia cantik seperti dirimu, sayang. Cepat sembuh. Aku ngga akan sanggup sendirian mengurusnya."
Tangan Kaysar mengusap air mata Umayra yang tambah deras mengalir. Tapi senyum manisnya pun masih terukir di bibirnya.
"Kamu harus ngasih tau ke putri kita, gimana caranya kalo nanti bertemu pria brengsek seperti daddynya kalo udah besar nanti." Kaysar terus berbicara sambil menghapus air matanya.
Sementara air matanya pun udah mengalir perlahan. Dia rasakan genggaman Umayra semakin lemah.
"Kamu tau Eriel dan Jeff, kan.... Aku khawatir putra putra mereka akan mengganggu putri lembut kita. Di tambah lagi anak Zayn juga laki laki. Putri kita ngga ada temannya," keluh Kaysar kemudian menunduk lagi untul.mencium pipi istrinya. Lembut dan pelan.
"Jangan pergi, aku mohon.....," bisiknya di dekat telinga Umayra.
"Bim bing a aku......."
"Tidak Umay. Tidak. Kamu jangan becanda."
Hatinya semakin ciut. Ngga mungkin dia ditinggalkan Umay, kan?
Kaysar ingin berteriak. Kenapa?
Umayra mencoba mengeratkan genggamannya yang semakin lemah. Matanya menatap penuh permohonan.
Tapi Kaysar tetap menggeleng. Dia lebih baik membiarkan semua alat medis terpasang di seluruh tubuh Umayra-istrinya, agar istrinya tetap hidup. Kaysar ngga akan sanggup ditinggalkan Umayra.
Ngga lama terdengar langkah pelan yang mendekat. Ternyata abi Umayra.
"Biarkan abi yang menuntunnya."
Kaysar memberikan tatapan protesnya. Dia belum rela kehilangan Umayra. Terbayang lagi kebersamaan mereka yang sangat singkat.
Kenan pun mendekat dan merangkul bahu putranya, begitu juga Adeeva-istrinya.
"Ikhlaskan....." Kenan terpaksa mengucapkannya. Kalo dia jadi Kaysar pun, dia ngga akan sanggup menghadapinya.
Bahu Kaysar bergetar melihat Umayra dengan perlahan mengikuti lafaz yang abinya ucapkan.
Kaysar pun melepaskan rangkulan daddynya. Duduk di dekat Umayra sambil membawa tangan istrinya yang digenggamnya ke pipi dan bibirnya. Sebelah tangannya lagi mengusap lembut puncak kepala Umayra yang masih tertutup hijabnya.
Hingga akhirnya mata Umayra tertutup dengan bibir yang masih mengulaskan senyum manisnya.
Tangisan pun pecah di sana. Kaysar memeluk daddy sangat erat. Suaranya hilang entah kemana. Hanya air mata yang mengalir tiada henti.
*
*
*
Kaysar masih menatap jenazah istrinya yang sudah terbujur kaku. Tapi tubuh itu masih hangat. Umayra seperti tertidur.
Tubuh Kaysar membeku di sana. Diusapnya lagi lengan lembut yang masih hangat itu.
"Kamu tega, Umay. Aku, nih, laki, aku ngga mungkin bisa mengurus putri kita setelaten kamu."
Kaysar menghela nafas agar air matanya ngga tumpah lagi. Dia harus tampak kuat di depan Umayra. Dia yakin saat ini Umayra masih mendengarnya.
Kaysar menghembuskan nafas berat sarat beban.
"Bukan putri kita saja yang harus diurus sama kamu, sayang. Tapi aku juga. Nanti siapa yang akan mengambilkan kemeja kerjaku. Siapa yang akan menalikan dasiku. Kamu, kan, tau, Umay, aku malas sekali melakukannya. Bukannya itu tugas kamu." Kaysar mencoba tersenyum. Dia masih merasa Umayra masih ada di dekatnya. Matanya terasa panas lagi.
Ingatannya kembali pada saat dia mulai bekerja lagi setelah menikah. Dirinya yang selalu tampil tanpa dasi, saat itu penampilannya berubah seratus delapan puluh derajat.
Selalu ada dasi yang dengan warna yang pas dengan kemeja, celana kain dan jasnya, terpasang di krah lehernya.
Semua karena Umayra yang begitu telaten mengurusnya. Kaysar sama seperti bayinya, ngga bisa apa apa tanpa Umayra.
Fazza, Nathan, Eriel, Jeff, dan Zayn menatap dengan tatapan sedih yang luar biasa. Mereka bisa merasakan perasaan kehilangan Kaysar.
"Aku ngga kuat lihatnya." Eriel langsung melangkah menjauh. Fazza mengikuti langkah Eriel, takut dia berbuat macam macam.
Benar saja, di tempat yang agak sepi, Eriel langsung mengamuk.
BUK
BUK
BUK
Eriel meninju pilar penyangga dengan keras. Kulit buku buku tangannya mulai memerah, ada yang terkelupas dan mengeluarkan tetesan darah.
"Kenapa?!" Mata Eriel terlihat memerah. Air mata sudah menggenang penuh di sana. Dia menatap Fazza dengan perasaan yang ngga kalah hancur dari Kaysar.
Fazza yakin, kalo Nathan ada di sini, dia pasti merasa posisinya ketukar dengan Eriel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Saadah Rangkuti
Mengandung banyak bawang thor 😭😭😭
2024-07-07
0
Mahyuni Suanti
ya allah dada kuuu sesekkkk baca ini thorr.😓
sampekkk 😭😭😭
2024-06-26
1
Emi Lia
aku nyesek banget bacanya😥😥
2024-05-17
1