Bangkit dari kesedihan

"Ini ngga adil, Fazz. Kaysar baru sebentar bersama Umay. Putri mereka bahkan baru saja lahir," marah Eriel sulit untuk mengendalikan dirinya.

Fazza menghembuskan nafasnya perlahan. Dia menatap jauh ke langit. Terdiam beberapa saat.

"Kita jangan biarkan Kaysar sendirian. Kita harus bantu dia agar ngga terlalu dalam rasa sedihnya. Dia harus merawat putrinya."

Tubuhnya melosoh ke lantai. Kedua kakinya ditekuk. Kedua tangannya mengetok kepalanya berulang kali.

Fazza mengambil kotak rokok dari sakunya.

"Mau?"

Eriel langsung mengambil satu dan menyalakannya.

Begitu juga Fazza. Dia amat sangat jarang merokok, kecuali dalam keadaan menyesakkan seperti ini. Dia butuh untuk menenangkan sarafnya yang tegang.

*

*

*

Setelah cukup lama tepekur di tanah merah penuh bunga tempat peristirahatan Umayra, Kaysar melajukan motornya ke rumah sakit. Tentu saja sahabat sahabatnya mengekorinya dari belakang.

Mereka akan memberikan Kaysar waktu sendiri, tapi tetap mengawasinya.

Kaysar ternyata ke rumah sakit. Saat ini dia berdiri di balik kaca tempat putrinya dirawat.

Menatap sedih ke arahnya. Para dokter juga sedang berjuang agar bayi perenpuan yang belum genap berumur tujuh bulan saat dilahirkan itu bisa bertahan.

Ngga nyangka kanker istrinya mengalami metastasis. Penyebarannya terlalu cepat.

"Umayra ngga mau bayinya kenapa napa, karena itu dia menolak dioperasi caesar.Tapi ternyata tubuhnya ngga kuat, padahal tujuh bulan bayinya hanya nunggu beberapa hari lagi." Demikianlah penjelasan maminya sambil terisak.

Tapi waktu itu Kaysar bergeming. Ngga memberi respon apa pn. Semua terasa kosong dan hampa. Hanya sesekali air matanya masih saja mengalir dan dihapusnya tanpa rasa apa pun.

Fisiknya masih hidup tapi jiwanya sudah mati rasa. Yang ada hanya sepi dan sunyi. Tidak ada sinar kehidupan terpancar dari sepasang matanya. Sinarnya sudah semakin meredup dengan kepergian Umayra ke tempat istirahat terakhirnya.

Penyebaran kanker Umayra sama sekali ngga terduga. Tante Khanza pun tiada henti hentinya menyesali keteledoran dirinya. Begitu juga dokter Martha yang merupakan sahabat istrinya. Mereka berdua merasa bersalah yang amat sangat karena ngga langsung curiga melihat keadaan Umayra yang semakin lemah.

Harapan hidup Kaysar kini tinggal satu, yang merupakan hadiah terindah dari Umayra. Semua kenangannya tentang istinya ada pada bayi mungil itu.

Umay, putri kita pasti kuat, batin Kaysar menguatkan hati dan harapannya.

Fazza mendekat. Juga yang lainnya. Tatap mereka sama ke arah bayi yang berada di dalam box inkunbator.

"Cantik anak mu, Kay," puji Fazza perlahan.

"Iya. Cantik banget," timpal Nathan.

"Dia satu satunya perempuan di antara anak anak kita," sambung Zayn.

"Jangan khawatir, Kay. Theo sm Quin akan jaga anak kamu baik baik. Akan aku puntir telinganya kalo gangguin anakmu yang cantik ini," jelas Jeff panjang lebar.

"Si Sean nanti juga dikasih tau, Riel," tukas Zayn mengingatkan.

"Iya. Aku jamin Sean bakal seperti Shaka dan Shakti," kilah Eriel membela putra bungsunya.

"Ngomong ngomong, siapa namanya, Kay?" tanya Zayn.

"Belum tau. Masih aku pikirkan."

Fazza dan sahabat sahabatnya saling menoleh dan menatap Kaysar tersenyum lega, setelah mendengar suara Kaysar memberikan responnya. Sejak Umayra dinyatakan meninggal dunia hingga dimakamkan, Kaysar belum pernah membuka mulutnya untuk memperdengarkan suaranya

"Tenang, Deva sama Dewa bakal ikut jaga putrimu. Kalo Zean macam macam, biar di hajar," ledek Nathan.

"Enak aja. Sean ngga mungkinlah nakalin satu satunya perempuan di circlenya," sangkal.Eriel gemas dengan kata kata para sahabatnya.

Kenapa mereka ngga percaya kalo anaknya bakal jadi anak yang baik.

Emang anaknya bakal senakal apa, batin Eriel ngga abis pikir dengan perasaan gedeg.

*

*

*

Lima Tahun Kemudian.

Kaysar masih terpekur di makam Umayra. Rasa sakit kehilangan masih nyata terlihat di sepasang mata kelamnya.

"Umay, aku dan Ziza datang," gumamnya perlahan.

"Daddy, bunganya aku taburkan, ya." Seorang anak perempuan kecil yang mengenakan hijabnya menoleh padanya.

Putri kesayangannya.

"Iya, sayang." wajah lelah laki laki itu berusaha tersenyum lembut.

Anak perempuan kecil yang berwajah cantik menggemaskan itu langsung menaburkan bunga bunga yang ada di dalam keranjang.

Kaysar terus memperhatikan dengan tatapan sedih. Harusnya Umay melihat putrinya. Sekarang dia sudah sangat cantik.

Umay, aku sudah berusaha sekuat yang aku bisa mengurus putri kita. Tapi memang masih banyak kekuranganlah dibanding kalo kamu masih ada yang merawatnya.

Umay.... Aku rindu

Kaysar memejamkan mata, manahan airan bening yang akan keluar dari kelopak matanya

CUP

Kaysar tersenyum saat mendapat ciuman lembut di pipinya.

"Ini, gantian daddy." Senyum putrinya tampak jenaka sambil mengulurkan keranjang yang masih tersisa bunga separuhnya. Kaysar tersenyum sambil menuruti kata kata putrinya.

"Ayo, kira do'akan, mami."

"Ya, daddy."

Ngga lama kemudian keduanya bangkit dari duduknya. Kaysar menggandemg tangan mungil putrinya.

Umay, aku dan putri kita pulang dulu.

"Daag mamii..." putrinya melambaikan tangannya, Itu sudah jadi kebiasaan sejak pertama kali Kaysar mengajaknya berkunjung. Kala itu umurnya tiga tahun.

Kadang Kaysar sempat berpikir aneh, kalo putrinya memang sedang melambaikan angannya pada Umayra. Kaysar juga sering berbuat konyol, dengan memberikan senyumnya pada objek kosong yang diberi lambaian tangan putrinya.

"Tadi di sekolah ngapain aja?" Kaysar bertanya sambil memasangkan seatbelt putrinya.

"Daddy, Sean dan Theo nakal. Untung ada Quin," lapornya sambil tertawa dengan mata berbinar.

"Sean dan Theo ngapain?" senyum Kaysar melebar.

"Pensilku ditarik tarik, padahal aku lagi gambar pohon," adunya lagi. Tapi ngga ada kesan kesal di matanya.

Kaysar jadi teringat Umayra yang selalu sabar menghadapi tantrumnya dulu.

"Untung Quin datang buat ngusir Sean dan Theo," tawanya lagi mengingat bagaimana Quin menjewer telinga keduanya dan membawanya pergi ke luar kelas.

"Deva, Dewa dan Zian ngga bantu?" Kaysar mengabsen si kembar Nathan dan putra tunggal Zayn.

"Mereka lagi maen bola."

"Sean, Theo sama Quin ngga maen bola?" Kaysar tambah penasaran dengan penjelasan sepotong sepotong dari putrinya

"Maen, sih, Dad. Tapi katanya haus, jadi ke kelas, ambil botol minum."

"Ooo.....Kamu di kelas aja? Ngga ke kantin? Ngga lapar?" Seingatnya gadis kecilnya sudah membawa bekal sandwich dan uang jajan yang lumayan banyak.

Kasar sudah menjalankan mobilnya meninggalkan kompleks area pemakaman.

"Malas,,daddy. Kan, ada bekal."

"Masa ngga lapar lagi siangnya?" tanya Kaysar lagi heran.

"Lapar, sih. Tapi Deva tadi ngasih kue buatan maminya. Kuenya enak, Dad," kekeh Ziza.

"Ya, ya."

Kaysar melengkungkan sedikit bibirnya sambil membelai puncak kepala putrinya dengan tangannya yang bebas.

Sahabat sahabatnya memang sudah berusaha menepati janjinya akan membuat anak anak mereka menjaga Ziza-putrinya. Tapi memang yang masih suka usil dan jahil Sean dan Theo.

Eriel dan Jeff selalu berdebat karenanya. Tapi ngga masalah buat Kaysar. Karena gangguan mereka sepertinya masih wajar. Ziza juga ngga terlalu nganggap hal tersebut berlebihan.

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

setuju ayo bangkit 👍

2024-05-05

1

🌻⃟M€nTa_Ry🌞⃠

🌻⃟M€nTa_Ry🌞⃠

Ziza paling cantik sendirian
Dikelilingi Cogan

2024-04-30

1

🌻⃟M€nTa_Ry🌞⃠

🌻⃟M€nTa_Ry🌞⃠

Anaknya Kay paling cantik sendirian nih
Di kelilingi Cogan

2024-04-30

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!