Dalam Pelukan Dosa

Dalam Pelukan Dosa

Chapter 1 - Malam Itu

“Ini gue gak mungkin hamil, kan?”

Alana menatap pantulan wajahnya di cermin wastafel. Ketakutan menghiasi wajahnya yang pucat karena sejak tadi pagi muntah-muntah hingga membuat tubuhnya lemas.

“Gak, gak, Lana, lo gak mungkin hamil. Lo… lo cuma kecapekan aja kok. Iya, lo cuma kecapekan, makanya lo sakit,” ucap Alana pada dirinya sendiri. 

Alana mencoba menepis pikiran negatif yang melintas di otaknya.

“Tapi kenapa gue gak haid juga?!”

“Lana!”

“Eh?”

Menyadari suara mama yang memanggil namanya, Alana segera membasuh wajahnya kemudian keluar dari kamar mandi untuk menemuinya.

Saat pintu kamar mandi terbuka, terlihat Dewi, mama Alana sedang duduk di atas tempat tidurnya menghadap pintu kamar mandi.

“Loh? Lana? Kok kamu pucat banget? Kamu sakit?” tanya Dewi dengan suara khawatir. Dia berdiri mendekati Alana.

“Dikit, Ma. Tapi gak papa kok.”

“Ke rumah sakit aja ya, ayo!”

Alana menggeleng pelan. “Gak perlu, Ma, Lana cuma butuh istirahat aja kok.”

“Beneran gak papa?”

“Iya.”

“Ya udah kalo gitu kamu istirahat ya. Nanti Mama minta Mbak Wati untuk antar makanan sama obat ke sini, supaya kamu bisa istirahat aja di kamar, ya.”

Alana hanya mengangguk pelan.

“Ya sudah, Mama, pergi dulu ya, Mama ada arisan sama temen-temen Mama.”

Alana mengangguk lagi.

Dewi berjalan menuju ke pintu kamar untuk keluar. Namun, saat di depan pintu, Dewi kembali balik badan menghadap Alana.

“Lana, pengumuman hasil ujian masuk SNU itu besok?”

“Masih lusa, Ma.”

“Ah! Mama udah gak sabar banget lihat nama kamu di daftar mahasiswa baru Seoul National University!” ucap Dewi antusias.

“Kan belum tentu lolos, Ma.”

“Pasti lolos lah. Kamu itu pinter, kamu udah belajar mati-matian untuk itu sampai sakit gini. Pasti lolos! Mama yakin kok!”

Alana hanya mengulas senyum. Senyum aneh. Otaknya sekarang dipenuhi banyak pikiran negatif, sampai-sampai Alana tidak bisa memikirkan tentang mimpinya itu. Alana takut 

“Ya sudah Mama pergi dulu ya.”

Alana mengangguk.

Dewi keluar dari kamar Alana kemudian menutup kembali pintunya. Alana jatuh terduduk di atas kasur setelah dia benar-benar sendirian di kamar itu. 

Alana menatap nanar poster-poster bias-nya yang terpasang rapi di dinding serta puluhan album dan merchandise yang terpajang rapi di lemari yang berada di sudut kamar.

“Gue… gue harus kuliah di Korea,” ucap Alana putus asa.

Alana meremas perut datarnya kuat-kuat. “Gue gak boleh hamil.”

Air mata Alana menetes.

“Itu cuma terjadi sekali, gak mungkin gue langsung hamil. Bikin anak gak segampang itu!”

...***...

Satu bulan yang lalu, pesta ulang tahun seorang teman kelas Alana digelar di sebuah hotel mewah yang ada di Jakarta. 

Setelah dipaksa berulang kali oleh Dinar, bahkan sampai Dinar sendiri yang memintakan izin kepada kedua orang tua Alana, Alana akhirnya bersedia mengikuti acara itu walaupun dengan malas-malasan.

Dinar begitu excited memasuki ballroom yang sudah ramai dengan lautan manusia dan suara musik DJ yang menggema di seluruh ruangan. Berbeda dengan Alana yang justru merasa terganggu dengan semua itu.

“Gue pulang aja ya!” ucap Alana pada Dinar sambil berteriak untuk mengalahkan suara musik itu.

“Eitz! Gue udah capek-capek bawa lo kesini, lo malah mau pulang seenaknya! Gak boleh! Lo wajib tetep disini! Susah tau minta izin ke bokap nyokap lo! Gila aja! Berasa wawancara kerja gue!”

“Tapi-

“Gak ada tapi-tapian, ayo!”

Dinar menarik Alana untuk masuk lebih dalam ke ballroom itu dan menemui teman-teman lain yang sudah lebih dulu ada di sana.

Tiga jam Alana berusaha mati-matian berada di tempat itu, namun pada akhirnya Alana menyerah. Berada di lingkungan seramai itu benar-benar menguras energinya sebagai seorang introvert.

“Din! Gue balik aja ya! Gak enak badan!” ucap Alana pada Dinar yang sedang mengobrol dengan Siska, temannya.

“Yah, kenapa?”

“Pusing gue!”

“Ya elah, Na. Lo kebanyakan belajar sih, makanya gak betah di pesta gini.”

Alana tidak menjawab ucapan Siska itu.

“Ini udah malem loh, Na. Udah jam satu. Mana gue gak bisa anterin lo pulang, lebih tepatnya gue masih pengen disini.”

“Gue bisa balik sendiri kok.”

“Kenapa gak nginep aja disini?” saran Siska

“Iya, bener, Na. Lo nginep aja disini.”

“Gak deh, gue mau pulang aja.”

“Nginep aja, Na. Besok pagi pulang sama gue. Ya takutnya lo kenapa-napa di jalan kan udah malem. Bisa mampus gue di tangan bokap nyokap lo. Kan gue yang ngajak lo pergi malem-malem.”

Alana menghela nafas pelan. “Ya udah deh, gue nginep aja disini.” 

“Nah, gitu dong.”

“Gue ke resepsionis dulu.”

“Iya, nanti kabarin kamar nomer berapa. Nanti gue nyusul.”

“Iyaa.”

Alana menunggu di depan resepsionis untuk mendapatkan kartu akses kamarnya. Alana mengedarkan pandangannya melihat  orang-orang yang masih lalu lalang di hotel itu meskipun sudah tengah malam. Saat itulah, dia melihat seorang cowok, kakak kelasnya yang sudah lulus, yang Alana hanya tahu namanya, sedang berjalan sempoyongan menuju ke meja resepsionis lain.

“Pesta gini pasti ada aja yang mabuk-mabukan,” gumam Alana yang ingat bahwa tadi dia juga sempat melihat banyak teman sekolahnya, yang sebagian besar hanya Alana tahu namanya, yang sedang mabuk.

“Ini, Kak.”

Suara resepsionis berhasil menarik kembali perhatiannya. Alana menoleh.

“Kamarnya ada di lantai 20 ya, Kak, kamar nomor 357,” ucap resepsionis itu sambil mengulurkan kartu akses kamar.

“Terima kasih.”

Alana segera naik menuju kamarnya. Kamar 357. Sesampainya di dalam, Alana langsung bersih-bersih. Saat sedang mandi, Alana mendengar ada suara dari dalam kamar, tapi Alana tidak menghiraukannya. Alana pikir itu Dinar karena tadi Alana sudah memberitahu nomor kamar Alana. Jadi Alana melanjutkan mandi hingga selesai.

Selesainya mandi, Alana keluar dari dalam kamar dengan masih terbalut handuk yang disediakan oleh pihak hotel. Betapa terkejutnya Alana ketika melihat yang ada di dalam kamarnya bukanlah Dinar, melainkan seorang cowok. 

Belum sempat Alana mencerna apa yang terjadi. Cowok yang sedang dalam keadaan mabuk itu menarik tangan Alana hingga Alana terjatuh di kasur, menindih tubuh cowok itu. 

Yang selanjutnya terjadi adalah hal yang benar-benar tidak pernah Alana sangka terjadi dalam hidupnya. Malam itu, Alana kehilangan kehormatannya. Alana berteriak, menangis, memukul, dan mencakar tubuh cowok itu. Namun, tubuh Alana tidak bisa melakukan apapun. Tubuh kecil Alana dengan mudah ditaklukan oleh cowok itu

Kejadian menyakitkan itu terasa begitu panjang bagi Alana. Alana benar-benar tidak menyangka hal itu akan terjadi kepadanya. Alana tidak dapat menahan air matanya lagi. Dia menangis sesenggukan di pojok kamar dengan tubuh tertutup rapat oleh selimut. Badannya gemetar ketakutan. Sedangkan cowok itu justru terlelap dalam tidurnya setelah melecehkan Alana. Menyisakan Alana yang menangis sesenggukan di pojok kamar.

Ponsel Alana yang berada di atas nakas berdenting pelan. Alana memutuskan untuk mengambilnya. Alana bangun, tapi kakinya terasa tidak bertenaga, kakinya sangat lemas, hingga Alana terjatuh kembali. Alana kembali mencoba bangun, kali ini dia berpegangan pada kursi yang berada di dekatnya. Kemudian berjalan pelan menuju nakas yang berada di samping tempat tidur sambil berpegangan pada dinding.

Na, sori banget. Gue gak bisa nyusul ke kamar lo. Gue harus balik. Adek gue masuk rumah sakit. Sori banget.

Tubuh Alana kembali lemas. Dia kembali terjatuh setelah membaca pesan dari Dinar. Selama beberapa saat Alana hanya bisa menangis sesenggukan. Alana memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Tidak ada yang bisa Alana lakukan disana. Justru Alana merasa sakit semakin lama berada di sana. 

Setelah merasa tubuhnya membaik, Alana segera memakai kembali baju ala kadarnya dan mengambil semua barangnya. Malam itu juga Alana pulang ke rumah meninggalkan cowok itu yang masih terlelap dalam tidurnya.

...***...

Terpopuler

Comments

mayang sari

mayang sari

kenapa pintu kamar hotel gak dikunci Alana?

2024-10-04

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Malam Itu
2 Chapter 2 - Testpack
3 Chapter 3 - Rayyan
4 Chapter 4 - Keputusan
5 Chapter 5 - Pertengkaran
6 Chapter 6 - Memori Ingatan
7 Chapter 7 - Aborsi
8 Chapter 8 - Kesempatan Kedua
9 Chapter 9 - Alana atau Vanya
10 Chapter 10 - Kebenaran
11 Chapter 11 - Rumah Sakit
12 Chapter 12 - Kacang Polong
13 Chapter 13 - Pertimbangan
14 Chapter 14 - Tempat Pulang
15 Chapter 15 - Rumah Baru
16 Chapter 16 - Putus dan Terus
17 Chapter 17 - Latar Belakang
18 Chapter 18 - Hidup Baru
19 Chapter 19 - Malam Pertama
20 Chapter 20 - Jalan Berdua
21 Chapter 21 - Pacaran
22 Chapter 22 - Tinggal Berdua?
23 Chapter 23 - Hari Pertama
24 Chapter 24 - Rutinitas Semula
25 Chapter 25 - Hal Baru
26 Chapter 26 - Susu Ibu Hamil
27 Chapter 27 - Jejak Alana
28 Chapter 28 - Bubur Ayam
29 Chapter 29 - Pekerjaan Pertama
30 Chapter 30 - Sendirian
31 Chapter 31 - Alana Sakit
32 Chapter 32 - Ngambek
33 Chapter 33 - Martabak
34 Chapter 34 - Vanya Datang
35 Chapter 35 - Rayyan Sakit
36 Chapter 36 - Canggung
37 Chapter 37 - Riza Kecelakaan
38 Chapter 38 - Mencoba Pulang
39 Chapter 39 - Rayyan Tidak Pulang
40 Chapter 40 - Pertengkaran Hebat
41 Chapter 41 - Takut Dewasa
42 Chapter 42 - Menikah Itu Sulit
43 Chapter 43 - Baikan
44 Chapter 44 - Jalan Pilihan
45 Chapter 45 - Satu Ranjang
46 Chapter 46 - Bubur Kacang Ijo
47 Chapter 47 - Orang Tidak Dikenal
48 Chapter 48 - Minyak Kayu Putih
49 Chapter 49 - Makan Di Luar
50 Chapter 50 - New Alana
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Chapter 1 - Malam Itu
2
Chapter 2 - Testpack
3
Chapter 3 - Rayyan
4
Chapter 4 - Keputusan
5
Chapter 5 - Pertengkaran
6
Chapter 6 - Memori Ingatan
7
Chapter 7 - Aborsi
8
Chapter 8 - Kesempatan Kedua
9
Chapter 9 - Alana atau Vanya
10
Chapter 10 - Kebenaran
11
Chapter 11 - Rumah Sakit
12
Chapter 12 - Kacang Polong
13
Chapter 13 - Pertimbangan
14
Chapter 14 - Tempat Pulang
15
Chapter 15 - Rumah Baru
16
Chapter 16 - Putus dan Terus
17
Chapter 17 - Latar Belakang
18
Chapter 18 - Hidup Baru
19
Chapter 19 - Malam Pertama
20
Chapter 20 - Jalan Berdua
21
Chapter 21 - Pacaran
22
Chapter 22 - Tinggal Berdua?
23
Chapter 23 - Hari Pertama
24
Chapter 24 - Rutinitas Semula
25
Chapter 25 - Hal Baru
26
Chapter 26 - Susu Ibu Hamil
27
Chapter 27 - Jejak Alana
28
Chapter 28 - Bubur Ayam
29
Chapter 29 - Pekerjaan Pertama
30
Chapter 30 - Sendirian
31
Chapter 31 - Alana Sakit
32
Chapter 32 - Ngambek
33
Chapter 33 - Martabak
34
Chapter 34 - Vanya Datang
35
Chapter 35 - Rayyan Sakit
36
Chapter 36 - Canggung
37
Chapter 37 - Riza Kecelakaan
38
Chapter 38 - Mencoba Pulang
39
Chapter 39 - Rayyan Tidak Pulang
40
Chapter 40 - Pertengkaran Hebat
41
Chapter 41 - Takut Dewasa
42
Chapter 42 - Menikah Itu Sulit
43
Chapter 43 - Baikan
44
Chapter 44 - Jalan Pilihan
45
Chapter 45 - Satu Ranjang
46
Chapter 46 - Bubur Kacang Ijo
47
Chapter 47 - Orang Tidak Dikenal
48
Chapter 48 - Minyak Kayu Putih
49
Chapter 49 - Makan Di Luar
50
Chapter 50 - New Alana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!