The Happiness |Story Of Aruna

The Happiness |Story Of Aruna

Bab 01

01. Hari Pertama

Cahaya matahari yang muncul dicelah jendela tidak mengusik tidur dari seorang gadis yang masih berbalut selimut tebalnya. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 06.30, tetapi ia tidak terusik sama sekali, apalagi suara bising dari alarmnya.

Tok...tok...tok.

Tak ada jawaban, sampai-sampai membuat geram seseorang di balik pintu. Sampai akhirnya ia memutuskan langsung ke dalam kamar seorang gadis tersebut karena tidurnya tak terusik sedikitpun.

"Astaga! Belum bangun juga?! Sayang, bangun! sudah jam berapa ini? Nanti kamu terlambat ke sekolah, hari ini hari pertama kamu masuk ke sekolah baru kamu," ujar seorang wanita paruh baya lebih tepatnya ibunya sambil berkacak pinggang dan menyibak selimutnya.

"Aaa, Bunda! Aku masih ngantuk," ujar seorang gadis sambil menarik selimutnya kembali.

"Aish! Cepatlah bangun! Bunda tunggu di bawah untuk sarapan. 5 menit tidak bangun, bunda potong uang saku kamu!" ujarnya sambil berlalu dari kamar untuk menyiapkan sarapan.

"Aish! Selalu begitu ancamannya," gerutunya sambil bangkit dari tempat tidur untuk bersiap-siap ke sekolah barunya.

Ya. Hari ini adalah hari pertama ia sekolah karena mengikuti kedua orangtuanya yang membuka cabang perusahaan barunya, mau tidak mau ia harus mengikuti kedua orangtuanya.

Dia adalah Aruna Callista Wijaya, anak dari Bagas Wijaya seorang Direktur Utama di perusahaan Wijaya Corp yang sudah dirintisnya mulai dari bawah hingga melejit seperti sekarang. Ayahnya sudah memiliki perusahaan yang sudah tersebar luas di seluruh Indonesia. Ibunya yang bernama Arum Kayla Wijaya seorang designer dan memiliki butik yang juga sudah tersebar luas di seluruh Indonesia.

Setelah 20 menit berkutat di dalam kamar mandi, akhirnya Aruna selesai dengan urusannya dan keluar sudah lengkap dengan seragamnya dan rambut yang ia biarkan tergerai.

Jam sudah menunjukkan pukul 06.45, tapi ia belum juga turun ke bawah.

"Astaga! Sudah jam segini," pekiknya sambil menepuk jidatnya dan langsung turun ke bawah untuk sarapan bersama ayah dan ibunya yang sudah siap di meja makan.

"Pagi Ayah, Bunda!" teriaknya sambil menuruni anak tangga dan langsung mencium pipi kedua orangtuanya. Ia langsung meminum susu yang sudah disiapkan oleh bundanya sambil tergesa-gesa tanpa duduk terlebih dahulu.

"Pagi, Sayang! Pelan-pelan minumnya. Ini sudah Bunda siapkan sarapan kamu dimakan dulu sebelum berangkat ke sekolah!" ujar Arum sambil mencium kembali putri bungsunya itu.

Ya. Ia mempunyai kakak laki-laki yang umurnya hanya berbeda satu tahun dengannya. Arkana Ernando Wijaya, ia juga ikut berpindah sekolah dengan Aruna. Arka kelas 12. Sedangkan, Aruna kelas 11. Mereka bersekolah di SMA Cendrawasih.

"Tidak sempat Bunda. Ini sudah hampir terlambat, aku berangkat dulu, ya. Ayo, Abang kita berangkat!" ujarnya sambil menarik-narik tangan Arka.

"Iya-iya, Dek, bentar! Aelah. Main tarik-tarik aja," gerutunya sambil bangkit dari kursinya dan menyalami punggung tangan kedua orangtuanya. "Yah, Bun, Arka berangkat dulu, ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, hati-hati jangan ngebut bawa motornya," ayah dan bundanya sampai geleng-geleng kepala melihat kedua anaknya tersebut.

"Hm, Ayah juga berangkat ke kantor juga ya bun mau persiapan meeting dengan klien." Bagas juga bangkit dari kursinya dan mencium kening istrinya tersebut.

"Iya, Ayah hati-hati di jalan. Nanti waktu makan siang Bunda nyusul kesana untuk makan siang bersama ya?!" Arum ikut mengantarkan suaminya tersebut sampai ke pintu utama.

...🍃🍃🍃...

Sesampainya di sekolah, mereka langsung menuju parkiran SMA Cendrawasih. Dua remaja berbeda kelamin tersebut langsung menuju ruang Kepala Sekolah, karena mereka belum tahu akan berada di kelas mana.

Mereka menyusuri setiap koridor sekolah sampai akhirnya mereka berdiri di depan pintu yang mereka yakini adalah ruang Kepala Sekolah. Mereka adalah Arka dan sang adek, Aruna.

Tanpa mau berlama-lama, Arka segera mengetuk pintu ruangan tersebut.

Tok...tok...tok.

"Permisi!" ujarnya.

"Masuk!" suara dari seberang pintu yang ia yakini suara Kepala Sekolah.

Mereka langsung masuk ke dalam ruangan tersebut. Lalu mereka dipersilahkan untuk duduk terlebih dahulu.

"Kalian anak baru pindahan dari Bandung, ya?" tanya Kepala Sekolah sambil melihat berkas-berkas mereka.

"Ehm.. Iya, Pak, betul," jawab mereka bersamaan.

"Baiklah. Untuk Arka, kamu berada di kelas 12 IPA 2. Dan, untuk Aruna, kamu di kelas 11 IPA 3," ujar Kepala Sekolah, Pak Bondan, sambil menjelaskan segala peraturan sekolah.

Tanpa menunggu lama mereka akhirnya pamit untuk segera ke kelas masing-masing. Mereka menyusuri koridor kembali untuk menuju kelas. Mereka pisah di belokan arah tangga batas antar kelas.

"Abang, aku ke kelas dulu, ya?. Bye!" sebelum berlalu meninggalkan abangnya, ia menyempatkan untuk mencium pipi kiri abangnya. Lalu, berjalan menuju kelas 11 IPA 3.

Tok..tok...tok.

Seorang guru wanita paruh baya berjalan menuju pintu untuk membukanya, dan menampakkan wajah seorang gadis yang tersenyum kepadanya.

"Kamu Aruna, ya? Anak pindahan dari Bandung?" tanya guru tersebut. Aruna mengangguk dan langsung dipersilahkan masuk. "Perkenalkan diri kamu dulu, Nak." Aruna mengangguk dan langsung menjalankan perintah guru tersebut.

"Hai! Perkenalkan nama aku Aruna Callista. Kalian bisa panggil aku Aruna, aku pindahan dari Bandung. Semoga kita bisa berteman baik." Aruna melambaikan tangan sambil tersenyum manis hingga membuat pekikan dari kaum adam di dalam kelas tersebut.

Kelas yang awalnya hening menjadi ribut. Ada yang menggoda Aruna dan ada juga yang mencibir karena menurutnya ia terlalu caper kepada penghuni kelas, terutama kaum hawa yang merasa iri terhadap Aruna.

"Ada yang mau ditanyakan?" tanya guru tersebut.

"Hai cantik! Boleh bagi Whatsapp-nya?"

"Gila! Senyumnya manis banget ngalahin gula"

"Idih! Cantikan juga gue kemana-mana!"

"Sudah-sudah! Aruna, silahkan duduk di sebelah Angel. Angel angkat tangan," lerainya.

Seorang gadis yang duduk di bagian pojok mengangkat tangannya, Aruna langsung menghampirinya dan duduk di bangku nya.

"Hai! Kenalin gue Angel. Dan, yang di depan lo itu Anis dan Dina, mereka sahabat gue dan semoga kita juga bisa bersahabat," ujarnya memperkenalkan dirinya sendiri dan kedua sahabatnya sambil mengulurkan tangannya yang disambut dengan baik oleh Aruna. Kedua gadis di depannya langsung memutar tubuh dan melakukan hal yang sama dengan Angel.

Dan pelajaran-pun kembali berlanjut selama kurang lebih 40 menit.

Kring...kring...kring.

"Baik anak-anak, pelajaran Ibu hari ini sampai di sini. Jangan lupa tugasnya dikerjakan dan dikumpulkan pada pertemuan minggu depan. Sekian, selamat siang."

"Siang Bu," seru seluruh murid.

"Kantin, kuy!" ajak Angel dan langsung disetujui mereka bertiga.

...🍃🍃🍃...

Sesampainya di kantin, mereka mengedarkan pandangan untuk mencari tempat duduk yang kosong karena keadaan kantin yang sudah ramai oleh murid-murid untuk mengisi perutnya.

Akhirnya mereka menemukan tempat duduk di bagian pojok kantin.

"Kalian mau pesan apa, biar gue yang pesen." Anis menawarkan diri untuk memesan makanan mereka.

"Gue mie ayam sama es jeruk aja, deh," ujar Aruna.

"Samain aja biar gampang," sambung Angel dan Dina. Anis langsung menuju stand mie ayam untuk memesan makanan.

"Oh, iya Na, lo kenapa pindah?" tanya Angel.

"Hm. Gue ngikut bokap karena bokap ada kerjaan di sini, jadi gue ikut." Angel menganggukkan kepalanya. Dan pesanan merekapun datang, mereka langsung menyantap makanannya karena perut mereka sudah keroncongan sejak tadi.

Selagi menunggu bel masuk kelas kembali dibunyikan, mereka mengisi waktu luang mereka untuk mengobrol ringan. Hingga suara bel berbunyi dan dengan terpaksa mereka kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.

"Ke kelas, yuk. Udah bel masuk," ajak Aruna, dan mereka langsung menuju kelas setelah membayar makanan mereka masing-masing.

"Ehm, guys. Gue ke toilet dulu kalian ke kelas duluan aja," ujar Angel.

"Eh, Ngel. Gue ikut." Aruna dan Angel langsung berjalan berdampingan menuju toilet di ujung koridor.

Aruna berjalan sambil memainkan ponselnya, tanpa sadar ia menubruk bahu seseorang hingga hampir terjungkal kalau saja Angel tidak menahan bahunya.

"Lo gapapa, Na?" tanyanya.

"Gue gapapa, Ngel," jawabnya. "Ehm, maaf. Gue nggak sengaja," sesalnya kepada cowok di depannya.

"Hmm," jawabnya laki-laki itu cuek dan langsung berlalu dari sana.

Ia mengedikkan bahunya tak acuh dan melanjutkan perjalanannya menuju toilet.

...🍃🍃🍃...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!