02. Kejadian di Koridor
Menyusuri koridor demi koridor untuk sampai tempat parkir. Jam sudah menunjukkan menunjukkan pukul 15.00 yang artinya waktunya untuk pulang sekolah.
Seorang gadis berjalan sambil bersenandung ria, Keadaan koridor sudah mulai sepi, ia mempercepat langkahnya menuju parkiran untuk menemui abangnya.
Ya. Dia adalah Aruna si gadis pemilik senyum yang manis bak gula dan lesung pipi di kedua pipinya menambah kesan manis dan cantik.
Dari kejauhan ia melihat sosok abangnya yang sudah nangkring di motor sportnya sambil memainkan gadget berlogo apel digigit tersebut. Ia berniat untuk mengagetkan Arka.
1
2
3
"Dor!" kejutnya pada sang abang sambil terkikik geli.
"Astagfirullah, Dek. Bikin kaget aja," ia hampir terjungkal ke belakang, untung pertahanannya kuat sehingga ia bisa memasang badan agar tak jatuh. "Lama banget sih, lumutan abang nungguin kamu." gerutunya sambil memasangkan helm kepada sang adek.
"Hehe, maaf bang. Soalnya, tadi aku mampir ke toilet dulu," cengirnya sambil menaiki motor abangnya.
Setelah itu Arka menancapkan gas motornya menyusuri jalanan ibukota yang masih ramai kendaraan berlalu lalang. Ia mengendarai motornya dengan kecepatan sedang sambil menikmati udara sore hari
...🍃🍃🍃...
Sesampainya di gerbang rumah yang menjulang tinggi, ia membunyikan klakson motornya dan tak lama gerbang dibuka oleh satpam yang berjaga.
"Makasih, Mang Ujang," ucap Arka sambil menjalankan motornya kembali ke garasi
"Sama-sama atuh, Den." jawab Mang Ujang sambil menutup kembali gerbang.
"Assalamualaikum, Bunda. Aruna pulang," teriaknya sambil menyalami punggung tangan Arum.
"Waalaikumsalam sayang. Jangan teriak, ini bukan hutan," jawab Arum sambil menerima uluran tangan anak bungsunya. "Abang kamu mana?"
"Hehe maaf, Bunda," cengirnya sampai menunjukkan lesung pipinya. "Abang masih di garasi, Bun. Yaudah, Aruna ke kamar dulu ya, Bun," lanjutnya sambil berlari kecil menaiki anak tangga.
Sesampainya di kamar, Aruna langsung bersih-bersih diri. Ia merebahkan tubuhnya yang terasa lelah dan tanpa sadar ia memasuki alam mimpinya.
Aruna terbangun pada pukul 17.00, mengucek kedua matanya sambil menggeliat kecil. Ia langsung mendudukkan dirinya sambil bersandar di sandaran ranjang.
"Huft, udah jam 5. Mandi dulu, lah," ia bangkit menuju kamar mandi dan menjalankan rutinitasnya, Setelah selesai ia langsung menjalankan sholat Ashar.
Ia turun ke lantai dasar untuk menemui bundanya. Ia melihat bundanya sedang menyiapkan makanan untuk makan malam.
"Bunda, aku bantuin, ya," ujarnya sambil mencium pipi kiri bundanya.
"Tidak usah, Sayang. Ini sudah selesai tinggal menata di meja," jawab Arum sambil meletakkan sayur sop ke meja makan sambil diekori oleh anak bungsunya. Arum geleng-geleng kepala.
"Sudah adzan magrib, kamu sholat dulu sana setelah itu kita makan malam bersama."
"Siap, bundaku tersayang," serunya sambil hormat. Ia kembali ke kamarnya untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim.
...🍃🍃🍃...
Makan malam telah usai. Mereka kumpul di ruang keluarga sambil menonton acara televisi, dengan posisi Aruna dan Arka diapit oleh kedua orang tuanya. Ini sudah menjadi rutinitas mereka setelah makan malam.
"Bagaimana hari pertama kalian sekolah?" tanya sang ayah kepada Aruna terlebih dahulu sambil mengusap pucuk kepala anak gadisnya.
"Ya begitulah, Yah," jawab Aruna dengan sedikit menundukkan kepalanya.
"Loh, kok sedih? Kenapa? Ada yang jahatin kamu?" tanya sang bunda ketika melihat Aruna nunduk.
"Ah, enggak, kok, Bun. Aruna seneng dengan sekolah baru Aruna. Dan, Aruna juga sudah mempunyai teman yang baik. Bahkan mereka sangat welcome sama Aruna," jawabnya, ia langsung mengubah mimik wajahnya. Arka yang menyadari perubahan sang adek langsung memeluknya dari samping karena ia tahu apa yang dirasakan oleh adiknya setelah apa dialaminya dulu.
"Hm, baguslah. Kalau Abang, gimana?" tanya sang bunda sambil mengelus rambut hitam tebal milik putra sulungnya.
"Biasa aja, Bun," jawabnya cuek karena ia seperti adiknya sedangkan adiknya bisa menutupi masalahnya dengan keceriaannya, berbeda dengan Arka yang berubah menjadi dingin sejak kejadian masa lalu yang menimpa mereka berdua, Arka dan Aruna.
Bagas dan Arum sangat tahu apa yang dirasakan kedua anaknya tersebut. Karena mereka juga sama terpukulnya dengan sang anak.
"Yaudah, Aruna ke kamar dulu ya Bun, Yah, Bang," ujarnya sambil mencium pipi ayah, bunda dan abangnya tersebut.
"Iya, Sayang. Jangan begadang, ya?! Besok sekolah," jawab bundanya sambil mengelus pipi anak bungsunya tersebut.
"Hm, Abang juga mau ke kamar, Yah, Bun, mau ngerjain tugas." Arka mengikuti sang adek menuju kamar.
Arum mengulas senyum miris melihat kedua anaknya yang sudah menaiki anak tangga menuju kamar masing-masing.
"Mas, Bunda nggak tega melihat mereka seperti itu. Apalagi Arka yang menjadi sosok yang tertutup seperti itu." Bagas mengusap punggung istrinya sambil memeluknya.
"Sudah, Bun, mereka akan kembali seperti dulu jika waktunya sudah tepat. Ayo kita ke kamar istirahat juga. Besok Ayah ada pertemuan dengan kolega," ajaknya sambil menuntun sang istri.
...🍃🍃🍃...
Keesokannya Aruna bangun awal. Ia langsung bangun sambil bersandar di sandaran ranjang sambil menguap.
Setelah nyawanya terkumpul, ia langsung menuju kamar mandi untuk bersih-bersih dan langsung menjalankan sholat subuh.
20 menit ia sudah siap dengan seragamnya dan langsung turun untuk sarapan. Di meja makan sudah ada kedua orangtuanya.
"Pagi, Sayang," sapa Arum yang menyadari putrinya menuruni anak tangga.
"Pagi, Bunda, Ayah," sapanya balik sambil mencium pipi kedua orangtuanya karena sudah menjadi rutinitasnya. "Abang mana, Bun?"
"Abang belum turun. Tolong kamu panggilkan Abang, ya, Sayang," jawab Arum.
Aruna mengangguk dan berdiri kembali untuk menemui sang abang.
Tok...tok...tok.
"Abang, ayo sarapan!"
"Iya, Dek. Bentar, Abang pakai dasi dulu," jawab Arka dari balik pintu.
"Yaudah, aku turun dulu, ya?" Arka hanya berdeham keras menjawab sang adek.
"Gimana, Sayang?" tanya sang bunda.
"Abang bentar lagi turun, Bun. Lah, Ayah kemana, Bun?"
"Oh, baru aja Ayah berangkat karena ada rapat." Aruna mengangguk dan segera menyantap sarapannya yang sudah disiapkan oleh sang bunda dengan khidmat.
Arka turun dan langsung mengambil duduk di samping sang adek. Dan memakan sarapannya dengan tenang.
"Ayo, Dek, berangkat." Aruna mengangguk.
"Bund, Arka sama Aruna berangkat sekolah dulu ya." Arka berlalu terlebih dahulu setelah mencium punggung tangan sang bunda.
...🍃🍃🍃...
Sesampainya di sekolah, mereka berpisah di parkiran karena kelas mereka berbeda arah.
Selama di koridor Aruna bersenandung ria sambil menyapa balik siswa-siswi yang menyapanya.
Ya. Ia jika di luar rumah terlihat sangat ceria, berbeda dengannya ketika sedang di rumah.
"Aruna!" merasa terpanggil ia menoleh ke belakang, ternyata sahabat barunya yang memanggil.
"Hai, Din! Lo juga baru sampai?" Dina berdeham singkat dan melanjutkan perjalanan ke kelas.
Bel masuk sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu, tetapi guru yang mengajar bum juga menampakkan batang hidungnya.
"Hari ini jamkos, Bu Winda nggak masuk karena sakit," kata Dimas, ketua kelas 11 IPS 3.
Kelas yang awalnya hening menjadi heboh karena senang akan jam kosong.
Ada yang lanjut tidur sambil menelungkupkan kepala di atas meja, ada yang memainkan hp miring alias game online. Ada juga yang bergerombol sambil bergosip, biasanya para kaum hawa.
Berbeda dengan Aruna, ia memilih untuk membaca novel favoritnya dengan tenang.
Hingga bel istirahat berbunyi dan semua murid langsung bubar keluar kelas. Ada yang ke perpustakaan, lapangan basket, toilet, dan kantin. Seperti Aruna dan ketiga sahabatnya memilih untuk menuju kantin.
Di tengah perjalanan, Aruna memegangi perutnya karena kebelet buang air kecil.
"Kalian duluan aja, gue mau ke toilet dulu."
"Mau kita temenin?" tanya Angel, Aruna menggeleng dan langsung melenggang pergi ke toilet.
Setelah selesai dengan urusannya, ia langsung menyusul sahabatnya ke kantin sambil memainkan ponselnya. Tanpa disadari dari lawan arah seorang remaja laki-laki berlari dengan tergesa-gesa.
Ia menubruk bahu seorang gadis sampai membuatnya terjungkal, pantatnya mencium lantai.
"Kalau jalan, tuh, pakai mata!" sarkasnya sambil bangun dan mengelus pantatnya tanpa mendongak. "Sakit, nih, pan ... ," ucapannya terpotong karena ketika ia mendongak dan langsung menubruk netra tajam itu.
"Hm, sorry. Gue buru-buru," ucapnya sambil berlalu.
"Aish. Nyebelin banget cowok itu," gerutunya sambil melanjutkan jalannya menyusul sahabatnya.
Ia terus menerus menggerutu selama perjalanan tanpa sadar ia sudah sampai di kantin dan mencari keberadaan para sahabatnya.
...🍃🍃🍃...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Kei Kurono
Bagus banget deh! Berasa ikutan jadi protagonis!
2024-04-22
1