Bab 04

04. Pingsan?

Seorang gadis mengerjabkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang menembus netranya. Ia menggeliat pelan, dan segera bangun dan langsung menjalankan segala aktivitas paginya.

Hari ini adalah hari Minggu, ia memutuskan untuk berdiam diri di rumah untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya.

Ia adalah Aruna. Ia mengenakan pakaian santainya, jumpsuit pendek dengan motif bunga.

Aruna menuruni anak tangga menuju ruang makan untuk sarapan bersama. "Pagi, Bunda!" serunya seraya mencium pipi Arum.

"Pagi juga, Sayang! Kamu sudah bangun? Baru aja Bunda mau bangunin." Aruna mengangguk sambil menggeser kursi di sebelah Arka.

Setelah sarapan, Aruna memutuskan untuk menuju ruang keluarga. Ia menyalakan TV yang menayangkan kartun favoritnya. Ia sampai terpingkal-pingkal karena kelakuan 2 bocah kembar itu.

"Dek, keluar ikut Abang yok." Arka duduk di samping adiknya sambil merangkul bahunya.

"Kemana, Bang?" Aruna bingung, pasalnya ini masih pagi, dan tidak biasanya abangnya itu mengajaknya keluar apalagi hari libur seperti ini, biasanya Arka akan malas-malasan di kamarnya.

"Ke mall?" Aruna menggeleng tidak mau.

"Kemarin Aruna habis dari mall."

"Kalau gitu jalan-jalan kemana aja, deh,. Setelah itu, beli eskrim. Gimana, hm?" Aruna berbinar karena mendengar kata eskrim, pasalnya ia pecinta eskrim apalagi rasa vanilla.

"Ayo, Bang! Tapi, aku ganti baju dulu, ya." Aruna bangkit untuk mengganti baju yang lebih tertutup.

Arka mengulas senyum tipis, usahanya berhasil untuk menghibur sang adik. Meskipun, hal tersebut hanya sementara. Ia juga ikut bangkit untuk mengambil ponsel dan kunci motor.

Tidak membutuhkan waktu lama, Aruna menuruni anak tangga dengan pakaian santainya dengan dress selututnya. Ia menghampiri sang Kakak yang sudah siap di sofa ruang tamu.

...🍃🍃🍃...

Selama di perjalanan, Aruna terus-menerus berceloteh seakan lupa akan masalahnya. Arka terkekeh mendengar suara adiknya dan sesekali menanggapinya. Ia bersyukur akan hal tersebut.

Sesampainya di kedai eskrim, Aruna bersorak senang sambil berlari kecil. Arka menggelengkan kepalanya. "Dek, jangan lari-lari, nanti jatuh!" Aruna tidak menanggapi dan langsung masuk untuk memesan eskrim kesukaannya.

"Selamat datang di kedai eskrim kami! Ada yang bisa saya dibantu?" sambut pelayan kedai tersebut.

"Saya mau pesan eskrim vanilla oreo satu. Abang mau rasa apa?"

"Rasa coklat aja, deh," pelayan berlalu setelah mengulangi pesanan mereka.

Sambil menunggu pesanan datang mereka bercanda ria. Tidak. Lebih tepatnya Aruna yang mengoceh, Arka menanggapinya dengan terkekeh dan mengelus surai Aruna dengan sayang.

"Abang, aku bersyukur banget bisa sekolah di SMA Cendrawasih. Teman-teman Aruna baik semua. Apalagi, Angel, Anis dan Dina. Mereka yang mengajak Aruna sahabatan."

Arka tersenyum tipis. "Oh ya?" Aruna mengangguk. Lantas, tangan Arka terangkat untuk mengelus pucuk kepala sang adik. "Alhamdulillah, Abang juga senang dengarnya. Jadi, adik Abang yang paling cantik ini, nggak dikucilkan, 'kan?"

Aruna menggeleng sembari tersenyum lebar. "Enggak, dong. Aruna, 'kan, anak baik. Jadi, nggak ada yang berani mengucilkan Aruna."

Tidak lama kemudian, pesanan mereka datang dan mereka langsung menikmatinya.

Setelah selesai menikmati eskrim masing-masing, mereka memutuskan untuk melanjutkan jalan-jalannya setelah membayar.

Berhubung waktu masih sore, Arka memutuskan untuk mengajak sang adik ke pantai.

...🍃🍃🍃...

Selama kurang lebih 40 menit mereka sampai di pantai.

Suasana hati Aruna bahagia dan langsung memeluk sang abang tercinta dan mengecup singkat rahang tegas Arka. Arka terkekeh seraya mengacak rambut sang adik.

Sambil menunggu matahari terbenam, mereka memutuskan untuk duduk di bibir pantai sambil menikmati angin sepoi-sepoi sambil memotret sekitar, lebih tepatnya Arka karena Arka sangat menyukai alam.

"Abang, makasih, ya." Aruna menyandarkan kepalanya di dada bidang Arka.

"Makasih untuk apa, hm?"

"Makasih untuk hari ini."

"Tidak perlu bilang begitu, sudah tugas Abang untuk menghibur adik Abang yang paling manja ini!" Arka menjawil hidung mancung adiknya, Aruna mengerucutkan bibirnya kesal. "Pulang, yuk." Arka mengulurkan tangannya dan langsung digapai Aruna.

...🍃🍃🍃...

Tak terasa, hari sudah kembali pagi. Hari yang paling dibenci oleh seluruh murid karena hari Senin akan diadakannya upacara dan panas-panasan.

Aruna menuruni anak tangga dengan lunglai. "Pagi, Ayah, pagi Bunda," sapanya lesu seraya mencium kedua orangtuanya.

"Pagi kembali, Sayang. Loh, kenapa muka kamu pucat banget, Sayang?" Arum yang menyadari keadaan putri bungsunya langsung menghampirinya dengan khawatir.

"Aruna gakpapa, kok, Bun," ia duduk di samping Arka dan langsung meminum susu yang sudah disediakan oleh sang bunda tanpa memakan sarapannya.

"Sarapannya dimakan dong, Sayang." Aruna menggeleng.

"Bun, Yah, Arka sama Aruna berangkat dulu, ya," pamit Arka dan mencium punggung tangan kedua orangtuanya disusul Aruna.

"Dek, kamu beneran gakpapa?" Arka juga khawatir dengan keadaan Aruna, tapi Aruna menggeleng sambil naik ke motor Arka.

...🍃🍃🍃...

Upacara berjalan dengan lancar, tetapi pada saat Kepala Sekolah memberikan amanat, tubuh Aruna oleng dan untungnya Dina dengan sigap menangkap tubuh sahabatnya itu.

"Aruna, bangun!" Dina histeris dengan menepuk pelan pipi sahabatnya tersebut sampai-sampai murid lain langsung menoleh kearahnya.

Dari kejauhan, remaja laki-laki yang melihat hal tersebut, langsung berlari menghampiri Aruna dan langsung membopong tubuh Aruna ala bridal style menuju UKS tanpa memperdulikan tatapan keheranan dari orang lain. Karena, baru kali ini ia mau menyentuh lawan jenis dan menolong, biasanya ia selalu bodoh amat dengan keadaan sekitar.

Sesampainya di UKS, laki-laki itu langsung membuka pintu dengan kasar menggunakan kakinya sampai mengagetkan petugas PMR yang bertugas.

"Jangan diliatin doang! Cepat, tangani dia!" ia geram karena petugasnya hanya memperhatikan kehadirannya saja.

"I-iya, Kak," mereka tergagap karena tatapan tajam laki-laki itu. "Kak Aruna cuma kecapekan dan perutnya kosong, sepertinya dia belum sarapan, Kak. Sebentar lagi, dia siuman," lanjutnya.

"Hm. Lo boleh keluar!"

"I-iya, Kak," petugas PMR langsung meninggalkan Aruna dengan laki-laki tersebut dengan raut wajah heran.

Laki-laki itu mulai menggenggam telapak tangan Aruna yang dingin sambil bergumam. "Kenapa lo ceroboh banget, sih," ujarnya dingin sambil mengelus pelan telapak tangan Aruna dan menelungkupkan kepalanya di pinggir brankar.

...🍃🍃🍃...

Sampai bel istirahat berbunyi Aruna baru saja siuman dan mengerjabkan matanya menyesuaikan cahaya. Netranya langsung mengarah pada langit-langit ruangan serba putih yang ia yakini UKS.

Aruna menoleh kearah kanan brankar saat merasakan telapak tangannya digenggam oleh seseorang.

Dengan ragu-ragu ia membangunkan laki-laki tersebut dengan mengelus pelan surai hitam milik laki-laki itu. "Kak, bangun!" ujarnya dengan suara yang masih lemah.

Laki-laki itu mulai mengangkat kepalanya, dan seketika Aruna membelalakkan matanya karena sosok laki-laki yang menurutnya paling menyebalkan yang pernah ia temui.

"Lo!" pekiknya dan langsung melepas telapak tangannya. "Ngapain lo di sini?"

"Ck. Jangan teriak," ketusnya dengan suara serak khas bangun tidur. "Gue yang gotong lo ke sini," ia bangkit untuk mengambilkan teh hangat di sebelah brankar dan memberikannya pada gadis di hadapannya. "Nih, minum!"

"Makasih."

"Hmm," ia menerima kembali gelas tersebut.

"Lo istirahat aja, gue udah minta izin sama guru yang ngajar di kelas lo kalau lo lagi sakit di UKS."

"Ekhem," deham seseorang di depan pintu masuk UKS. "Thanks, bro udah nolongin adek gue," ujarnya tulus seraya menepuk bahu laki-laki di hadapannya.

"Hm. Ya udah, gue tinggal dulu," ia langsung bangkit dari kursi dan berlalu dari sana menyisakan Aruna dan laki-laki yang baru datang tersebut.

...🍃🍃🍃...

Arka menyusuri koridor untuk sampai di kelas adiknya karena waktu tahu Aruna pingsan, sebenarnya ia ingin menghampirinya tetapi dicegah oleh salah satu guru. Ia langsung masuk ke dalam tanpa permisi, untung saja waktu sudah menunjukkan jam istirahat jadi guru sudah meninggalkan kelas.

Arka langsung menghampiri meja pojok yang diyakini teman dari adiknya karena ia melihat ada tas Aruna di atas meja. "Aruna mana?" ucapannya mampu mengagetkan penghuni meja tersebut.

"Eh! Ehm, Aruna masih di UKS, Kak."

Tanpa menjawab lagi Arka langsung berlalu menuju UKS. Ia langsung membuka pintu UKS dengan perlahan takut mengganggu adiknya.

"Ekhem," dehamnya saat sudah berada di depan pintu masuk UKS. "Thanks, bro udah nolongin adik gue," ujarnya tulus seraya menepuk bahu laki-laki di hadapannya.

"Hm. Ya udah, gue tinggal dulu," ia langsung bangkit dari kursi dan berlalu dari sana menyisakan Aruna dan cowok tersebut.

Arka langsung menghampiri adiknya dengan raut khawatir. Ia langsung memeluk adiknya.

"Abang!" Arka berdecak mendengar rengekan Aruna, tak urung ia mengelus surai adiknya.

"Tadi katanya gakpapa. Lah, ini malah pingsan," cibirnya. Aruna mengerucutkan bibirnya. "Pulang aja, ya."

"Nggak mau, Abang."

"Ck. Keras kepala! Ya udah. Ayo, Abang antar ke kantin. Tadi, 'kan, kamu belum sarapan." Arka membantu adiknya turun dari brankar dan menuntun adiknya menuju kantin.

...🍃🍃🍃...

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

like👍+☝iklan.moga novelnya sukses.

2024-07-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!