05. Confess?
Seorang remaja laki-laki menyusuri koridor sekolah setelah ia keluar dari UKS. Ia berjalan dengan santai sambil tangannya ia masukkan ke dalam saku celana.
Banyak pasang mata yang melihatnya dengan tatapan kagum, terutama kaum hawa karena ia merupakan salah satu most wanted di SMA Cendrawasih.
Meskipun sifatnya yang dingin dan cuek, tidak membuat kaum hawa mundur untuk mendapatkannya. Tetapi, ia tetap tidak peduli. Karena ia yakin, mereka semua hanya menginginkannya hanya karena parasnya yang cukup tampan.
Ia tidak lagi percaya dengan sosok perempuan lagi, kecuali ibunya, karena kejadian di masa lalu yang membuatnya berubah menjadi sosok yang cuek dengan lawan jenis.
Dia adalah Satria Aji Setiawan. Anak dari Surya Setiawan seorang pengusaha dari perusahan Setiawan Group.
Tetapi, setelah ia bertemu dengan sosok gadis yang menurutnya bawel, mampu membuka hatinya kembali yang sempat tertutup dan enggan untuk menerima lawan jenis. Akhir-akhir ini, ia terus memperhatikan gadis tersebut.
"Ck. Gue kenapa selalu mikirin gadis itu? Baru kali ini gue nemuin cewek cerewet kayak dia," gerutunya sepanjang perjalanan ia menuju rooftop.
Ia memutuskan ke rooftop karena ia sangat membenci keramaian. Sesampainya di rooftop, ia langsung mendudukkan dirinya ke sofa yang tersedia.
"Apa gue jatuh cinta sama dia? Argh! Nggak mungkin. Tapi, kenapa setiap kali gue ketemu dia, perasaan gue berbeda," ia memutuskan untuk memejamkan matanya sejenak tapi tak tidur.
Derap langkah kaki yang terus mendekat mampu membuatnya terusik dan mengangkat kepalanya, begitu ia mendongak ia terkejut dengan kehadiran sosok gadis yang akhir-akhir ini mengacaukan pikirannya.
...🍃🍃🍃...
Sesampainya di kantin, Arka langsung menuju stand nasi goreng untuk adiknya karena ia tahu adiknya itu tengah lapar.
Setelah selesai memesan makan dan minum, ia segera menghampiri adiknya dan menyuapinya dan langsung disambut dengan senang hati oleh Aruna.
"Abwang!"
"Ck. Telen dulu, baru ngomong." Aruna hanya menyengir polos seraya meneguk minumannya.
"Udah! Ehm, cowok yang nolongin aku tadi, temennya Abang?" Arka berdeham menjawab pertanyaan adiknya.
Arka mengernyit saat menyadari adiknya akan beranjak. "Mau kemana?"
"Ehm, mau beli air mineral." Arka menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya 'buat apa' .
Seolah tahu maksud Arka, Aruna langsung menjelaskan, "Buat dikasih sama temen Abang sebagai tanda terimakasih." Arka mengangguk.
"Abang, aku duluan, ya." Aruna melambaikan tangannya saat sudah mendapatkan apa yang ia cari.
"Kemana?"
"Mau ngasih ini," ujarnya sambil mengangkat botol air mineral.
"Emangnya, kamu tahu dia sekarang di mana?" Aruna menyengir polos. "Ck. Dia biasanya lagi di rooftop sekarang." Aruna mengangguk dan langsung melenggang pergi. Arka geleng-geleng kepala menyaksikan tingkah adiknya tersebut.
...🍃🍃🍃...
Aruna menyusuri setiap koridor demi koridor untuk sampai ke tujuannya. Rooftop. Baru kali ini ia menginjakkan kakinya ditempat itu.
Sesampainya di rooftop, ia langsung membuka pintu penghubung antar tangga dan rooftop tersebut. Sampai ia melihat sosok laki-laki yang dicarinya tengah tertidur di sofa dengan satu tangan menutupi mata dari pancaran matahari.
"Ck. Keluar! Gue pengen sendiri!" sarkas laki-laki tersebut tanpa membuka mata.
Derap langkah kaki yang terus mendekat mampu membuatnya terusik dan mengangkat kepalanya, begitu ia mendongak ia terkejut dengan kehadiran sosok gadis yang akhir-akhir ini mengacaukan pikirannya.
"Hai, Kak!" sapa gadis tersebut dengan senyum manisnya.
Ia terpaku di tempat dengan senyuman itu. "Hm. Ngapain lo ke sini?"
"Ehm. Gue mau minta maaf soal di UKS tadi," sesalnya sambil menunduk.
Laki-laki itu berdecak melihat gadis di hadapannya menunduk, ia menarik tangan si gadis untuk duduk di sampingnya. Tetapi, si gadis tetap menundukkan kepalanya. Ia mengangkat dagu si gadis sehingga membuat netra keduanya beradu untuk beberapa saat.
"Kenapa nunduk? Hm?"
Aruna terkejut dengan perlakukan laki-laki di hadapannya dan langsung tersenyum sambil menyodorkan air mineral yang dibawanya. Laki-laki itu mengangkat sebelah alisnya bingung.
"Ini buat Kakak sebagai tanda terimakasih gue," jawab Aruna.
Laki-laki itu menerima botol tersebut dari tangan si gadis dan langsung meneguknya hingga tersisa setengah.
"Hm. Makasih."
"Kalau gitu gue pergi dulu, Kak." Aruna kembali terduduk saat tangannya tiba-tiba ditarik oleh laki-laki yang belum ia ketahui namanya itu.
"Di sini dulu. Lo harus tanggung jawab." Aruna menaikkan kedua alisnya. "Hm. Lo udah membuat hati gue berkecamuk. Jadi, lo harus tanggung jawab."
"Tanggung jawab, gimana? Gue nggak paham apa yang Kakak katakan."
"Ehm, Kak! Kalau ada yang lihat gimana?" ujar Aruna saat laki-laki itu tiba-tiba menjatuhkan kepalanya tepat dibahunya.
"Nggak bakal ada yang tahu," balasnya cuek. "Nama lo siapa?" tanyanya tanpa mendongak.
"Kak, jangan gitu, ya. Gue nggak nyaman." Aruna berusaha menjauhkan kepala laki-laki itu. "Maaf, gue nggak terbiasa sama perlakukan Kakak."
"Kenapa? Hm?" tanyanya sambil menjawil hidung Aruna.
Deg.
Aruna sempat menegang di tempat, ia merasa dejavu. "Ehm, Kak. Apa maksud ucapan Kakak tadi?" tanya Aruna.
"Tinggal jawab, nama lo siapa?" Laki-laki itu terkekeh kecil saat tidak mendapat jawab dari gadis di sampingnya. "Siapa? Hm?"
"Ehm. Nama gue Aruna, Kak. Kakak sendiri, siapa namanya?" balasnya dengan suara lembut. Satria sempat tertegun dengan nada suaranya Aruna.
"Nama gue Satria," jawabnya sambil mengecup telapak tangan Aruna yang bagian dalam. "Jadi milik gue ya?" mohonnya.
"HAH!" Aruna memekik saking terkejutnya. Satria langsung mengusap telinganya yang serasa mendengung.
"Jangan teriak, Sayang!" geramnya.
"Lagian, Kakak bikin kaget aja. Kita, 'kan, belum kenal," jawab Aruna setelah jantungnya kembali berdetak dengan normal.
"Lah? Bukannya barusan kita udah kenalan?" tanya Satria.
"Maksud gue itu, kita, 'kan, baru kenal, masa udah main klaim aja, sih?" Aruna mengerucutkan bibirnya dan hal tersebut malah semakin membuat Satria gemas sendiri.
"Please! Jadi milik gue, ya?" mohonnya dengan wajah memelas. "Ck. Lo udah bikin pikiran gue kacau Aruna!" geramnya.
"Ehm. Gue pikir-pikir dulu kalau gitu," godanya sambil mengusap dagu seolah-olah sedang berfikir.
"Ck. 10 menit!" geram Satria. Tapi, tak urung juga ia terkekeh mendengar jawaban Aruna.
...🍃🍃🍃...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Bea Rdz
Membawa ke dalam cerita.
2024-04-28
0