Hilang Kendali

Dika dan Diva tiba dirumah setelah perjalanan panjang, sore itu rumah nampak sepi karena Nurma sedang pergi keluar. Leon juga tidak ada dirumah, sepertinya dia sedang pergi menemani Ibu Nurma.

Diva pergi ke kamar untuk berganti pakaian, sementara Dika pergi ke dapur untuk mengambil segelas air dingin. Saat ini hanya itu yang sedang Dika perlukan untuk meredakan gejolak-gejolak kecil yang muncul dalam dirinya.

Dika merasa impoten yang dideritanya sudah benar-benar sembuh. Bahkan hanya dengan melihat wajah polos istrinya saat sedang tidur burung puyuhnya bisa langsung berdiri. Apalagi saat melihat bibir Diva yang tipis dan berwarna merah muda, akan sangat menyenangkan jika dia berhasil melumatnya dalam waktu lama.

Pikiran kotor mulai menghantui Dika, dia harus segera menghapus pikiran kotor itu. Jangan sampai hal itu membuat Dika hilang kendali dan melakukan hal-hal konyol pada Diva secara mendadak, bisa hilang nama baiknya seketika nanti.

Klak...

Dika membuka pintu kamar yang tak terkunci, Diva melompat kaget karena dia belum selesai memakai baju tidurnya.

"Tutup matamu Om!" Sentak Diva. Bukannya menutup mata Dika malah sibuk menjelajahi tiap sudut tubuh mulus istrinya itu.

"Berbalik dan tutup matamu Om!" Teriak Diva lagi.

Dika membalik tubuhnya, tapi sayang dia sudah terlanjur melihat segalanya. Hasrat Dika meninggi dan tak bisa ditahan lagi, Dika membalik badan dan berjalan cepat menuju Diva.

Dika memeluk pinggang ramping Diva, kemudian melahap bibir istrinya dengan lembut. Diva yang panik langsung berusaha mendorong Dika menjauh sambil memukul mukul dada Dika, tapi sayang usahanya tak berhasil. Dika semakin liar melahap bibir Diva, wanita itu akhirnya hanya bisa pasrah dan menangis.

Dika tersadar saat mendengar Isak tangis Diva, dia melepaskan ciumannya dan berdiri menjauh dari wanita berambut panjang itu.

"Maafkan aku," ucap Dika. Dia merasa bersalah pada Diva karena telah melakukan serangan mendadak.

"Om membuatku takut," lirik Diva sambil mengusap air matanya. Dika bisa menebak kalau perbuatannya itu telah membuat Diva teringat pada pelecehan yang pernah Dika lakukan padanya dua bulan lalu.

"Maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi." Dika pergi begitu saja meninggalkan Diva sendirian didalam kamarnya. Entah kenapa Diva merasa bersalah, terlebih saat melihat wajah kecewa dari suaminya.

Diva memegang dadanya yang begitu sesak. "Apa yang terjadi pada pria itu? Mungkinkah dia mulai tertarik padaku?" Diva bertanya tanya dalam diam.

Ruang pribadi Dika...

Dika menjatuhkan tubuhnya diatas sofa, dia memijat ujung kepalanya yang terasa pusing. Bayang bayang wajah Diva yang berlinang air mata membuatnya seperti seorang penjahat. Bisa bisanya dia hilang kendali dan mencoba untuk menjamah Diva lagi, padahal dia sendiri yang menulis perjanjian tertulis kalau mereka berdua dilarang keras melakukan kontak fisik. Benar benar memalukan!

"Sekarang dia pasti tidak akan percaya pada kata kataku lagi," ucap Dika penuh penyesalan.

🍁🍁🍁

Malam semakin larut, Dika belum juga masuk kedalam kamarnya. Diva mencari keberadaan Dika dimana mana sampai akhirnya dia menemukan Dika sedang tidur diatas sofa dalam ruangan pribadinya. Ada rasa kasihan dalam hati Diva pada Dika, pria itu pasti sangat menginginkannya tadi.

Diva pergi ke kamar untuk mengambil selimut, kemudian kembali menemui Dika dan membalut tubuh kejar Dika dengan selimut itu.

"Maaf, aku mungkin tidak akan pernah mau dijamah olehmu." Ucap Diva lirih. Diva pergi meninggalkan ruangan itu, beberapa saat kemudian Dika kembali membuka matanya.

Dia begitu membenci Dika, dia mau menjadi istri Dika hanya agar anaknya memiliki seorang Ayah untuk diakui. Setelah anak itu lahir mungkin Diva akan meminta cerai dari Dika. Dika tolong sadar diri, jangan terlalu dalam masuk kubangan cinta gadis muda itu.

Esok harinya...

Diva telah menyiapkan segalanya diatas meja makan, aneka makanan beraneka ragam buatan tangannya sendiri. Setelah memanggil Ibu mertua untuk sarapan bersama, Diva berniat memanggil Dika suaminya untuk makan juga. Sayangnya pria itu terlalu terburu buru untuk pergi ke kantornya.

"Om... Om Dika...!" Diva berteriak keras. Tapi Dika mengabaikan teriakan istrinya dan pergi begitu saja dengan mobilnya.

"Apa dia marah padaku?" Gumam Diva lirih.

"Mungkin Tuan tidak mendengar teriakan Nona tadi. Ada sesuatu yang buruk terjadi dikantor, jadi Tuan harus buru buru datang kesana untuk menanganinya," ucap Leon yang tiba tiba saja muncul dari balik pintu.

"Sesuatu yang buruk? Apa itu?" Diva penasaran.

"Nona tanyakan saja sendiri nanti kalau Tuan pulang dari kantornya." Leon tersenyum kecil.

"Baiklah, aku akan menanyakannya nanti." Diva berjalan lemas menemui Ibu mertuanya diruang makan. Pikiran Diva masih terfokus pada sikap Dika tadi, dia merasa kalau Dika mendengar teriakannya tapi tetap sengaja mengabaikannya.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!