Diva dan Dika kembali ke kamar Hotel, mereka merasa lega karena calon anak mereka baik baik saja. Hanya saja Diva tidak boleh kelelahan, apa lagi usia kehamilannya masih dibawah empat bulan.
"Pergi tidur, biar aku yang akan bereskan barang barang kita kedalam koper,"
"Apa kita sudah akan pulang kerumah Om?"
"Iya, besok pagi kita akan pulang kerumah."
Diva naik keatas ranjang, dia memakai selimut dan mulai memejamkan kedua matanya. Tak berselang lama, tiba tiba saja Diva mengoceh sambil menutup mata seperti seseorang yang sedang mengalami mimpi buruk.
"Jangan, jangan tinggalkan aku," gumam Diva lirih. Suara itu memancing Dika untuk berjalan mendekat kearahnya.
"Jangan bawa dia pergi, aku mohon," bulir air mata keluar dari sudut mata Diva.
Tanpa perintah Dika memeluk Diva, mengangkat kepala wanita itu dan menaruhnya diatas lengannya. Dia menatap wajah Diva dengan seksama, jelas sekali kalau Diva sedang ketakutan karena sesuatu.
"Diva, tenanglah. Ada aku disini," bisik Dika lirih ditelinga Diva.
"Jangan pergi dariku, aku hanya punya kamu didunia ini. Hiks... Hiks..."
"Aku tidak akan pergi, tenanglah..."
Dika mengelus rambut Diva beberapa kali, Diva mulai merasa nyaman dan akhirnya bisa kembali tidur dengan nyenyak. Sialnya, Dika diserang oleh rasa kantuk yang teramat sangat hingga tak sengaja tidur diatas ranjang yang sama dengan istrinya.
Pagi menjelang, Diva membuka mata dan mencoba mengumpulkan tenaga untuk bangkit. Diva baru sadar ada sebuah lengan besar sedang memeluk pinggangnya. Dia menoleh kesamping, nampak sosok Dika sedang tertidur lelap disampingnya. Diva ingin berteriak, tapi dia segera membungkam mulutnya agar Dika tidak terbangun. Dia turun dari kasur dan berjalan mengendap menuju kamar mandi.
"Astaga, kami tidur satu ranjang semalam? Yang benar saja? Kenapa tiba-tiba dia ada di sampingku?" Oceh Diva berkali kali. Pipinya memerah, suhu tubuhnya pun naik. Diva memutuskan untuk mandi air dingin agar keadaan tubuhnya bisa segera kembali normal.
Selesai mandi, Diva keluar dari dalam kamar mandi dengan balutan baju mandi super seksi. Dia kaget saat mendapati Dika telah berdiri didepan pintu dan menunggunya keluar.
"Kamu mandi atau pingsan? Lama sekali. Membuatku khawatir saja," omel Dika.
"Khawatir? Memang apa yang akan lakukan dikamar mandi?" Diva mengerut dahi.
"Semalam kamu tidur sambil menangis dan bicara yang tidak jelas. Apa kamu tidak ingat?" Dika menceritakan hal aneh yang Diva lakukan saat tidur semalam.
"Aku.... Aku tidak ingat apapun," Diva meringis.
"Apa yang kamu mimpikan semalam?"
"Aku tidak tau, aku bilang aku tidak ingat apapun,"
"Dasar bocah tengil! Awas minggir, aku juga mau mandi."
Diva melongo, dia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Om Dika khawatir padanya? Pria galak itu ternyata punya sedikit kepedulian untuknya. Tak sadar, Diva mengukir senyum lebar yang manis seperti madu.
🍁🍁🍁
Tepat pada pukul 09.00 pagi keduanya keluar dari kamar Hotel. Mereka menarik koper masing masing dan memasukannya kedalam bagasi mobil. Kepala Dika dan kepala Diva tak sengaja saling bertemu hingga menimbulkan suara nyaring.
Pletak....
"Aduh, sakit..." Diva mengeluh menyentuh ujung keningnya yang terbentur kepala Dika. Tiba tiba saja Dika mengulurkan kedua tangannya, menyentuh kepala Diva dan mencium keningnya.
Cup....
Diva mendelik kaget, benda kenyal dan lembut itu menyentuh kening datarnya. Ini kali pertama ada pria yang berani mencium kening Diva, dan pria itu adalah Dika.
"Apa masih sakit?" Dika menatap Diva dengan tatapan serius.
"Masih, sedikit," sahut Diva singkat.
"Biar aku cium lagi," celetuk Dika.
"Tidak mau! Jangan mendekat, tolong jaga jarak dariku," Diva menolak mentah-mentah tawaran dari Dika. Bukannya tidak suka, tapi Diva takut khilaf dan melakukan hal konyol pada Dika nantinya.
"Jangan geer ya, aku mencium keningmu sebagai tanda meminta maaf," cicit Dika. Dia berusaha menutupi rasa malu dan kecewanya karena telah ditolak oleh Diva.
"Lain kali jangan lakukan itu lagi!" Diva memasang wajah kesal.
Sepanjang perjalanan menuju rumah, keduanya menutup mulut. Tidak ada separah katapun keluar dari dalam mulut mereka. Sepertinya mereka sedang grogi karena tingkah masing masing tadi.
Suasana mobil jadi sepi seperti kuburan baru. Untuk mengusir rasa hening Dika memutar lagu pop Favoritnya dengan volume sedang. Lagu cinta mengalun merdu, membuat hati Diva merasa nyaman berada disisi pria menyebalkan itu.
"Apa Om Dika tidak tau kalau itu adalah ciuman pertamaku?" Batin Diva.
Pikirannya kembali pada malam naas itu, malam dimana dia digarap oleh Dika secara paksa setelah dibeli dari Tantenya. Dika sama sekali tidak menciumnya, dia langsung menuju inti tanpa menyentuh bagian lain.
"Sial, kenapa aku jadi teringat pada kejadian malam itu?" Cibir Diva pada dirinya sendiri.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments