5

"Rumah ibu dimana?" tanya Shaka saat mereka selesai makan siang dan hendak pulang

"Di perumahan dekat sini"

"Kami antar" kini giliran Shan yang menjawab

"Tapi bisakah hanya sampai depan gang? Bukan bermaksud tidak sopan, tapi saya hanya takut tetangga berbicara yang tidak-tidak ketika melihat saya pulang di antar orang lain apalagi menggunakan mobil"

"Seberapa jauh rumah anda dari gang itu?" tanya Shan penasaran

"Hanya berjarak tiga rumah, dan rumah keempat sudah rumah saya" entah kenapa Ana malah menerangkan posisi rumahnya pada orang yang baru di kenalnya

"Baiklah kalau begitu"

Shan benar-benar menuruti ucapan Ana yang minta di turunkan di depan gang rumahnya,

"Terima kasih dan maaf sudah merepotkan" ucap Ana sopan pada Shan dan kedua adiknya sebelum turun dari mobil

Saat Ana sudah masuk ke dalam gang rumahnya Shan tidak langsung melajukan mobilnya melainkan tetap memantau guru adiknya hingga sampai ke rumahnya yang ternyata masih bisa di lihat dari ujung gang tempatnya berhenti,

"Rumahnya disana kak" ucap Khay menunjuk rumah yang baru saja di masuki oleh gurunya itu,

"Hm"

"Ham hem ham hem terus kalo jawab, bahasa mana sih yang kakak pelajari sampai gak bisa jawab pakek bahasa bener, ngomong kan gak bayar kak, irit banget" keluh Khayla pada kakaknya yang benar-benar terlampau irit bicara

...****************...

"Keputusan ayah sudah bulat, kau tetap bertunangan dengan Bella minggu depan!" ucap Reenan

"Sekali lagi aku katakan ayah, aku tidak berhutang apapun pada orang lain, aku tidak berhutang budi atau berhutang uang pada siapapun jadi aku merasa tidak harus melakukan sesuatu untuk membalas mereka"

"Tapi ini sudah keputusan ayah"

"Apa mereka tidak punya mangsa lain selain keluarga kita? Masih banyak keluarga kaya selain keluarga kita yang bisa di jadikan mangsa oleh mereka!" suara Shan tidak kalah tingginya

"SHANKARA!" bentak Reenan pada putra sulungnya

"Aku tidak mau, jika masih memaksaku aku akan buat neraka untuk hidup mereka!"

"Mas! Sudah ku bilang jangan memaksa anakku, jika dia tidak mau biarkan saja mereka juga punya pilihan sendiri!"

Reenan meninggalkan ruang keluarga karena tidak ada yang membelanya sama sekali, ia tau bahwa apa yang ia lakukan salah dan bisa melukai hati anak dan istrinya

Tapi saat ini ia teringat wajah Bella yang datang menemuinya dengan mata sembab dan putus asa karena ayahnya sudah di ICU dan dalam masa kritis, ayahnya hanya ingin melihat Bella menikah sebelum benar-benar meninggalkan dunia ini

Dan sialnya Shankara ada di dalam daftar menantu idaman yang di inginkan oleh ayah Bella hingga membuat mau tidak mau ia menemui Reenan untuk mengutarakan maksudnya agar saat ia meninggal nanti ia bisa tenang karena anak perempuannya berada di tangan laki-laki dan keluarga yang tepat menurutnya,

Shan keluar dari rumah dan mengendarai motor entah kemana yang penting ia ingin menjauh dari ayahnya,

Selama menjadi anak baru kali ini ayahnya bersikap memaksa padanya, biasanya mereka akan selalu sepemikiran atau sependapat, jikalau berselisih pendapat mereka akan membicarakan dengan baik tidak pernah ayahnya meninggikan suara padanya dan ia juga tidak mau meninggikan suara pada ayahnya

Tapi menurutnya ayahnya sudah keterlaluan, walau ia tidak pernah membantah bukan berarti ayahnya bisa bersikap semena-mena padanya apalagi untuk urusan jodohnya

"Kakak Shaka ya?" sebuah suara mengangetkan Shan saat ia sedang berdiam diri di tepi taman

"Guru Shaka ya?" balasnya mencoba untuk ramah

"Ana, panggil Ana saja pak jika sedang di luar seperti ini"

"Kalau begitu panggil Shan saja, aku merasa tua jika terus menerus di panggil pak"

"Sedang apa disini sendiri?" tanya Ana yang heran melihat Shan termenung sendirian

"Tidak apa-apa"

"Kalau begitu saya permisi" Ana segera melangkah menjauhi Shan yang hanya bisa berdecak kesal karena tidak bisa berkutik di depan perempuan barusan

"Harusnya ku tahan tadi!" ucapnya kesal pada dirinya sendiri

Shan memutuskan untuk kembali melajukan motornya perlahan sambil menikmati sejuknya angin malam yang jarang bisa ia rasakan,

Ia berfikir bahwa hidupnya hanya seputar bekerja dan di rumah bersama keluarganya, jarang ia berkumpul bersama teman-temannya karena kesibukannya yang kadang di luar batas,

Shan memutuskan untuk ke tempat penjual nasi goreng yang biasa ia dan Shaka makan ketika sedang keluar rumah,

"Pak maaf uangnya kurang" seorang gadis menarik perhatian Shan yang sedang menyantap makanan di depannya

"Duh gimana ya dek, ambil dulu aja uangnya nanti di ambil lagi nasi gorengnya"

Perempuan belia yang terlihat bingung menarik perhatian Shan, ia sedikit iba melihat perempuan sebaya adiknya terlihat kebingungan karena uang yang ia bawa kurang

"Ini pak sekalian dengannya" ucap Shan menyerahkan selembar uang 100ribu kepada tukang nasi goreng

"Makasih kak" gadis itu menunduk sopan saat tau nasi gorengnya sudah di bayarkan

"Hm"

"Sekali lagi terima kasih kak"

"Hm, dimana rumahmu?" tanya Shan yang menyadari bahwa gadis di depannya sepertinya tidak membawa kendaraan

"Perumahan sana kak" tunjuk gadis itu ke arah perumahan yang walau masih terlihat tetapi cukup jauh jika di tempuh dengan jalan kaki

"Ku antar sampai rumahmu, tidak baik perempuan jalan sendirian"

"Tapi kakakku akan menjemput ku nanti"

"Perempuan atau laki-laki?" tanya Shan

"Apanya?" balas gadis di depannya dengan wajah bingung

"Kakakmu"

"Oh, kakakku perempuan"

"Bilang padanya kau akan ku antar sampai depan rumahmu, tenang saja aku bukan orang jahat"

Gadis itu berlalu dan segera menelfon kakaknya, ia menceritakan apa yang terjadi hingga ia akan di antar pria tidak di kenal sekarang

"Maaf, kakak ku sudah dalam perjalanan kemari dan tolong kakak tunggu sebentar disini"

"Untuk apa?" tanya Shan penasaran

"Aku juga tidak tau tapi tolong kakak tunggu sebentar ya"

Shan menurut dan ikut menunggu kakak dari gadis di depannya ini, ia mengeluarkan ponselnya dan melihat banyak panggilan dan pesan dari bunda juga kedua adiknya yang menanyakan keberadaannya

Bahkan ia melihat pesan dari Shaka yang akan memporak porandakan rumah jika sang ayah tetap memaksa kehendaknya,

"Sok berani" gumam Shan pada dirinya sendiri,

Bahkan ia ingin tertawa ketika adik perempuannya mengirim pesan bahwa ia akan berhenti menerima uang jajan dari ayahnya jika sang ayah tega padanya, ia hanya akan menerima uang jajan jika itu dari bunda atau darinya,

"Ini juga sama saja" gumam Shan lagi

"Nesya" suara itu masuk ke dalam telinga Shan sampai membuat Shan seketika menoleh ke arah sumber suara

"Malu-maluin, beli nasi goreng aja gak bawa uang" omel perempuan yang baru datang itu,

"Mana tadi yang bayarin nasi goreng mu?"

"Kakak ini" tunjuk gadis yang bernama Nesya itu ke arah Shan

"Hai" sapa Shan ketika melihat perempuan di depannya ini terkejut dengan keberadaannya,

"Hai, maaf sekali aku jadi merepotkan mu dan ini uang untuk mengganti uangmu tadi mohon di terima ya"

"Sudah tidak usah,"

"Jangan begitu, aku jadi tidak enak hati kalau seperti ini, apalagi kita juga baru saja kenal"

"Ku bilang tidak usah" balas Shan jengah

"Mohon di terima, dan maaf kalau adikku sudah merepotkan mu"

"Sebagaimana saat adik-adikku membuatmu repot aku tidak masalah di repot kan juga oleh adikmu" balas Shan dengan senyum yang jarang ia tunjukan kepada orang lain.

Terpopuler

Comments

Isnaaja

Isnaaja

kakanya pasti bu ana

2024-04-22

0

Isnaaja

Isnaaja

kalau tau salah kenapa masih dilakukan? herman deh

2024-04-22

1

Isnaaja

Isnaaja

kalau udah tau rumahnya kan jadi gampang kalau mau apel.uhuy 😁

2024-04-22

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!