4

"Jangan begitu dengan anakmu, kalau kau di posisi Shan belum tentu kau juga mau! Dulu kakek juga sudah menyerah untuk menjodohkan mu dengan anak kenalannya tapi kakek tidak pernah memaksakan kehendaknya padamu, beliau hanya membantumu memilih jodoh bukan memaksamu berjodoh dengan perempuan yang tidak kau sukai!" Annisa langsung mengomel ketika mereka sampai ke dalam kamar

"Ayah Bella sakit keras, ia ingin melihat anaknya menikah dengan orang yang tepat dan ia pikir Shan adalah orang yang tepat"

"Jangan coba-coba! Aku tidak mau jika anakku tersiksa dengan pernikahannya!"

"Aku tidak tega, hidupnya hanya beberapa bulan lagi, ia menderita kelainan darah dan juga kanker tulang yang sudah menyebar ke seluruh tubuhnya" ucap Reenan lirih

"Memangnya dia atau dokternya itu Tuhan! Kenapa memvonis manusia seenaknya! Pokoknya aku tidak mau tau jangan memaksakan kehendak mu pada anakku!"

Reenan hanya diam ia dilema antara menolong temannya atau menurut pada istrinya, di satu sisi ia benar-benar tidak tega dengan temannya dan di sisi yang lain ia takut melukai hati istri dan anaknya,

"Kita coba dulu, jika mereka tidak cocok mereka bisa membatalkan pertunangannya"

Annisa hanya menatap Reenan dengan ekspresi yang benar-benar jengkel hingga akhirnya ia memilih untuk keluar dari kamarnya daripada harus berhadapan dengan suaminya yang entah kenapa sangat menyebalkan sekarang di matanya,

...****************...

"Hai" Bella menyapa Shan yang baru saja masuk ke lobby kantornya

Shan mengacuhkannya dan tetap melangkah seolah-olah tidak melihat kehadiran perempuan itu barusan,

"Shan" panggil Bella sedikit keras hingga membuat beberapa orang melihat ke arah mereka dan juga tentu saja membuat Shan berhenti berjalan

Bella mendekat ke arah Shan dan berdiri di hadapan laki-laki tinggi itu,

"Kau sudah dengar rencananya?" tanya Bella sambil berusaha tersenyum semanis mungkin di hadapan Shan

"Kau tidak punya pekerjaan?" tanya Shan

Bella hanya menggeleng, ia memang tidak pernah bekerja, semua kebutuhannya sudah di cukupi oleh ayahnya lagipula ia berpikir bahwa usianya masih cukup muda lebih baik ia bersenang-senang dahulu sebelum mengabdikan diri untuk membantu ayahnya,

"Kalau begitu minggir, aku banyak pekerjaan"

"Bagaimana pendapatmu tentang minggu depan?" seolah menulikan telinga, Bella tetap berdiri dan bertanya hal yang paling Shan benci sejak semalam

"Kau sudah dengar?" tanya Shan

"Apa?"

"Aku menolaknya!" ucap Shan dan berlalu dari hadapan Bella

...****************...

"Bu Ana" panggil Shaka dari kejauhan

Orang yang di panggil Shaka langsung berhenti dan menatap dua muridnya berlarian mendekat ke arahnya

"Ada apa Shaka?" Ana bertanya dengan lembut saat mereka sudah berdiri di hadapannya,

"Ibu membawa ponsel?" tanya Khay

"Bawa"

"Ibu masih menyimpan kartu nama kak Shan?" giliran Shaka bertanya,

"Masih ada tapi itu di kantor"

"Kita ambil kalau begitu" usul Khay yang langsung di angguki Shaka

"Kenapa memangnya?" tanya Ana bingung melihat tingkah murid di depannya ini

Shaka dan Khay kompak mengeluarkan ponsel mereka yang sudah tidak mempunyai daya,

"Kami kehabisan baterai, jadi tolong ibu hubungi kak Shan untuk menjemput kami" pinta Khay dengan nada memelas

"Bisa kompak begitu" Ana menggeleng saat merasa dua anak di depannya ini hanya ingin mengerjainya saja

"Ibu tidak percaya? Ini lihat ya kalau kami tidak berbohong" ucap Shaka yang bersiap untuk menyalakan kembali ponselnya

"Percaya percaya, tapi apa kalian tidak hafal nomor kakak kalian? Kalau harus kembali ke kantor itu lumayan jauh"

Mereka berdua menggeleng

"Atau nomor ayah kalian saja jika kalian ingat, sini ibu telfon kan" tawar Ana

"Jangan, ayah sibuk" sergah Shaka

Khay mengeluarkan dompetnya dan menyerahkan kartu nama kakaknya pada bu Ana,

Khay ingat ia pernah meminta kartu nama kakaknya untuk berjaga-jaga jika ada keadaan darurat seperti sekarang, walau tidak terhitung darurat tapi ini salah satu langkah mereka untuk membuat kakaknya dan bu Ana bisa saling berkomunikasi jika punya nomor ponsel masing-masing,

"Ini" Ana menyerahkan ponselnya pada Shaka dan langsung di tolak oleh Shaka

"Ibu saja yang bilang, sampaikan pada kak Shan kami minta di jemput sekarang!"

Ana sedikit menjauh dari mereka berdua, ia menyampaikan pesan dari Shaka saat panggilannya di jawab oleh Shan,

"Sudah bu?"

"Sudah, kalau begitu ibu pamit pulang dulu ya keburu kehabisan bis"

"Bu" tarik Khay reflek saat melihat gurunya akan melangkah pergi

"Mau hujan, ibu kami antar sekalian saja" lanjut Khay

"Tidak usah, ibu sudah biasa pulang sendiri" tolak Ana

Khay memeluk gurunya dari samping agar tidak pergi kemana-mana

"Khay jangan seperti ini, ibu benar-benar tidak apa-apa pulang sendiri, sudah lepas ya jangan seperti ini"

"Tidak! Hujan sudah mulai turun ibu akan basah jika lari sampai ke halte" balas Khay yang masih tetap memeluk gurunya dari samping,

"Astaga anak-anak ini" keluh Ana pada dirinya sendiri

Tin tin

Suara klakson mobil membuat mereka menoleh dan melambaikan tangan saat melihat mobil kakaknya sudah ada di halaman sekolah

"Masuk!" ucap Shan dari dalam mobil, tapi melihat seseorang yang cukup familiar akhirnya Shan turun sambil membawa payung yang selalu ia simpan di dalam mobilnya

Ia menyerahkan payung itu pada Khay untuk digunakan Khay dan gurunya, Khay menerima dan langsung menuju ke mobil kakaknya,

"Ibu duduk depan saja" Khay membuka pintu depan mobil kakaknya,

Shan dan Shaka berlari menyusul para perempuan dan segera masuk ke dalam mobil

"Makan siang dulu" ucap Shaka saat mobil mulai bergerak

"Eh? Ibu tidak ikut, nanti turunkan saya di halte depan saja" ucap bu Ana sungkan, ia tidak mau di cap merepotkan oleh orang yang baru di kenalnya

"Hm" jawab Shan menutupi gugupnya

"Nasi padang ya kak, aku kelaparan" ucap Shaka yang di balas anggukan oleh Shan

Tidak ada suara apapun di dalam mobil, mereka hanya saling terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing

"Saya berhenti di halte itu saja" suara Ana memecah keheningan di dalam mobil

Shan hanya diam, tapi saat melewati halte yang guru adiknya maksud ia terus saja melajukan mobilnya tanpa menyadari tatapan heran dari ketiga penumpang mobilnya

"Kenapa tidak berhenti?" tanya Ana panik

"Ikut kami makan siang saja dulu bu, nanti setelah itu biar kami antar sampai rumah" ucap Khay menjelaskan

Ana hanya menghela nafas pasrah saat ia sadar bahwa kakak beradik ini bersifat sedikit pemaksa dan keras kepala, dan sialnya ia terjebak di antara mereka bertiga

"Semoga aku selamat sampai di rumah" batin Ana meronta, ia merasa canggung sekali saat pergi bersama orang-orang kaya ini

Terpopuler

Comments

Isnaaja

Isnaaja

sabar ya bu,,emang ayah sama emaknya juga pada keras kepala,jadi gak heran kalau nurun sama anaknya.😁

2024-04-21

1

Isnaaja

Isnaaja

bagus sa,,belum tentu itu juga beneran,siapa tau itu cuma bohongan.jangan tertipu

2024-04-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!