Kenangan Lama Dan Baru Mora
Mora Laisara hidup dikeluarga yang bahagia bersama dengan ibu dan ayahnya. Sebelum kecelakaan itu terjadi Ibunya yang bernama Sara Milasari sedang pergi untuk menjemput Mora di taman kanak-kanak, yang tidak jauh dari perkomplekan rumah dia tinggal. Sara saat itu tidak tahu, kalau hari itu adalah hari terakhir dia untuk melihat putrinya Mora. Sebelum dia berangkat kendaraan sudah dicek oleh sopir, kalau tidak ada masalah yang akan terjadi.
Tapi tepat di tengah perjalanan dimana Sara merasa kalau dirinya tidak enak. Dia melihat ke belakang tampak ada mobil yang mengikutinya. Sara melaju mobilnya hingga tepat di belokan yang tajam dia lepas kendali dan menabrak pembatas pagar jalan. Awalnya mobil tidak langsung masuk ke dalam jurang karena ada pembatas jalan. Sara yang penuh luka dikepalanya sadar karena ada batal pelindung di mobilnya. Sara hendak keluar dari mobil tampak seorang berbaju hitam datang dan menodongkan pistol ke arah Sara.
“Duaar,”suara tembakan mengarah ke kepala Sara. Setelah Sara tewas ada truk yang menabrak mobilnya dari belakang membuat dia tewas, wajah yang tidak dikenali.
“Kenapa mama lama sekali menjemputku,”ucap Mora yang menuggu di depan taman kanak-kanak bersama dengan gurunya.
“Mora kita tunggu didalam saja bagaimana?,”ucap gurunya. Mora mengikuti gurunya masuk hingga datang Satya Bramwijaya dengan wajah sedihnya. Mora mendengar suara namanya di panggil dia menoleh ke belakang, wajah Mora tersenyum karena ayahnya menjemputnya. Dia langsung berlari ke arah ayahnya dan memeluknya.
“Kenapa ayah yang jemput, bukan mama,”ucap Mora dengan suara lembutnya. Bram tidak bisa berkata hanya bisa memeluk Mora putri satunya. Mora dan Bram pergi ke rumah sakit, dimana semua terlihat suram termasuk ayahnya. Mora yang tidak tahu apa yang terjadi mencari ibunya. Tapi dia tidak melihatnya hanya kain didepan yang menutupinya.
“Ayah dimana ibu,”ucap Mora. Setelah berkata itu tiba-tiba tangan Sara yang satunya terayun di kasur dorongnya. Tampak gelang pemberikan Mora di tangan yang gelap dan penuh luka. Mora yang melihatnya teringat kalau ibunya selalu memakai gelang yang dia buat itu. Tapi Mora yang tidak tahu kenapa tangan yang tergantung di kasur dorong itu memakai gelang yang sama dengan hadiah Mora kepada ibunya.
“Ibu,”ucap dengan suara kecil Mora. Bram yang melihat Mora langsung memeluknya dan menangis. Saat itu juga Mora sadar kalau ibunya sudah tiada didepan gelang itulah sebagai buktinya. Mora yang tidak percaya ingin melihat wajah ibunya. Tapi ayahnya melarang dan memberitahukan kepada Mora kalau ibunya tidak bisa dikenal karena dia mengalami kecelakan dan masuk tebing hingga mobil terbakar.
Mora menangis sejadinya setelah pemakaman selesai Mora yang tidak melihat ayahnya duduk di ruang tamu. Di mana wajah Mora yang sedih atas kehilangan ibu yang dia cintai. Tapi tidak disangka Mora yang duduk mencari ayahnya karena ingin dipeluk, pintu terbuka. Mora segera berlari untuk menyambut ayahnya.
Tapi ayahnya pulang bersama dengan dua orang yang Mora tidak kenal.”Ayah siapa mereka?,”ucap Mora yang polos.
“Sayang dia adalah ibu baru kamu Sari Indrayati dan adik kamu bernama Bela Mitasari,”ucap Bram dengan wajah tidak bersalah. Mora yang mendengarnya hanya diam saja apa lagi dirinya masih sedih atas kepergian ibunya.
“Ayah dia bukan ibuku dan adikku. Sebenarnya apa yang terjadi ayah?,”ucap Mora menghapus air mataya dimana hati kecil Mora merasa ayah sudah menyakiti hati ibu yang sudah pergi. Tapi bukan perkataan lembut yang dilontarkan Mora mendapatkan tamparan ke arah pipi kecil Mora sambil dia berkata,”Apa yang kamu katakan dia adalah ibu kamu mulai sekarang dan adik kamu jangan membantah. Ibu kamu itu sudah mati ayah tidak mau tinggal sendirian karena ibu kamu mati. Jadi hargai keputusan ayah kamu mulai sekarang. Jangan membuat keributan lagi sapa adik dan ibu baru kamu.”
Mora hanya menurut keinginan ayahnya dan memanggil ibu tirinya dengan wajah tidak terima dan adiknya. Tapi Mora yang tidak berdaya karena rasa sakit di wajahnya membuat dia masuk ke kamar. Bela yang dengan diam-diam mengikuti Mora dari belakang. Tepat pintu hendak tertutup Bela dengan keras mendorong pintu yang akan di tutup oleh Mora.”Wah kamar yang cantik aku mau tidur di sini,”ucap Bela.
“Bela kamu bisa keluar dari kamarku tidak, ini kamarku jadi jangan sembarangan masuk seperti itu,”ucap Mora yang tidak terima. Tapi kemudian Bela terjatuh dan menangis didepan Mora sampai Bram dan Sari mendengarnya.
“Bela apa yang terjadi dengan kamu,”ucap Sari memeluk Bela di lantai.
“Mora apa yang kamu lakukan kepada adik kamu. Jika kamu tidak suka dengan kami jangan seperti ini,”ucap Sara.
“Aku tidak melakukan apa-apa Bela jatuh sendiri tadi,”ucap Mora yang memberitahukan kebenarannya. Tapi Bram langsung menarik tangan Mora dengan erat membuat tangan kecil itu merasa sakit. Bram dengan kasar berkata,”Cepat minta maaf kepada adik kamu.”
“Tapi ayah aku tidak bersalah Bela yang masuk tiba-tiba dan jatuh sendiri aku saja tidak menyentuhnya sama sekali. Ayah percayalah kepadaku,”ucap Mora yang menahan rasa sakit dengan air mata yang hendak menetes. Tapi Bram tidak percaya dengan Mora hingga dia diseret masuk ke dalam loteng.
Pintu tertutup setelah Bram mendorong Mora hingga dia jatuh di lantai. Mora segera berdiri meminta ayahnya untuk membukakan pintunya tapi ayahnya tidak membukanya.”Mulai sekarang kamu akan tinggal di sini selamanya,”ucap Bram.
“Ayah aku tidak mau, tolong maafkan Mora,”ucap Mora dengan suara terisak-isak karena merasa takut di loteng yang gelap dan kotor. Bram segera turun dan melihat Bela yang masih ada dipelukan Sari.
“Bela putriku apa kamu tidak apa-apa,”ucap Bram dengan lembut. Bela hanya menggelengkan kepalanya kepada Bram.
“Mulai sekarang ini adalah kamar kamu jadi kamu jangan sedih ya,”ucap Bram memberikan kamar Mora kepada Bela tanpa izin dari putrinya sendiri.
“Iya ayah terima kasih,”ucap Bela memeluk Bram. Dimalam yang dingin setelah kematian Sara putrinya bernama Mora harus merasakan rasa pahit setelah kehangatan datang kepada dirinya. Suara tikus dan angin yang berhempus karena jendela yang sedikit terbuka. Mora menangis di dalam loteng hingga dalam pelayan memberikan makanan untuk Mora.
Tapi pelayan itu ketahuan oleh Bela dengan dia berterik dengan keras hingga semua orang datang.”Bela kenapa kamu berterik,”ucap Bram yang datang lebih dulu. Mora yang melihat ayahnya segera meminta maaf kepadanya. Tapi sikap ayahnya berubah dratis dengan dia mendorong Mora.
“Mora kamu ini anak nakal,”ucap Bram dengan wajah merasa tidak ingin menyentuhnya. Mora yang mendengarnya sangat sakit saat itu.
“Ayah pelayan itu memberikan Mora makanan dengan diam-diam,”ucap Bela sambil menunjuk. Bram menoleh ke arah pelayan itu dan segera dia memencat pelayan dengan tegas. Setelah pelayan itu di usir Bram berkata,”Mulai sekarang jangan beri makan atau membantu Mora. Karena mulai sekarang dia sama dengan kalian menjadi pelayan di rumah ini.” Mora yang mendengarnya hanya diam saja dia yang ingin bicara kepada ayahnya tapi dia urungkan karena Mora pasti akan di tampar lagi oleh Bram. Setelah itu bagaimana kehidupan Mora di rumah ayahnya dengan ibu tirinya?.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Lhisa Amira Nhatasya
kasihan skli mora🥲🥲
2024-05-28
1
Tasya ✨
saya mampir yah kak. 😀
2024-04-16
1