KLdBM 2

Setelah hari itu Mora bangun pagi membersihkan semua ruangan dan rumah di tempat dia tinggal. Di dalam hati Mora bertanya,”Kenapa ayah berubah ya.” Mora yang tidak tahu kenapa semua ini bisa terjadi, tapi yang dia tahu kalau semua ini adalah kesalahan Bela dan Ibu tirinya, Sari. Tapi Mora yang masih berumur 4 tahun yang membutuhkan kasih sayang.

Sudah diabaikan oleh ayahnya Bram di sela Mora menyelesaikan pekerjaannya. Pelayan dan bibi yang dulu pengasuhnya kadang membantu dengan diam-diam. Tapi saat ada Bram dan dua orang yang masuk tiba-tiba itu mereka bersembunyi. Bela yang keluar dari kamarnya yang baru dimana Mora dulu tinggal.”Kerja yang benar lihat ini masih kotor lantainya,”ucap Bela yang menginjak bekas lantai yang masih basah.

“Bela kamu kenapa lewat sini sudah jelas ada penanda kalau di situ masih basah. Kenapa kamu lewat situ, apa kamu mencoba mencari masalah denganku karena kamu disayang oleh ayah,”ucap Mora yang kesal.

Bela tidak membalas ucapan Mora malah dia pura-pura terjatuh karena saat itu Bram juga hendak melewatinya.”Aduh sakit, Mora kenapa kamu jahat kepadaku. Akukan tidak salah apa-apa kenapa kamu membuat aku jatuh,”ucap Bela dengan sikap sedihnya. Bram yang melihat Bela segera membantunya dan menggendongnya,”Putriku Bela apa kamu tidak apa-apa.”

“Ayah Mora membenciku dan dia ingin balas dendam karena kamarnya sudah aku ambil,”kata Bela yang memeluk Bram dengan wajah penuh air mata.

“Aku tidak melakukannya, dia sendiri yang jatuh bukan aku,”kata Mora yang membela. Bram yang merasa marah kepada Mora berkata,”Kamu itu anak yang tidak tahu terima kasih, sudah aku beri tempat tinggal masih saja mencelakai adik kamu. Apa perlu aku usir kamu ke desa tempat kakek kamu berada.”

“Tapi ayah, aku tidak melakukannya Bela kenapa kamu memfitnah aku,”ucap Mora dengan nada keras. Tapi ayahnya yang tidak percaya langsung mendorong Mora hingga kepalanya terbentuh tepian anak tangga.

Kepala Mora yang berdarah dan rasa sakit membuat Mora menahan rasa sakit itu.”Apa aku pergi saja ke desa tempat kakek berada dari pada aku disini selalu di perlakukan tidak baik,”ucap Mora yang hendak berdiri di bantu pelayan yang melihat.

“Nona anda tidak apa-apa,”ucap pelayan.

“Aku tidak apa-apa kok kak, aku baik saja,”ucap Mora yang menahan rasa sakit.Setelah itu Sari memanggil Mora untuk turun.”Iya ibu kenapa kamu memanggilku,”ucap Mora yang sedikit tertunduk.

“Siapkan makanan untuk kami bertiga. Itu hukuman kamu karena sudah membuat adik kamu terluka,”ucap Sari. Mora tanpa berkata pergi ke dapur dimana semua sudah disiapkan oleh bibi Ica dan pelayan yang lain. Mora hanya menyajikan dimeja makan setelah itu Mora yang hendak ingin duduk di meja makan. Di seret oleh ayahnya,”Untuk apa kamu duduk disini.”

“Aku juga ingin makan bersama ayah,”ucap Mora dengan polos.

“Mulai sekarang kamu tidak boleh makan di sini. Kamu makan bersama dengan pelayan yang lain,”ucap Bram dengan dingin.

“Tapi ayah...,”ucap Mora yang dihentikan bicaranya karena tarikan Bram menyeret dan mendorong Mora hingga dia terjatuh ke lantai.

Bibi Ica yang melihat segera membantu Mora dan memberikan obat untuk kepalanya yang terluka. Dimana Mora makan bersama dengan bibi Ica dan pelayan yang lain. Walaupun tidak mewah Mora sudah merasa senang dengan makanan yang dia makan.”Nona jika anda terus seperti ini sebaiknya anda tinggal dengan kakek anda saja di desa,”ucap bibi Ica.

“Itu juga yang aku ingin bibi, tapi apa ayah mau mengizinkan aku pergi ke desa tidak ya,”ucap Mora dengan wajah sedih dan murung. Setelah beberapa hari berlalu dimana kunjungan Taizan teman masa kecilnya. Tapi Sari yang memiliki rencana untuk tidak mempertemukan Taizan dengan Mora. Dimana Taizan diberitahukan kalau Mora tidak ingin bertemu dengan dia sehingga digantikan Bela yang bersikap lemah lembut dan polos untuk mendapatkan hatinya.

Sedangkan Mora yang di kurung di loteng hanya bisa melihat dari atas kalau Taizan datang berkunjung.”Kenapa ibu tiriku tidak mengizinkan aku untuk bertemu dengan Taizan,”batin Mora yang tidak terlalu berpikir negatif.

Setelah malam tiba Bram datang dengan sikap dinginnya.”Ayah,”ucap Mora yang terlihat senang.

“Apa kamu ingin kembali ke sekolah lagi Mora,”ucap Bram.

“Iya ayah aku ingin kembali sekolah lagi,”ucap Mora yang senang. Kalau hati ayahnya masih ada dirinya.

“Baiklah tapi ayah akan memindahkan sekolah kamu didesa tempat kakek kamu berada. Mulai besok kamu tidak harus tinggal di rumah ini lagi,”ucap Bram dengan dinginnya. Mora yang mendengarnya hanya bisa diam dan mencari tahu kenapa ayahnya berkata seperti itu,”Ayah tidak suka dengan Mora lagi ya?.”

“Iya aku tidak butuh anak cacat seperti kamu yang bisanya menghabiskan uangku saja. Kamu tinggal didesa dan bersekolah tapi ayah tidak akan membiayai kamu lagi,”ucap Bram.

“Ayah mengusirku ya setelah ibu mati ayah bisa semaunya begitu,”ucap Mora tiba-tiba. Bram mendengarnya langsung menampar Mora tanpa rasa bersalahnya.

“Kamu kira aku suka bermain rumah tangga dengan ibu kamu. Aku hanya ingin uang dan perusahan ibu kamu saja, yang aku cintai adalag Sari dan putriku Bela,”ucap Bram menutup pintunya dengan membantingnya dengan keras. Membuat Mora terkejut dimana dia tidak tahu kalau hubungan ayah dan ibunya yang dia anggap harmonis selama ini hanya akting belakang.

Mora yang tidak tahu sejak kapan semua ini berubah hanya bisa membuat dia menangis di loteng yang agak reduk dan sedikit gelap. Tapi itu sudah membuat Mora ingin menghancurkan ayahnya. Dimana hati Mora berkata,”Aku harus bisa bertahan sampai aku bisa membalas semuanya dan mencari kebenaran tentang hubungan ayah, ibu dan Sari itu.”

Mora yang telah bangkit dari rasa sedihnya mengemas semua barang yang ada saja di kamar itu. Karana saat pagi datang dia harus pergi ke tempat kakeknya yang dimana rumahnya tidak terlalu besar. Tapi disana cukup membuat Mora bisa mengembangkan bakat dia dengan diam-diam. Mora yang tertidur lelap dibangunkan oleh Sari dengan air dingin di pagi hari.

Mora yang terkejut karena siraman air dingin itu membuat tubuh kecil Mora menggigil.”Kamu sudah bangun cepat sana bersiap-siap sopir sudah menuggu kamu untuk mengantar kamu ke desa,”ucap Sari dengan wajah tidak sukanya. Mora yang masih menggil menuju kamar mandi menyalakan air hangat. Tapi air hangat sudah tidak ada di kamar itu membuat Mora harus mandi dengan air dingin. Mora selesa memakai baju yang sudah ada dimana baju itu hanya baju tahun lalu saja yang sudah sedikit kekecilan. Jaket yang di pakai oleh Mora juga hadiah dari mamanya tahun lalu tapi itu sudah membuat Mora hangat. Mora berpamitan dengan yang lain dimana Mora tidak melihat ayahnya. Mobil melaju meninggalkan rumah Bram dimana hati Mora sudah sakit hati oleh ayahnya. Di perjalanan yang dikira baik-baik saja ternyata tidak bagi Mora. Apa yang terjadi dengan Mora?.

Episodes
1 Kenangan Lama dan Baru Mora 1
2 KLdBM 2
3 KLdBM 3
4 KLdBM 4
5 KLdBM 5
6 KLdBM 6
7 KLdBM 7
8 KLdBM 8
9 KLdBM 9
10 KLdBM 10
11 KLdBM 11
12 KLdBM 12
13 KLdBM 13
14 KLdBM 14
15 KLdBM 15
16 KLdBM 16
17 KLdBM 17
18 KLdBM 18
19 KLdBM 19
20 KLdBM 20
21 KLdBM 21
22 KLdBM 22
23 KLdBM 23
24 KLdBM 24
25 KLdBM 25
26 KLdBM 26
27 KLdBM 27
28 KLdBM 28
29 KLdBM 29
30 KLdBM 30
31 KLdBM 31
32 KLdBM 32
33 KLdBM 33
34 KLdBM 34
35 KLdBM 35
36 KLdBM 36
37 KLdBM 37
38 KLdBM 38
39 KLdBM 39
40 KLdBM 40
41 KLdBM 41
42 KLdBM 42
43 KLdBM 43
44 KLdBM 44
45 KLdBM 45
46 KLdBM 46
47 KLdBM 47
48 KLdBM 48
49 KLdBM 49
50 KLdBM 50
51 KLdBM 51
52 KLdBM 52
53 KLdBM 53
54 KLdBM 54
55 KLdBM 55
56 KLdBM 56
57 KLdBM 57
58 KLdBM 58
59 KLdBM 59
60 KLdBM 60
61 KLdBM 61
62 KLdBM 62
63 KLdBM 63
64 KLdBM 64
65 KLdBM 65
66 KLdBM 66
67 KLdBM 67
68 KLdBM 68
69 KLdBM 69
70 KLdBM 70
71 KLdBM 71
72 KLdBM 72
73 KLdBM 73
74 KLdBM 74
75 KLdBM 75
76 KLdBM 76
77 KLdBM 77
78 KLdBM 78
79 KLdBM 79
80 KLdBM 80
81 KLdBM 81
82 KLdBM 82
83 KLdBM 83
84 KLdBM 84
85 KLdBM 85
86 KLdBM 86
87 KLdBM 87
88 KLdBM 88
89 KLdBM 89
90 KLdBM 90
91 KLdBM 91
92 KLdBM 92
93 KLdBM 93
94 KLdBM 94
95 KLdBM 95
96 KLdBM 96
97 KLdBM 97
98 KLdBM 98
99 KLdBM 99
100 KLdBM 100
101 KLdBM 101
102 KLdBM 102
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Kenangan Lama dan Baru Mora 1
2
KLdBM 2
3
KLdBM 3
4
KLdBM 4
5
KLdBM 5
6
KLdBM 6
7
KLdBM 7
8
KLdBM 8
9
KLdBM 9
10
KLdBM 10
11
KLdBM 11
12
KLdBM 12
13
KLdBM 13
14
KLdBM 14
15
KLdBM 15
16
KLdBM 16
17
KLdBM 17
18
KLdBM 18
19
KLdBM 19
20
KLdBM 20
21
KLdBM 21
22
KLdBM 22
23
KLdBM 23
24
KLdBM 24
25
KLdBM 25
26
KLdBM 26
27
KLdBM 27
28
KLdBM 28
29
KLdBM 29
30
KLdBM 30
31
KLdBM 31
32
KLdBM 32
33
KLdBM 33
34
KLdBM 34
35
KLdBM 35
36
KLdBM 36
37
KLdBM 37
38
KLdBM 38
39
KLdBM 39
40
KLdBM 40
41
KLdBM 41
42
KLdBM 42
43
KLdBM 43
44
KLdBM 44
45
KLdBM 45
46
KLdBM 46
47
KLdBM 47
48
KLdBM 48
49
KLdBM 49
50
KLdBM 50
51
KLdBM 51
52
KLdBM 52
53
KLdBM 53
54
KLdBM 54
55
KLdBM 55
56
KLdBM 56
57
KLdBM 57
58
KLdBM 58
59
KLdBM 59
60
KLdBM 60
61
KLdBM 61
62
KLdBM 62
63
KLdBM 63
64
KLdBM 64
65
KLdBM 65
66
KLdBM 66
67
KLdBM 67
68
KLdBM 68
69
KLdBM 69
70
KLdBM 70
71
KLdBM 71
72
KLdBM 72
73
KLdBM 73
74
KLdBM 74
75
KLdBM 75
76
KLdBM 76
77
KLdBM 77
78
KLdBM 78
79
KLdBM 79
80
KLdBM 80
81
KLdBM 81
82
KLdBM 82
83
KLdBM 83
84
KLdBM 84
85
KLdBM 85
86
KLdBM 86
87
KLdBM 87
88
KLdBM 88
89
KLdBM 89
90
KLdBM 90
91
KLdBM 91
92
KLdBM 92
93
KLdBM 93
94
KLdBM 94
95
KLdBM 95
96
KLdBM 96
97
KLdBM 97
98
KLdBM 98
99
KLdBM 99
100
KLdBM 100
101
KLdBM 101
102
KLdBM 102

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!