Saat asyik di dapur, Nadia di kejutkan dengan Rizal yang baru saja membuka pintu, di tatapnya sekilas wajah tampan pemuda yang kini duduk di ruang makan.
''Bi, buatin es teh,?'', teriak Rizal.
Dengan sigap Bi Narti membuat es Teh manis kesukaan Rizal, namun Bi Narti tak mengantarkan sendiri melainkan menyuruh Nadia, meskipun gadis itu sempat menolak, tapi sang Bibi bisa membujuknya dan akhirnya dengan terpaksa Nadia mengantar kan ke meja makan.
Kenapa jantungku jadi begini, apa yang terjadi, duh Gusti perasaan apa ini, batinnya saat menyodorkan di depan Rizal.
"Hai, kenapa masih di situ?'' ucap Rizal saat Nadia masih mematung dan belum juga kembali ke dapur.
"Maaf, Tuan muda ,ucapnya gugup tanpa menoleh.
Kenapa dia, batin Rizal menatap punggung Nadia berlalu.
Setelah menghabiskan es tehnya, Rizal meninggalkan meja makan dan berjalan menuju ke kamarnya,
Ceklek.....
Rizal langsung saja menghempaskan tubuh lelahnya di atas ranjang miliknya.
''Kenapa dengan cewek itu, apa dia takut sama aku, sampai dia memanggilku Tuan muda, sedikit cekikikan ,lucu juga, tuan muda.
''Ah, aku tanya saja langsung sama dia, tapi aku pura pura apa ya memanggil dia, ah pikirin nanti saja, yang penting aku panggil dia dulu. gumam Rizal.
Saat itu juga Rizal langsung menelepon bik Narti untuk memanggil Nadia, meskipun tanpa alasan yang jelas.
''Neng, den Rizal memanggil neng di kamar, ucap Bi Narti sambil memasukkan ponsel jadulnya ke dalam sakunya.
Ngapain dia panggil aku, apa ada sesuatu yang penting.
Dengan berat hati Nadia berjalan menuju kamar Rizal yang ada di lantai dua.
Setelah memegang semua knop yang ternyata terkunci semua, Nadia mendengus kesal.
Ah, pasti kamarnya yang itu, batinnya saat tinggal satu pintu yang belum di hampirinya.
Nadia langsung mendekati sebuah pintu yang terakhir, baru saja hendak mengetuknya, pintu terbuka dengan pelan, tangan yang sudah terangkat itu tak sengaja mengenai dada sang penghuni kamar.
"Apa ini, suka sekali kamu dengan dadaku, kemarin kepalamu, sekarang tanganmu, besok apa lagi?'' ucapnya ketus.
"Maaf tuan muda, saya tidak sengaja .
''Jangan panggil Tuan muda ,risih , panggil saja seperti kemarin pas kita kenalan di kampus.
"Iya kak, aku minta maaf.
"Masuk, bersihkan kamarku, namaku Rizal, masih dengan ketusnya.
Aku kan disini cuma masak, kenapa sekarang jadi bersih bersih, ah nggak papa deh yang penting kerja kerja kerja , batinnya lagi.
"Kak, apa yang harus ku bersihkan, semuanya sudah rapi dan bersih?'' tanya Nadia lagi saat mendapati ruangan yang sudah rapi dan bersih.
Mendengar pertanyaan Nadia, Rizal hanya garuk garuk kepalanya yang tidak gatal.
Aku harus bilang apa ya ? otakku ayolah berpikir, jangan buat dirimu malu di depannya, Batin Rizal.
"Kak, kakak nggak apa apa?'' tanya Nadia saat Rizal terlihat bengong.
''Enggak, ya kamu sapu saja, banyak debunya tu.
Dia menunjukkan ke arah lantai,
Alasan saja, mana ada debu masuk kamar, lagian ini pasti dia mau ngerjain aku.
"Cepat lakukan ini perintah, jangan banyak ngelamun!".
Setelah menyuruh Nadia, Rizal langsung saja masuk ke kamar mandi.
Di kamar mandi,
Duh... kenapa aku bisa salting begini, ada apa denganku, tak biasanya aku begini pada cewek,dia sudah selesai belum ya, ah aku jadi malu mau keluar, Rizal.
Sedangkan Nadia hanya bisa menunggu Rizal yang belum juga keluar dari kamar mandi.
Lama sekali, ngapain aja sih dia di kamar mandi, aku kan mau masak.
Jika Nadia jenuh menunggu, yang di tunggu masih saja mondar mandir,
Akhirnya Ia memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar mandi, karena sudah lama sekali Nadia menunggunya, dan sedikit khawatir.
"Kak, kakak nggak apa apa?", sedikit meninggikan suaranya.
"Kakak, buka pintunya?" ,Nadia mengulangi karena tak ada sahutan dari dalam, itu membuatnya was was.
''Kak, aku sudah selesai, aku mau turun, ucap Nadia saat pintu kamar mandi itu terbuka.
'' Heem, turunlah, jawab Rizal datar.
Dasar orang nggak tau terima kasih.
Nadia langsung keluar dan menutup pintunya dengan keras, ia terus menggerutu kesal, Sampai bawah Nadia langsung menaruh sapu dan beralih peralatan memasak.
"Kenapa neng, kok cemberut?", cetus bik Narti menggoda.
"Itu, Tuan muda bibi, masa nyuruh aku bersihin kamar yang sudah bersih, kan kurang kerjaan namanya.
"Nggak apa apa turutin saja, sebenarnya Tuan muda orangnya baik kok, mungkin saja dia ingin mengenal neng lebih dekat.
"Iya, bik, tapi kan aku jadi sebel ,masih mode ketus.
Seperti hari kemarin, setelah memasak makan siang, Nadia kembali ke kamarnya untuk istirahat, sembari menunggu panggilan , barang kali Bi Narti minta bantuan padanya.
Makan malam..
Semua keluarga pak Doni itu kini sudah berada di meja makan ,mereka sepertinya memang antusias makan makanan yang Nadia masak, itu sedikit keberuntungan untuk gadis itu, meskipun sebagai pembantu, setidaknya itu pekerjaan tetap yang akan menghasilkan pundi pundi uang.
"Zal, apa kamu menyukai makanannya sekarang?", tanya mama Widya di sela sela makan.
"Iya ma, jawab Rizal dengan mengunyah makanan yang sudah masuk ke mulutnya.
"Mama nggak usah nanya lagi, lihat saja dia kalau lagi makan, apa biasa dia makan selahap ini, nggak kan, itu artinya dia menyukainya ma, Papa Doni menimpali.
Terus kemana cewek itu kok nggak kelihatan, dia kemana? " batin Rizal.
"Cari siapa Zal, kok clingak clinguk", ucap Mama Widya
"Nggak ma, Rizal nggak cari siapa siapa kok.
"Nggak usah bohong Zal, wajah kamu nggak bisa bohong,
Mama dan papa ini kenapa juga bisa tau, aduh kalau sampai ketahuan aku bisa malu nih.
"Filing mama, nggak bisa kamu bohongi anakku, Kamu mencari Nadia kan, Dia paling lagi istirahat .
"Mama apaan sih, ya nggak lah masa Rizal cari pembantu .
"Nggak usah ngomong gitu, nanti kalau kamu suka sama dia tau rasa kamu.
Hah aku suka sama dia, nggak mungkin lah ma, aku kan sudah punya Putri yang lebih cantik. Rizal hanya membatin.
"Mama, Rizal kan sudah punya pacar
"Putri maksud kamu ?".
Rizal hanya mengangguk
"Zal minggu depan kan kamu sudah mulai semester akhir, jadi mulai sekarang kamu harus datang ke perusahaan, biar nanti papa ajarin kamu.
"Iya pa .
Apaan dia, sampai aku selesai makan pun dia nggak muncul kenapa dengannya, apa dia marah soal yang tadi, nggak mungkin ah paling dia sudah istirahat.
Rizal langsung berjalan menuju kamarnya.
"Apa benar aku mulai menyukainya, ah nggak mungkin, aku pasti hanya kasihan padanya,
Aku kan sudah punya Putri, lagian ngapain sih otak ini selalu ingat sama dia, gumam Rizal.
Pagi sekali, seperti biasa setelah sholat Shubuh, Nadia bergelut dengan pekerjaanya.
Kalau biasanya di rumah sendiri atau di kos kosan Lilis, tapi kali ini di rumah majikannya.
Nadia melihat Rizal turun dari tangga memakai kaos putih dan celana training plus sepatu, sepertinya mau jogging, Ia hanya melihatnya, tanpa menyapa.
"Ada apa kak? apa kakak membutuhkan sesuatu?", tanya Nadia saat Rizal menghampirinya.
Rizal menggeleng tanpa suara.
"Apa ada yang harus aku bersihkan?", tanya lagi Nadia.
Namun lagi lagi hanya gelengan jawaban laki laki tersebut yang membuat Nadia cemberut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Rahasya
l like...
2021-10-26
0
ZARA AMORA♥
thor anter aku pulang dong aku nyangkut d sni nnti emakku nyariin😁😁
2020-10-04
12
🍁 éveillé 🍁 {ami prêcieux}
klu saran ku y thor jangan pke aku untuk narator lbh bgs klu dengan nama minyalnya: nadia (aku) hanya berdiri di ambang pintu seperri sedang memikirkan sesuatu, entahlah hanya Nadia (aku sendiri) yang tahu. itu hanya sarn ya thor jangan d ambl pusing, tetap semangat Thor nulisnya, maaf y thor kalw salah ngomong🙏🙏🙏
2020-08-24
6