Hari ini hari kedua bagi Nadia di kota J, meskipun baru dua hari ia sudah merasa nggak enak sama Lilis karena numpang tidur dan makan.
Pagi sekali ia sudah bangun setelah sholat shubuh, dan langsung memasak untuk keduanya, itung itung balas budi, sebelum Lilis bangun ia sudah mempersiapkan semuanya,
aku nggak bisa nunggu lama nih, pokoknya aku nanti harus datang ke jasa penyalur rumah tangga, aku nggak mau Lilis terbebani karena aku, batinnya.
" Lis, bangun sudah pagi, Nadia membangunkan Lilis.
"Nad, kamu pagi sekali bangunnya?
"Lis, nanti temani aku ke jasa penyalur rumah tangga ya? plisss...memohon.
"Nad, kamu nggak betah tinggal disini? apa kurang nyaman.
Nadia diam, berfikir sejenak.
"Bukan Lis, tempat ini sangat nyaman, cuma aku harus cepat cari uang untuk kebutuhanku, jadi aku harus cepat kerja aku nggak mau ngrepotin kamu terus.
"Ya udah nanti aku anterin.
Keduanya pergi pagi sekali ,karena mereka mampir ke jasa penyalur rumah tangga dulu, Sesampainya di sana, ia di tanya keahlian dan semua yang bersangkutan dengannya, dengan lukas dan jelas Nadia pun menjawab semua pertanyaan yang di ajukan.
Pucuk di tiba ulam pun tiba, Baru saja Nadia turun dari angkot, tapi ia sudah mendapat telepon dari tempat tersebut, katanya ada yang mencari pembantu yang seperti kriterianya, yaitu memasak, ia memang selalu di ajarkan ibu untuk memasak.
"Selamat ya, Nad,ayo kita masuk.
''Nad, kamu memang anak yang sangat baik, demi kuliah kamu rela kerja jadi pembantu untuk mengurangi beban ibumu, ucap Lilis.
Hari ini Nadia terlihat senang, karena akan mendapatkan pekerjaan meskipun hanya sebagai pembantu, ia akan membiayai hidupnya sendiri dan tidak menyusahkan sang Ibu.
Setelah masuk kelas , Nadia pun menatap wajah sombong Putri yang sudah duduk di twmpatnya.
Ya Allah, kok ada ya wanita se angkuh itu, melirik ke arah Putri.
Nadia pun duduk di tempatnya , mereka memang tak saling menyapa ,karena melihat wajah Putri yang tak bersahabat, jadi Nadia juga tak berani menyapanya.
Seperti biasa saat jam kuliah selesai ia langsung pulang, tapi kali ini Nadia langsung datang ke tempat yang tadi pagi ia datangi untuk menanyakan alamat yang nanti ia tempati .
Ibu yayasan memberi alamatnya, tanpa pikir panjang Nadia langsung ke sana dengan hati berbunga bunga , naik angkot adalah pilihannya menuju rumah majikannya.
Pak sopir berhenti di depan rumah yang sangat besar dan mewah hingga ia pun kagum saat menatapnya.
"Pak permisi... apa ini benar rumah Bapak Doni?
"Iya benar neng, ada urusan apa? jawabnya dengan ramah.
"Maaf pak, saya dari penyalur rumah tangga ,saya mau kerja di sini ,ucap Nadia dengan sopan sambil melirik kertas di tangannya .
"Sebentar ya neng saya panggil Nyonya dulu?
Nadia hanya mengangguk menunggu pak satpam memanggil majikannya ,sesekali ia mengibaskan tangannya karena cuaca sangat panas.
Wah, ini mah bukan rumah, ini istana ,bagus banget,siapa majikannya ya, apa bapak menteri, ah sudahlah yang penting aku kerja dan semoga majikanku nanti nggak galak. batinnya.
Pak satpam keluar dari istana dan menghampirinya lalu membukakan gerbang.
"Silahkan masuk neng, di tunggu nyonya di dalam .
Dengan pelan Nadia masuk, ia melihat wanita cantik duduk di sofa, dengan langkah penuh semangat Nadia menghampirinya
Wanita itu hanya tersenyum sambil menatap Nadia dari atas sampai bawah, entah apa yang ada dalam fikirannya, yang pastinya Nadia sedikit merasa takut.
"Duduk di sini saja jangan di bawah, ucap sang Nyonya saat Nadia tiba tiba ngeleset di atas karpet.
"Kamu masih muda sekali, berapa umur kamu?''.
"Sembilan belas Nyonya ,jawab Nadia singkat.
"Jangan panggil nyonya, panggil ibu saja!''titahnya.
"Kamu beneran mau kerja disini sebagai pembantu?'', tanya nya lagi.
Nadia mengangguk pelan.
"Kamu bisa masak kan?'', entah kenapa wanita itu seperti tak percaya dengan keahlian Nadia.
Nadia mengangguk lagi, makin menciut saja wajah Nadia ,karena baru kali ini di hadapkan dengan orang yang akan menjadi majikannya.
"Ya sudah, mulai besok kamu sudah bisa kerja, tapi kamu juga harus tinggal disini, dan tugasmu hanya memasak saja.
''Maaf Bu, apa boleh saya sambil kuliah? ,bernegosiasi.
"O... silahkan, yang penting disini tugas kamu memasak, dan pastikan masakan kamu itu selera anak saya.
Selera, memangnya seleranya apa, dan gimana sih orangnya sampai memasakan pun harus selera, kalau aku mah yang penting enak juga sudah aku makan, batinnya.
Setelah Nadia menerima penjelasan tugasnya, ia pun kembali untuk pulang.
Ceklek
"Aduuh... sakit ,keluhnya saat menabrak benda keras
Ini apa sih keras banget.
"Hati hati kalau jalan, nggak lihat apa ada orang. suara itu mengejutkan Nadia yang sedang menunduk dan mengelus jidatnya.
Hah, cowok ini apa dia anak yang di bilang ibu tadi, atau hanya sekedar tamu,
"Hai... kenapa bengong ?
"Maaf, aku mau lewat,tak menjawab Nadia bergegas untuk meninggalkan rumah mewah tersebut.
"Ma, tadi itu siapa? Ngapain dia datang kesini, mau apa dia?''pertanyaan beruntun dari Rizal untuk sang mama.
"Dia yang akan menggantikan bik Sri, dan mulai besok dia sudah kerja di sini.
Rizal mengernyitkan dahinya.
Cewek itu kan kuliah, ngapain dia kerja jadi pembantu, ah, sudahlah ngapain aku ngurusin dia , nggak penting juga .
Di kosan Lilis, Nadia menyibukkan diri untuk memasak ,sambil menunggu sang sahabat pulang.
Bagaimana jika kak Rizal itu majikanku ya, apa aku bisa menghadapi pria angkuh seperti dia.
"Lis, aku mulai besok sudah bisa kerja, jadi aku akan tinggal di tempat kerjaku, kamu nggak apa apa kan aku tinggal? ,sambutan pertanyaan untuk Lilis pertama kali.
"Enggak apa apa Nad, kan sebelum ada kamu aku juga sendiri, jadi aku sudah terbiasa ,Eh, bagaimana, apa kamu sudah lihat orangnya?'', tanya Lilis penasaran.
Nadia mengangguk.
"Sepertinya sih baik, tapi tau deh, kalau nanti aku sudah kerja.
Kalau bisa memilih Lis ,aku akan memilih kerja seperti kamu, tapi aku hanya bisa berencana , Allah berkehendak lain, aku harus menerima kenyataan ini meskipun pahit, aku harus berjuang dengan keadaan ini,demi cita citaku.
Ya Allah semoga ini memang jalan yang terbaik untukku, doa dalam hati.
Kehidupan memang tak selalu mulus, tapi apa salahnya jika terus berjuang, itulah pedoman Nadia saat ini.
Semangat Nadia kamu adalah perempuan yang kuat, yang tidak akan tergoyah oleh apapun, menyemangati diri sendiri,
Karena lelah seharian menguras tenaga dan otak, kini Nadia merebahkan tubuhnya, mungkin dengan cara itu bisa menjernihkan otaknya kembali, dan bergelut dengan suasana baru yang lebih keras untuk menyambung hidup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
siti rohimnah
lanjut
2021-08-22
1