S1: Surat Pernyataan

Rabu itu tiba, benar saja Suamiku menepati janjinya untuk pulang ke Rumah. Senang sekali Ia menepati janjinya. Malam tiba di kamar Aku menyodorkan surat pernyataan yang sudah dibuat Rani.

"jika ingin kembali dengan ku dan ingin perbaiki hubungan ini tanda tangan ini" ucap ku sambil menyodorkan secarik kertas bermaterai.

Suami Ku tidak marah, Ia langsung mengambil suratnya dan membaca dengan seksama.

"Rani yang buat?"

"iya Rani yang buat atas ide dan keinginan Ku"

" Ada kata yang salah coba diperbaiki dulu" ucap suamiku dengan santai.

"Kamu juga harus berubah dong... minta Aku berubah tapi kamu masih sama" ucap suamiku.

"apa yang harus Aku rubah? kamu yang menjauhi Aku, kamu yang berselingkuh"

Kertas coretan dia berikan pada ku untuk diperbaiki oleh Rani. Rani segera mengambil kertas dan mengetik ulang.

Di ruangan berbeda Aku dan suami ku masih berdebat terkait surat pernyataan. Ia ingin menambahkan point "jika istri belum bisa melayani selayaknya istri maka surat ini tidak berlaku"

Aku tidak terima ini jebakkan, apa lagi saat ini Aku tidak ingin berhubungan dengannya. Menjijikan rasanya bersama suami tukang bohong. Sakit hati ini masih melekat.

" ehhh... itu tidak bisa dibuktikan dan bisa saja kau berucap begitu. Apa lagi saat ini rasa sakit hati ku masih sangat terasa Aku belum bisa melaksanakan kewajiban itu. Namun memasak untukmu, mencuci baju untuk mu masih bisa ku lakukan. Aku butuh waktu untuk pulih" ucap ku kesal.

"berapa lama?"

"tidak tahu bisa setahun bisa saja 5 tahun tergantung perlakuan mu kepada ku"

"tidak mungkin Aku menunggu selama itu" ucap suamiku.

Kami bertengkar kembali, surat pernyataan itu tidak Ia tanda tangan. Ia ingin menambahkan 1 point.

Surat pernyataan yang diperbaiki Rani berakhir di dalam lemari. Aku kembali tidur berpisah dengan suamiku. kembali merasa jijik melihat dia disampingku. Dia benar-benar tidak ingin berubah, kesal ku.

Paginya Aku memasakan bekal untuknya dan mencium tangannya ketika berangkat kerja. Namun rasa sakit hati, benci kepadanya masih sangat terasa.

Aku menahan rasa itu untuk melakukan perubahan. Aku harus menunggu jumat untuk membahas masalah nasib pernikahan kami.

Handphone berdering ada pesan dari aplikasi chatt. Teman alumni SMEA memberi kabar salah satu teman kami meninggal dunia. Aku memberi pesan dengan temanku untuk mengajak pergi bersama untuk melayat kerumah. Pergi berkumpul bersama teman mengurangi rasa sakit hatiku.

Segera ku mandi dan berpakaian, kuraihi kunci mobil. Sebelum berangkat Aku menghubungi teman-temanku menandakan Aku sudah berangkat.

Sesampai dirumah tempat temanku, Aku memgucapkan belasungkawa atas meninggalnya suami Tika. Tika teman seangkatan waktu di SMEA sedangkan suaminya Kakak tingkat ketika di SMEA, mereka berdua teman dekat ku dan teman dekat suamiku. Kenangan waktu SMEA kembali mencuat dimana kami sama-sama berpasangan bersama dan berakhir dipernikahan hingga sekarang. Sangat indah jika mengingat dizaman SMEA.

Kami asyik berbincang melupakan kesedihan kehilangan seorang teman dan seorang kakak. Sekedar melupakan sejenak kesedihan dibatin dan juga memberikan semangat untuk Tika yang kehilangan Suaminya.

Tidak terasa dirumah duka sudah 3jam lamanya. Segera kami beranjak dari rumah Tika kembali ke lokasi pantai sekedar menghibur diri bersama. Menghabiskan waktu bersama teman mengurangi rasa penat dihati. terlintas dibenakku, seandainya suamiku meninggal akan lebih terasa lega dibandingkan kehilangan karena peceraian. Kehilangan direbut orang lain sangat menyakitkan ketimbang kehilangan kembali ke sang Kuasa.

Aku terbiasa melakukan apapun sendiri, dirumah juga sendiri apapun harus memikiri sendiri. Suamiku selalu asyik dengan kerjaannya dan duniannya. Sudah lama keharmonisan itu hilang. Ia selalu begitu, tidak peduli dengan keluarganya memikirkan Dunia dan melupakan tabungan Akherat.

Mengucapkan kata sayang kepada ku saja sudah sangat lama 20 tahun yang lalu, itu terakhir Ia ucapkan. Selebihnya kesunyian, kesepian, dan pengkhianatan itu yang Ia berikan.

Selama ini Aku tidak terlalu peduli dengan nasib hidup ku menikah dengan orang yang sudah mengkhianati pernikahan kami. Namun sekarang ntah karena Aku yang sudah lelah atau Aku yang mulai muak. Bertahan hingga usia pernikahan sudah masuk 30 tahun.

Kini Aku berandai-andai akan selalu siap kehilangan suami jika Ia meninggal dunia. Aku lebih bahagai dan terasa lega dengan seperti itu.

***

Jam sudah 16.30 wib Aku bersiap- siap merencanakan untuk kunjungan kerumah duka. Tiba-tiba suami ku pulang, ada rasa aneh tumben Ia pulang cepat.

Teringat kalau yang meninggal juga teman seangkatannya dan teman dekatnya. Wajar saja dia ingin berkunjung kerumah duka.

Selepas sholat magrib kami bersiap diri untuk Tahlilan kerumah duka.

"Yah, Dina mau barengan dan minta dijemput"

"Iya... Ilen juga mau barengan, nanti kita jemput juga ya"

Aku tidak terlalu mengenal kakak tingkat ku dulu yang bernama ilen. Ilen teman seangkatan suamiku.

"ooohh Dia menghubungi Mu? Ada sihh dia kirim pesan padaku juga. Aku tidak tahu rumahnya dimana" ucapku.

"Aku tahu"

Segera kami berangkat dan menjemput teman yang ingin pergi bersama. karena lokasi searah kami memutuskan untuk menjemput Dina terdahulu.

Didalam perjalanan sudah 2 kali suamiku salah jalan menjemput Dina. Aku sangat kesal dan memancing emosiku.

"kenapa sihhh salah mulu... mikirin siapa?"

"Makanya jangan selingkuh terus itu akibat kamu selalu selingkuhi Aku" lanjut ucapku dengan emosi.

Terlihat Dina sudah menunggu didepan rumah, segera Ia naik kemobil.

"maaf ya Din... sudah lama menunggu. Ini Suamiku salah mulu" ucap ku kesal sambil melirik suamiku yang terlihat tidak fokus.

Kembali suamiku melanjutkan perjalanan menjemput temanya Ilen. Ilen teman sewaktu SMEA, sekarang Dia sudah janda. Ilen sudah menikah 2 kali yang pertama becerai yang kedua meninggal. Aku tidak terlalu tahu banyak tentang Ilen.

Aku memberi pesan ke Ilen untuk menunggu di dekat jalan agar tidak harus menunggu lagi. Rumahnya agak masuk kedalam dari jalan besar.

"Yah... ga usah masukin mobil kedalam kita tunggu aja dijalan, kan ga terlalu jauh kalau Dia jalan"

Suamiku tidak mengindahkan ucapanku. Ia justru memasuki mobilnya hingga depan rumah. Ilen keluar dengan senyuman bahagia.

Kami segera berangkat menuju kerumah Duka. Dari rumah Ilen ke rumah Duka sangat berlawanan arah.

Aku merasa sangat kesal dengan suamiku yang Egois. Tidak pernah mau mendengarkan ucapanku. Ditambah kelakuan Dia yang suka main wanita lain. Belum juga sembuh luka ini ditambah kelakuannya sekarang.

Sesampai dirumah duka, Aku berjalanan bersebrangan dengan suamiku. Tiba-tiba Ilen menghampiri suamiku dan mengandengnya. Ada rasa cemburu namun ku tahan rasa itu. terlihat guruku waktu SMEA berjalan sendiri Aku mengandengnya menutupi rasa kesal kepada suamiku.

Aku kesal kenapa dia tidak menolak gandengan wanita itu. Jelas Dia berangkat dengan Istrinya. Dia tidak sama sekali menjaga perasaanku. Wanita janda genit itupun tidak punya malu merangkul suami orang.

Dada terasa sangat sesak, menahan rasa cemburu. Dia suamiku, lantas pantaskah wanita itu disampingnya? seharusnya suamiku menghampiri Aku dan merangkul Aku. Bukan diam begitu saja digandeng dengan wanita janda tua itu. Wanita janda itupun tidak ada rasa malu didepan orang banyak centil didepan suami orang.

Terpopuler

Comments

Radin Zakiyah Musbich

Radin Zakiyah Musbich

awesome 🍓🍓🍓

ijin promo sekalian thor 🍓

jgn lupa mampir di novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE",

kisah cinta beda agama,

jgn lupa tinggalkan jejak ya 🍓🍓🍓

2020-10-15

0

Nafasal

Nafasal

aq mampir, semangat selalu😍

2020-09-01

0

Adine indriani

Adine indriani

Hai kak aku like tiap ep smp sini😊👍

2020-05-07

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!